Share

Bab 58 Tentang Mimpi

Author: yourayas
last update Last Updated: 2025-08-18 16:30:25

Setelah perjalanan singkat yang penuh makna, Elena dan Gerald kembali ke apartemen mereka. Malam sudah semakin larut, dan lampu-lampu kota terlihat seperti permata yang bertebaran di kegelapan. Elena masih memegang kantong kertas dari butik itu, isinya adalah jam tangan yang ia pilih. Tas tangan yang dibelikan Gerald sudah berada di tangannya, terasa begitu pas, begitu nyaman, seolah memang diciptakan untuknya. Namun, yang membuat hatinya menghangat bukanlah barang-barang mewah itu, melainkan perhatian Gerald yang begitu tulus.

Begitu masuk, Elena meletakkan kantong kertas di meja, sementara Gerald melepaskan jasnya dan menggantungkannya di sandaran kursi. Suasana yang tadinya penuh dengan hiruk-pikuk mall kini digantikan oleh keheningan yang nyaman. Elena tidak lagi merasa canggung. Sehari penuh dihabiskan bersama Gerald, dengan keheningan, film, dan perhatian yang begitu nyata, telah meruntuhkan semua tembok yang ia bangun.

"Kamu suka tasnya?" tanya Gerald, suaranya

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 63 Menghabiskan Malam

    Mereka kembali ke apartemen dengan banyak kantong belanjaan. Suara pintu otomatis berbunyi pelan saat Gerald menekan kode masuk, lalu keduanya melangkah ke dalam. Lorong apartemen yang semula sunyi segera riuh oleh derap langkah mereka dan suara kantong kertas yang berayun.Gerald, dengan sikap yang nyaris tanpa kompromi, segera meraih kantong-kantong paling berat berisi botol minuman dan daging beku. “Aku bawa yang ini,” katanya singkat. “Kamu cukup yang ringan.”Elena hendak memprotes, tapi tatapan Gerald membuatnya menurut. Ia hanya menggendong dua kantong berisi sayuran dan roti. Dalam hati, ia sedikit tersenyum. Ada sesuatu yang berbeda saat seorang pria sekuat Gerald, yang biasa mengatur ruang rapat besar dan memimpin puluhan eksekutif, kini sibuk memastikan ia tidak terbebani belanjaan.“Kadang aku merasa kamu tidak percaya aku cukup kuat,” gumam Elena sambil masuk ke dapur.Gerald menoleh cepat. “Aku tahu kamu kuat. Terlalu kuat, malah. Tapi di hadapanku, kamu boleh sedikit… t

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 62 Grocery Shopping

    Apartemen itu hening ketika Gerald tiba lebih dulu sore itu. Setelah seharian rapat di Maha Pictures, ia memutuskan untuk pulang lebih awal daripada biasanya. Udara dalam ruangan dingin, sisa aroma kopi pagi masih samar di dapur. Gerald meletakkan jas dan dasinya di sandaran kursi, lalu berjalan pelan menuju dapur, membuka lemari penyimpanan.Ia mengernyit. Rak yang biasanya penuh kini kosong. Tak ada beras, tak ada pasta, bahkan mie instan pun lenyap. Ia membuka kulkas, hanya menemukan sebotol air mineral setengah penuh, sepotong keju yang sudah hampir kadaluarsa, dan sebuah apel keriput yang tak layak makan.Gerald berdiri mematung, kemudian menghela napas berat. Begini rupanya Elena hidup akhir-akhir ini? Pikirannya berputar. Ia tahu Elena sering bekerja hingga larut, sering melupakan hal-hal sederhana seperti makan teratur. Tapi menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana persediaan mereka nyaris nol, menimbulkan rasa tidak nyaman dalam dirinya. Bukan sekadar tidak nyaman—leb

