Share

Pria Lain

last update Last Updated: 2025-02-11 16:30:48

Setelah mendapat izin dari Raynar, Arunika siap-siap untuk kembali bekerja sebagai pelayan kerja paruh waktu di sebuah kafe.

Arunika lega karena ternyata Raynar tidak menghalanginya untuk tetap bekerja. 

Sebelum menikah dengan Raynar, Arunika telah melakukan banyak pekerjaan paruh waktu untuk membiayai pengobatan ibunya.

Dia belum bisa memiliki pekerjaan tetap karena dirinya baru lulus kuliah, dia tidak memiliki pengalaman kerja yang sesuai dengan jurusannya. Lagi pula keinginannya sebagai pengacara juga sulit untuk ditempuh.

Sekarang, meskipun ia telah menikah dengan Raynar dan biaya pengobatan ibunya telah ditanggung Raynar, tetapi masa depan tidak ada yang tahu. Memikirkan itu, Arunika tahu bahwa dia harus tetap memiliki penghasilan sendiri.

Selain itu, Arunika juga menyukai pekerjaan paruh waktu di sini karena dia menyukai kopi.

Teman-teman Arunika di kafe tidak ada yang tahu kalau dia baru saja menikah, sehingga Arunika tetap bekerja seperti biasa dengan tenang. 

“Ini untuk meja sebelas,” kata salah satu barista di sana saat meletakkan secangkir latte di nampan.

“Baik.” Arunika membawa secangkir latte ke meja pelanggan.

“Selamat menikmati.” Arunika bersikap ramah seperti biasa saat menyajikan pesanan. Tak lupa kata ajaib itu diucapkannya agar pelanggan senang.

Saat sedang fokus bekerja, Clara–sahabat baik Arunika datang berkunjung.

Arunika senang melihat kedatangan Clara. Dia mengangkat tangan sebagai isyarat agar Clara menunggunya lebih dulu selagi dia menyelesaikan pekerjaannya.

Saat jam istirahat, Arunika memanfaatkan kesempatan itu untuk menemui Clara yang sudah duduk di salah satu meja.

“Tidak kusangka kamu ke sini.” Arunika sangat senang. Dia duduk berhadapan dengan Clara.

“Kupikir kamu tidak akan bekerja setelah menikah, tidak tahunya tetap saja masih bekerja,” ujar Clara seraya menatap pada Arunika.

Arunika meletakkan telunjuk di bibirnya, sebagai isyarat agar Clara tidak bisa terlalu keras, apalagi jika membahas soal pernikahannya.

“Ada apa? Apa teman-temanmu di sini tidak tahu soal pernikahanmu?” tanya Clara dengan dahi berkerut halus, keheranan.

Clara memang tahu soal pernikahan Arunika, karena sebelumnya sahabatnya itu meminta pendapatnya di tengah kebingungan akan permasalahan biaya pengobatan ibu Arunika.

“Mereka tidak tahu, jadi memang lebih baik tak tahu,” balas Arunika dengan suara lirih.

Clara langsung mengangguk-angguk mengerti.

“Jadi, bagaimana dengan pernikahan kalian? Apa pria itu benar seperti yang orang-orang rumorkan? Seperti yang kamu ceritakan kemarin?” tanya Clara penasaran.

Clara sebenarnya juga tidak setuju kalau Arunika menikah dengan pria tua bangka, tetapi karena sahabatnya itu sangat butuh biaya berobat sang ibu, membuat Clara hanya bisa memberikan nasihat yang terbaik.

Arunika bingung harus menjawab apa. Haruskah dia jujur pada sahabatnya itu? Tetapi, salah satu niatnya menikah juga demi menjaga rahasia Raynar, mungkin lebih baik biarkan saja.

“Pernikahan kami berjalan lancar. Semua baik-baik saja, kamu tenang saja,” ucap Arunika menjelaskan dengan senyum kecil di wajah.

