Share

Bab 4

Author: Vannisa
Sampanye dan makanan pun tumpah ke rumput. Meja minuman yang sudah dihias dengan teliti, kini terlihat berantakan. Banyak tamu yang berkumpul di sekitar untuk menonton kejadian tersebut.

Termasuk Easton yang sedang didesak oleh neneknya untuk segera menikah. Dia memang sudah tidak fokus sejak tadi. Kini setelah mendengar suara keras, dia langsung memalingkan kepala ke arah halaman. Pria itu dengan malas meluruskan tubuhnya dan bersandar pada sandaran sofa, lalu bersiap untuk melihat siapa yang dengan tidak tahu dirinya mengacaukan acara ini.

Easton sudah terbiasa melihat pertikaian di kalangan keluarga kaya. Dia mengira ini hanyalah bagian dari pertunjukan untuk menarik perhatian. Dia terlalu malas membuang-buang waktu dan berniat pergi ke atas untuk mencari ketenangan.

Masalah Keluarga Leandra sudah bukan rahasia lagi. Di rumah mereka, ada dua anak perempuan yang berbeda nasib. Hubungan keduanya juga tidak akur. Beberapa waktu lalu di hari pertunangannya, putri pertama Keluarga Leandra selingkuh dan menyebabkan Keluarga Alvaro membatalkan pernikahan mereka.

Demi kepentingan keluarga, kebahagiaan putri kedua harus dikorbankan. Perjanjian pernikahan antara dua keluarga tetap berlangsung. Hanya saja, yang akan menjadi menantu Keluarga Alvaro sudah berbeda orang.

Semua mata tertuju pada Maggie yang terjatuh ke rumput. Gaunnya sudah terkena cipratan sampanye dan bagian lehernya kotor dengan noda yang tidak jelas. Di sekelilingnya, orang-orang berbisik dengan tatapan penuh arti. Mereka sangat tertarik dengan kekacauan yang sedang terjadi.

"Wanita ini bisu?" Dengan mata tajamnya, Lucano melihat wanita yang terjatuh di halaman itu sedang berusaha berbicara dengan bahasa isyarat.

Langkah Easton terhenti. Dia menoleh ke jendela kaca besar dan memandang wanita itu. Begitu melihat wajahnya, ekspresi dinginnya menunjukkan perasaan yang sulit diungkapkan. Darahnya seakan-akan berhenti mengalir, sementara ujung jari-jarinya terasa kesemutan. Ekspresinya sangat muram.

Lucano yang tidak menyadari perubahan di sekitar segera melontarkan gurauan, "Hehe. Jangan-jangan, si Bisu jatuh karena didorong sama wanita di sampingnya?" Kemudian, dia menambahkan dengan nada sarkastik, "Kasihan banget si Bisu. Punya banyak unek-unek, tapi nggak bisa bilang apa-apa."

Apa yang Lucano katakan mungkin tanpa niat, tetapi Easton malah tersindir. Pikirannya teringat pada pagi setelah kejadian itu. Wanita itu juga menunjukkan ekspresi keberatan, tetapi hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat untuk meluapkan emosinya.

Maggie menahan rasa sakit pada pergelangan kakinya sambil berusaha berdiri. Dia lalu mengajukan pertanyaan dengan bahasa isyarat kepada Aurel.

[ Apa kamu sengaja melakukan ini? ]

"Lepaskan aku!" Aurel berusaha melepaskan diri. Berhubung gagal, dia pun menatap Maggie dengan penuh kebencian.

Situasi saat ini sudah makin tidak terkendali. Maggie tidak lagi memikirkan harga dirinya. Dia menggenggam erat pergelangan tangan Aurel dan tidak berniat melepaskannya.

Meski Hamdan sudah pensiun, dia tetap memiliki pengaruh besar. Keluarga Devantara adalah salah satu keluarga elite yang sangat berkuasa di Kota Jostam dengan hubungan bisnis yang rumit.

Ayah Easton adalah pendiri Grup Devantara yang memiliki skala terbesar di Kota Jostam. Bisnisnya mencakup berbagai bidang seperti properti, teknologi, pendidikan, medis, hotel, dan masih banyak lagi. Keluarga Devantara tidak kekurangan uang ataupun sumber daya langka. Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa dianggap enteng.

Aurel tidak pernah melihat kekacauan seperti ini. Meskipun orang tua angkatnya tidak pernah membiarkannya kekurangan apa pun, dia tetap tidak bisa mengubah rasa rendah dirinya dan sifat buruk yang ada dalam dirinya.