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 61 Dia, Elena

    Malam itu masih membekas dalam benak Gerald. Saat Elena berjalan menuju kamarnya, ketika jemarinya sempat menggenggam tangannya, ada sesuatu yang bergetar di dalam dada Gerald. Perasaan asing yang dulu ingin ia tolak, kini semakin tak terbantahkan. Ia tahu satu hal: semakin lama ia berada di dekat Elena, semakin ia ingin melindunginya, apapun risikonya.Pagi menyambut dengan lembut. Cahaya matahari menembus tirai tipis apartemen, memantul di dinding kaca ruang tamu. Gerald sudah bangun lebih dulu. Ia berdiri di depan jendela, menatap keluar, mengenakan kemeja putih sederhana tanpa jas dan dasi. Tangannya menggenggam cangkir kopi, namun pikirannya jauh.Pintu kamar terbuka perlahan, dan Elena keluar dengan rambut yang masih tergerai berantakan, wajahnya tanpa riasan. Gerald menoleh, dan sejenak hanya menatapnya. Ada sesuatu yang berubah. Perempuan itu tidak lagi terlihat seperti sosok yang rapuh, meski sisa luka masih ada di matanya. Elena tampak lebih tenang pagi ini, seolah sedikit d

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 60 Selamat Malam

    Malam telah larut ketika Gerald kembali ke apartemen. Lampu-lampu gedung tinggi terlihat seperti lautan cahaya di bawah langit yang gelap. Gerald membuka pintu, dan keheningan menyambutnya. Ia melepaskan jasnya, melonggarkan dasinya, dan berjalan masuk. Udara di dalam apartemen terasa dingin, sunyi. Ia tahu Elena sudah pulang. Mobilnya ada di garasi, dan tasnya tergeletak di sofa ruang tamu. Gerald menduga Elena sudah tidur. Ia berharap Elena benar-benar beristirahat, seperti yang ia perintahkan.Namun, saat ia melangkah ke ruang tamu, ia melihat sebuah pemandangan yang membuat hatinya menghangat. Elena tidak berada di dalam kamar, meratapi nasibnya, seperti yang ia bayangkan. Elena berada di balkon, duduk di kursi rotan dengan selimut tipis menyelimuti kakinya. Sebuah laptop terbuka di pangkuannya, layarnya memancarkan cahaya redup yang menerangi wajahnya. Elena terlihat begitu fokus, begitu tenggelam dalam pekerjaannya, seolah ia adalah satu-satunya orang di dunia.G

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 59 Mengatasi Masalah

    Pagi itu, Elena kembali ke kantornya. Bukan karena ia ingin, tetapi karena ia harus. Meskipun Gerald telah melarangnya untuk bekerja, Elena tidak bisa berdiam diri. Ada rasa tanggung jawab yang kuat, sebuah dorongan untuk kembali ke dunia yang ia kuasai, dunia di mana ia adalah CEO yang tak tergoyahkan. Ia mengenakan setelan kantornya, merias wajahnya, dan melangkah masuk ke Atmaja Televisi dengan kepala tegak, seolah tidak ada yang terjadi.Begitu ia masuk ke ruangannya, sekretarisnya, Rani, sudah menunggu. Rani terlihat tegang, matanya dipenuhi kekhawatiran. "Elena, akhirnya lo datang juga," katanya, suaranya lega. "Elena tersenyum tipis. "Kenapa lo buru-buru ketemu gue? Ada masalah di kantor selama gue off satu hari?”Rani menunduk, menggenggam tangannya. "Bukan masalah di kantor, El. Masalahnya... di lobi."Elena mengerutkan kening. "Di lobi? Ada apa?""Leo," bisik Rani, suaranya sangat pelan. "Dia nunggu di lobi. Dia bilang dia ingin ketemu sama lo."Jantung Elena langsung berde

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 58 Tentang Mimpi

    Setelah perjalanan singkat yang penuh makna, Elena dan Gerald kembali ke apartemen mereka. Malam sudah semakin larut, dan lampu-lampu kota terlihat seperti permata yang bertebaran di kegelapan. Elena masih memegang kantong kertas dari butik itu, isinya adalah jam tangan yang ia pilih. Tas tangan yang dibelikan Gerald sudah berada di tangannya, terasa begitu pas, begitu nyaman, seolah memang diciptakan untuknya. Namun, yang membuat hatinya menghangat bukanlah barang-barang mewah itu, melainkan perhatian Gerald yang begitu tulus.Begitu masuk, Elena meletakkan kantong kertas di meja, sementara Gerald melepaskan jasnya dan menggantungkannya di sandaran kursi. Suasana yang tadinya penuh dengan hiruk-pikuk mall kini digantikan oleh keheningan yang nyaman. Elena tidak lagi merasa canggung. Sehari penuh dihabiskan bersama Gerald, dengan keheningan, film, dan perhatian yang begitu nyata, telah meruntuhkan semua tembok yang ia bangun."Kamu suka tasnya?" tanya Gerald, suaranya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status