Clara mengernyit pada Arunika, dia tak yakin Arunika berkata jujur, tetapi Clara menghormati jawaban yang Arunika katakan.

Kemudian, mereka membahas soal kelanjutan pendidikan Arunika. Clara tahu kalau sahabatnya itu memiliki keinginan besar di balik tekadnya kuliah mengambil jurusan hukum.

“Apa kamu masih ada niat untuk melanjutkan ke pendidikan khusus mengingat kamu sekarang sudah menikah?” tanya Clara memastikan.

Arunika terkesiap, dia tidak yakin. Saat Arunika ingin menjawab, terdengar suara lonceng dari pintu masuk kafe.

Arunika dan Clara menoleh bersamaan untuk melihat pelanggan yang datang.

Arunika terkejut saat melihat Nathan, seniornya di kampus juga pria yang pernah dia kagumi semasa masih kuliah, datang ke kafe ini.

Pria bertubuh tegap tinggi dengan hidung mancung itu menoleh ke arah Arunika. Dia juga terkejut melihat Arunika di sana.

“Aru.” Nathan berjalan menghampiri Arunika.

Clara melihat Arunika terlihat gugup. Dia tersenyum lalu berkata, “Tidak menyangka ya, ketemu Nathan di sini.”

Clara sengaja menggoda sahabatnya itu karena tahu betul bagaimana perasaan Arunika pada seorang Nathan saat kuliah dulu. Pria tampan yang menjadi idaman gadis di kampus mereka.

Arunika mengalihkan pandangan dari Nathan pada Clara, belum juga dia membalas perkataan Clara, ternyata Nathan sudah sampai di meja itu.

“Kamu bekerja di sini?” tanya Nathan ketika sudah berdiri di samping meja Arunika dan Clara.

“I-iya,” jawab Arunika agak canggung, bahkan senyumnya tampak dipaksakan.

Nathan tersenyum lembut. Dia lalu menoleh pada Clara dan menyapa wanita itu.

Clara tiba-tiba menengok pada arloji di pergelangan tangan, lalu dia mendadak meraih tas dan berdiri dengan cepat.

“Kamu mau ke mana?” tanya Arunika terkejut.

“Aku lupa, aku sebenarnya ada urusan lain. Aku pergi dulu, ya.” Clara melambai kecil pada Arunika, dia sempat mengangguk pada Nathan sebelum akhirnya pergi.

Arunika panik. Dia jadi salah tingkah karena Clara tiba-tiba meninggalkannya berdua dengan Nathan.

“Kak Nathan mau pesan apa?” tanya Arunika langsung berdiri, mengingat dirinya adalah seorang pelayan di sana.

Senyum kecil masih menghiasi wajah tampan Nathan. Dia memandang Arunika yang berdiri ingin melayaninya.

“Kamu mau pergi juga?” tanya Nathan.

“Ah … tidak juga. Hanya saja aku harus melayani Kak Nathan, ‘kan?” Arunika ragu-ragu saat berbicara.

Pria itu tersenyum manis, lalu meminta Arunika untuk duduk bersamanya.

Arunika benar-benar canggung. Dia menatap Nathan yang sudah duduk di kursi yang tadi diduduki Clara.

Namun, Arunika merasa tak punya alasan untuk mengabaikan Nathan, apalagi pria itu selalu baik padanya ketika di kampus. Terlebih bertemu kembali dengan Nathan setelah sekian lama.

Dia akhirnya ikut duduk bersama pria itu.

“Tidak kusangka bertemu denganmu di sini. Aku baru tahu kamu bekerja di sini,” ujar Nathan.

Arunika mengangguk-angguk kecil. Saat dirinya mau bertanya kenapa Nathan bisa di sana, tiba-tiba terdengar suara lonceng lagi yang membuat Arunika menoleh.