Aurel selalu berusaha mendapatkan perhatian Gino dan Nancy, serta berusaha meraih tempat di hati kekasih Maggie dengan berbagai cara. Dia takut bahwa apa yang dimilikinya akan dirampas oleh Maggie.

Sebenarnya, semua itu terjadi karena Aurel tidak bisa menerima kenyataan. Jadi, dia terus berusaha menekan Maggie dan berharap bisa membuatnya terisolasi, bahkan kehilangan semua orang yang mendukungnya.

Biasanya, Gino dan Nancy akan berpura-pura tidak melihat perilaku Aurel yang menindas Maggie. Hanya saja, Aurel sangat paham bahwa Gino adalah orang yang kejam dan sangat mengutamakan keuntungan. Jika kepentingan keluarga mereka terancam, dia tidak akan diam saja.

Keluarga Devantara adalah keluarga yang tidak bisa sembarangan disinggung. Keluarga Leandra sendiri sudah berjuang keras untuk mendapatkan undangan ke acara ulang tahun Hamdan. Tujuannya hanya demi bisa memasuki kalangan atas.

Mereka tidak berharap bisa menjalin kedekatan dengan Keluarga Devantara, tetapi yang pasti adalah mereka tidak boleh merusak acara ini. Jika keributan ini terus berlanjut, Aurel tahu bahwa dia tidak akan bisa lolos dari masalah ini begitu saja.

Wajah Aurel terlihat pucat. Dia telah membuat kesalahan besar. Namun di dalam hatinya, dia merasa sedikit lega karena Maggie adalah orang bisu yang tidak bisa membela diri, apalagi mengungkapkan segala sesuatu yang telah dia lakukan di belakang.

"Kak Maggie, aku tahu kamu nggak suka padaku. Tapi di acara seperti ini, tolong jangan bertindak kekanak-kanakan," ucap Aurel dengan nada yang terdengar penuh kepura-puraan. Dia mendekat seolah-olah ingin membantu Maggie, tetapi kakak angkatnya malah menghindar dengan gesit.

Maggie hanya menunjukkan ekspresi datar. Tatapan matanya yang dingin terlihat penuh peringatan, jelas menunjukkan bahwa dia tidak ingin diganggu. Gaun indah yang dikenakannya, kini dipenuhi tumpahan sampanye dan kaviar yang lengket. Dia tidak bisa menahan diri. Rasa asam langsung naik ke tenggorokannya.

Kemudian, Maggie buru-buru menutup mulut. Bau amis dari makanan laut seolah-olah memperparah rasa mualnya. Tanpa bisa ditahan, dia membungkuk dan mulai muntah. Gerakannya yang mencurigakan membuat tamu-tamu di sekitar mulai berpikir macam-macam.

"Kak Maggie, jangan-jangan kamu hamil?" tanya Aurel dengan suara pelan. Meskipun suaranya rendah, semua orang yang ada di halaman mendengarnya.

Maggie sangat terkejut dan ingin membantah, tetapi tubuhnya malah terbatuk dan terus muntah. Putri pertama Keluarga Leandra yang belum menikah ini pertama-tama dipergoki oleh tunangannya sedang berselingkuh, lalu dibatalkan pernikahannya dan hamil. Sebenarnya, ini bukan rahasia besar.

Sekarang, tatapan semua orang tertuju pada Maggie. Pandangan mereka penuh makna dan tidak bisa dihindari. Itu membuat situasinya menjadi makin memalukan.

Maggie menunduk dengan perasaan hampa. Dia tidak berani mendongak untuk menatap mata orang-orang di sekitarnya. Dia sudah terbiasa diam dan tidak bisa membela diri. Dia hanya bisa membiarkan orang lain menghina dan berprasangka buruk tentang dirinya sesuka hati.

Easton yang bertubuh tinggi dan tegap, berdiri di depan jendela besar dengan ekspresi muram. Dia melambaikan tangan untuk memanggil Edgar, lalu memerintahkan, "Bawa dia ke kamarku untuk ganti pakaian bersih."

Begitu mata Easton tertuju pada Aurel yang menyebabkan masalah ini, pandangannya berubah gelap dan dingin. Dia menambahkan dengan suara tegas, "Sekalian usir wanita itu."

"Kak Easton, kenapa kamu tiba-tiba jadi baik hati dan membantunya?" tanya Lucano yang sedang asyik mengamati. Dia melompat dari sofa, lalu bertanya sambil terkekeh-kekeh, "Jangan-jangan, dia salah satu mantan pacarmu?"

Usai berkata demikian, Lucano berusaha melongok ke luar jendela untuk melihat seperti apa sosok si Bisu. Namun, Easton hanya menyelipkan satu tangan ke dalam saku dan tidak menghiraukannya. Seluruh tubuhnya terkesan suram saat berbalik dan naik ke lantai atas.

"Nek, ini pertama kalinya aku melihat Kak Easton begitu ... baik hati pada seorang wanita," ucap Lucano yang belum sepenuhnya sadar.

Saat ini, seluruh tubuh Lucano menempel pada jendela besar. Dia memperhatikan Edgar yang membawa Maggie pergi. Hanya saja, Aurel justru mendapat perlakuan yang berbeda. Dia malah diusir dengan tegas oleh beberapa pengawal berbaju hitam.

Hana yang sudah tua menjalani hidup dengan menjadi vegetarian dan rajin sembahyang. Setiap hari, dia selalu berdoa di depan patung Buddha. Semua itu karena dia khawatir tentang cucunya. Ada sebuah rumor di kalangan atas Kota Jostam bahwa Easton si pewaris tunggal Keluarga Devantara impoten.

Sebab, anak-anak keluarga terhormat mana yang tidak sering menghadiri tempat hiburan dan memiliki beberapa selebritas atau model di sekitar mereka? Namun, Easton tetap menjaga diri dengan baik selama bertahun-tahun. Bahkan setelah tujuh tahun berpacaran, tidak ada kabar mengenai kehamilan pacarnya.

Berita ini pun beredar makin luas. Keluarga Devantara yang berada di puncak hierarki kekuasaan tidak pernah memberikan klarifikasi atau tanggapan. Sementara itu, tidak ada yang berani bertanya secara langsung. Pada akhirnya, rumor itu hanya beredar sebagai gosip yang sulit dibuktikan kebenarannya.

Hana yang sedang memutar manik doa dari kayu cendana pun berhenti sejenak, lalu memandang wanita yang dibawa naik ke atas dengan penuh makna. Perubahan sikap Easton membuatnya merasa penasaran. Kalau wanita itu benar-benar hamil, Keluarga Devantara akan memiliki penerus.

Selama bertahun-tahun, Hana menjalani hidup dengan menjadi vegetarian dan rajin sembahyang. Dia selalu berdoa di depan patung Buddha tiap pagi dan malam. Akhirnya, doanya akan terkabul juga.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 108

    Owen sengaja mengarahkan balik sindirannya pada pria yang tadi mencoba memecah belah. "Aku bahkan hampir lupa memberi selamat pada Pak Ollie barusan."Kalau pria itu berani menyahut, bukankah sama saja dengan mengakui di depan umum bahwa promosi yang dia dapat adalah hasil "merebut"?Di dalam lift banyak karyawan dari berbagai departemen, tetapi semua memilih bungkam. Mereka hanya saling melempar kode lewat tatapan mata. Pria itu akhirnya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya nyengir dengan canggung sebelum kembali terdiam.Maggie baru sadar, pria itu ternyata adalah Ollie, Manager Departemen Pemasaran. Secara teori, memang pesaing langsungnya dalam promosi.Lift turun ke lantai bawah tanah. Mayoritas karyawan sudah keluar di lantai dasar, tersisa hanya beberapa orang saja.Maggie berjalan langsung ke tempat parkirnya dan menekan tombol unlock. Namun, Ollie tiba-tiba mengadang di depan mobilnya dan berkata dengan sinis, "Wah, mobilnya bagus juga ya. Lihat dari fiturnya ini pasti k

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 107

    Keduanya menunggu di depan lift. Di samping mereka ada beberapa rekan kerja dari departemen lain. Setelah saling menyapa singkat, suasana kembali canggung.Ding ....Lift turun ke lantai 15.Jam pulang kantor, lift penuh sesak oleh pegawai bank berseragam. Meski dari departemen berbeda, semua saling menyapa dengan akrab. Maggie menganggukkan kepala satu per satu dengan ramah, hingga akhirnya pandangannya jatuh pada seorang pria yang sedang menatapnya.Karyawan di kantor pusat bank mencapai seribu orang. Maggie jarang sekali ikut kegiatan gathering atau makan malam departemen. Lima tahun ini, dia selalu pintar menghindari berbagai acara sosial.Ada untung ruginya. Untungnya, dia tidak perlu berpura-pura ramah dan tidak perlu menguras energi untuk menjaga hubungan yang tak penting. Dia memiliki banyak ruang pribadi, bisa memakai waktunya untuk mengembangkan diri, bersantai, atau sekadar hiburan.Namun sisi buruknya juga fatal. Masuk tahun kelima bekerja, dia nyaris tidak mengenal siapa p