Namun, kali ini Arunika terkejut berkali lipat saat melihat seseorang yang baru saja memasuki kafe.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
wardah
pasti Ray yg baru masuk
goodnovel comment avatar
Deshe
hadeuh bahaya nih ketemu Nathan
goodnovel comment avatar
Adeena
yg datang Ray kah makin seru ini Aru di datangi dua pria beda status...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Kesepakatan Dengan Briella

    Briella datang atas permintaan Raynar. Orang suruhan Andre tidak berani masuk ke perusahaan, karena itu Briella aman untuk menyampaikan tawaran yang pernah dikatakannya pada Raynar.“Pak Raynar sudah menunggu di dalam,” ucap Erik sambil membuka pintu untuk Briella.Briella ingin melangkah masuk, tetapi urung dan kembali menatap pada Erik.“Kamu ikut masuk?” tanya Briella memastikan.“Tentu,” jawab Erik.Briella mengangguk lalu melangkah masuk bersama Erik yang mengikuti di belakangnya.Raynar baru saja menutup berkas di meja saat Briella dan Erik datang. Ekspresi wajahnya datar seperti biasa, dia berjalan ke arah sofa diikuti Erik dan Briella.“Apa yang mau kamu katakan, katakan saja sekarang, di sini aman,” ucap Raynar to the point karena Briella bertele-tele.Briella terlihat tenang, lalu mulai menjelaskan.“Aku mengajukan penawaran karena aku butuh bantuanmu,” ucap Briella.Raynar menaikkan satu sudut alis.“Kamu mengenalku, aku tidak akan sekejam itu merusak rumah tangga orang lai

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Masih Dingin

    Keesokan harinya. Arunika tetap melayani Raynar seperti biasa, hanya saja dia lebih banyak diam.“Jika tidak sehat, lebih baik tidak ke kantor,” ucap Raynar karena Arunika masih diam sejak pagi.“Aku baik-baik saja,” balas Arunika tanpa menatap pada Raynar, dia sibuk mengikat dasi Raynar.Raynar memerhatikan sikap Arunika yang sangat berbeda, dia sangat yakin jika memang ada masalah.“Kamu marah padaku?” tanya Raynar kembali memastikan.Arunika tak menjawab. Dia memilih segera menyelesaikan mengikat dasi, lalu berjalan keluar dari ruang ganti.Raynar mengejar Arunika, lalu segera memeluk istrinya dari belakang.“Kalau aku salah, katakan, Aru. Jangan diam begini,” ucap Raynar sambil memeluk Arunika.Arunika menghela napas kasar. Dia malas membahas foto-foto yang didapatnya karena pasti akan memicu perdebatan di pagi hari.“Aku baik-baik saja,” jawab Arunika sambil melepas kedua tangan Raynar yang memeluknya, “kita sudah terlambat, ayo pergi,” ajak Arunika kemudian tanpa menatap ekspres

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Dikira Berbohong

    Raynar menyiapkan buah dan jus saat Arunika sedang mandi. Begitu Arunika selesai mandi, Raynar langsung menghampiri istrinya itu.“Aku meminta Bibi Sarah membuatkanmu jus agar lebih segar,” kata Raynar.Arunika menatap datar, lalu mengangguk kecil dan berjalan ke sofa.Arunika duduk, saat akan mengambil gelas jusnya, Raynar sudah mengambilkan gelas jus lebih dulu.Arunika tidak memprotes sikap suaminya, meskipun dia masih marah. Dia berusaha tenang agar emosinya tidak melonjak yang bisa membuat kondisi tubuhnya menurun.Raynar memerhatikan Arunika yang sedang minum, begitu selesai minum, Raynar baru mulai bicara.“Apa kamu kurang sehat? Apa ada yang tidak nyaman?” tanya Raynar memastikan.“Aku baik-baik saja,” jawab Arunika sambil meletakkan gelas di meja.“Lalu kenapa sejak tadi diam? Apa ada masalah? Apa ada yang membuatmu kesal?” tanya Raynar memastikan.Arunika menoleh pelan pada Raynar, lalu menggeleng kepala.“Tidak ada,” jawab Arunika. Dia tidak jujur soal foto karena Raynar ju

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Tidak Bisa Bicara

    Erik menunggu di kafe. Dia sesekali menengok pada arloji lalu menoleh ke pintu kafe karena menunggu Briella datang.“Apa dia membohongiku?” Erik bertanya-tanya karena dia sudah menunggu di sana cukup lama.Erik hendak beranjak pergi, tetapi urung saat melihat Briella masuk ke kafe lalu berjalan menghampirinya.“Maaf lama,” ucap Briella sambil menarik kursi di hadapan Erik.Erik hanya mengangguk tak mempermasalahkan.Briella memanggil pelayan, lalu memesan minuman sebelum kemudian kembali menatap pada Erik yang duduk di hadapannya.“Ada apa meminta bertemu?” tanya Briella.“Apa kamu sudah melihat kondisi Bie?” tanya Erik memulai percakapan.Briella diam sesaat sambil menatap pada Erik, lalu menggeleng pelan.“Aku tidak mau melihatnya,” jawab Briella.Erik cukup terkejut.“Kenapa kamu tidak mau melihatnya? Kamu yang menolongnya dan membawanya ke klinik, tapi kenapa kamu malah tidak mau melihat kondisinya?” tanya Erik memastikan.Briella ingin menjawab, tetapi melihat orang suruhan ayahn

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Ada Sesuatu

    Arunika masih melihat-lihat semua foto yang didapatnya. Dia terdiam dengan ekspresi datar, lalu mencoba mengirim pesan pada Raynar. [Siang ini mau makan di mana?] Arunika mencoba memastikan dengan mengirim pesan pada suaminya. Cukup lama Arunika menunggu, sampai akhirnya Raynar membalas. [Aku sedang ada di luar, ada urusan pekerjaan. Kamu makan siang di kantin tidak masalah, kan? Atau mau aku pesankan makanan dari luar?] Arunika menggenggam erat ponselnya, apa Raynar sedang membohonginya? Arunika diam cukup lama, sampai akhirnya memilih meletakkan ponselnya tanpa membalas pesan dari suaminya lagi. Saat jam makan siang, Arunika pergi ke kantin bersama Winnie, meskipun dia sebenarnya malas. Arunika masih memikirkan foto-foto yang didapatnya. Di sana terlihat jelas Raynar dan Briella sedang berbincang, bahkan Briella terus tersenyum pada Raynar. “Aru, apa kamu tidak cocok dengan makanannya? Kok nggak dimakan?” tanya Winnie. Arunika langsung menatap pada Winnie, lalu mencoba terse

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Tawaran Kesepakatan

    Raynar pergi dari perusahaan sebelum jam makan siang tiba. Dia sekarang sedang berjalan masuk ke kafe yang didatanginya, lalu mengedarkan pandangan.Raynar melihat Briella duduk sambil melambai ke arahnya. Dia berjalan menghampiri, begitu duduk berhadapan dengan Briella, Raynar langsung bertanya, “Kenapa kamu ingin bertemu hanya berdua denganku?”Briella melirik ke luar jendela kaca yang ada di sisi kanannya, dia melihat orang suruhan ayahnya sedang memantau.“Seperti yang kukatakan di pesan, aku ingin membuat kesepakatan denganmu,” ucap Briella sambil tersenyum agar gerakan bibirnya tersamarkan.Raynar mengerutkan alis.“Aku tidak suka berbasa-basi, apalagi masuk ke permainan yang sama sekali tidak menguntungkan,” ucap Raynar, “dan aku mungkin perlu menegaskan satu hal padamu. Bagaimana kedekatan kita dulu, tidak akan berpengaruh pada sikapku sekarang. Bagiku, kamu hanya masa lalu.”Briella lagi-lagi tersenyum, lalu membalas, “Ya, aku tahu, tidak akan ada kejadian sama kedua kali.”“

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status