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 106

    Easton terluka parah, kemungkinan besar acara itu akan ditunda atau bahkan dibatalkan. Bagaimanapun, pesta akhir tahun perusahaan hanyalah acara internal. Yang paling dipedulikan karyawan hanyalah bonus dan tunjangan, ada atau tidaknya seremoni tampaknya tidak sepenting itu.Ternyata Maggie berpikir terlalu jauh. Kamis sore, tepat sebelum jam pulang, Owen tiba-tiba mendorong pintu kantornya. "Kamu nggak lupa, 'kan?"Maggie menoleh padanya dengan wajah penuh tanda tanya. Dia membuka kedua telapak tangan, lalu membaliknya.[ Apa? ]"Gala tahunan Grup Devantara. Aku tahu kamu lagi sibuk menyiapkan sidang promosi, jadi sengaja mengingatkan. Besok pagi kamu nggak perlu ke kantor. Sorenya aku jemput kamu," ujar Owen dengan ramah.Ekspresi Maggie langsung berubah dan buru-buru menggeleng keras.[ Aku sudah pindah rumah, nggak usah repot. Lagi pula aku baru beli mobil kecil buat keperluan sehari-hari, aku bisa datang sendiri. ]Gerakan tangannya cepat. Ekspresinya agak gugup dan bahkan menolak

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 105

    Easton duduk di kursi roda dengan dahi berkerut. Dia menengadahkan kedua tangan dan berkata dengan penuh keluhan, "Apa ini nggak berlebihan? Aku cuma patah tangan, bukan nggak bisa jalan."Kaeso yang mendorong kursi roda itu pun berbisik, "Tadi Bu Intan malah sempat mau minta orang pakai tandu untuk bawa Bapak turun, untung Pak Julian mencegah."Easton menghela napas, "Itu memang gayanya Bu Intan." Dia menoleh ke sekitar untuk mencari sosok Maggie. Wanita itu berjalan sendirian di belakang rombongan. Melihat pemandangan ini membuat dadanya terasa sedikit sesak."Antarkan dia pulang," ucap Easton kemudian dengan nada tidak semangat.Kaeso mengangguk. Dalam hati, dia sangat paham bahwa di keluarga sebesar ini, Maggie tidak akan bisa hidup tenang jika tidak memiliki latar belakang yang sepadan.Sebuah mobil van putih sudah menunggu di depan gedung rawat inap. Easton bangkit dengan wajah menahan sakit. Maggie spontan melangkah maju untuk membantunya, tetapi Devina mengangkat tangan dan men

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 104

    Maggie mengetik di ponselnya.[ Beli makan dan beres-beres itu nggak berat. Sarapan harus dimakan selagi hangat. ]Maggie terlihat sangat terbiasa merawat orang sakit. Easton pun teringat, dia memang punya seorang ayah angkat yang sudah lama sakit. Dari hasil penyelidikan latar belakang, tercatat bahwa setelah umur 17 tahun, Maggie kembali ke orang tua kandungnya, lalu berganti nama menjadi Maggie seperti sekarang.Namun ... bagaimana dengan sebelum 17 tahun itu? Dengan orang tua angkatnya yang berjualan ikan di pasar, kehidupan macam apa yang mereka berikan padanya? Meski hidup penuh kekurangan, Maggie jelas tumbuh dalam kasih sayang.Easton terpaku dalam pikirannya. Sorot matanya saat memandang Maggie pun dipenuhi rasa iba. Tepat saat itu, Kaeso berlari masuk dengan terengah-engah."Gawat, Pak Easton! Berita kecelakaan Bapak nggak bisa ditutupi ... barusan saya lihat di lobi lantai satu ...." Sebelum Kaeso selesai bicara, Hana sudah bergegas masuk dengan bertumpu pada tongkatnya.Eas

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 103

    Sinar matahari yang menyilaukan menembus ke dalam kamar rawat. Easton refleks mengangkat lengan kiri untuk menutupi wajahnya agar tidak terlalu silau.Rasa nyeri dan pegal di bagian bawah tubuh memaksanya tersadar sepenuhnya. Dia menoleh ke samping, lalu mendapati bahwa ranjang pendamping itu terlihat kosong. Bahkan selimutnya pun sudah dilipat rapi.Dia mencoba bangun, tapi luka di perut membuatnya sama sekali tak bisa bergerak.Easton merasa tidak terima. Nama baiknya tidak boleh sampai tercoreng hanya gara-gara aib "mengompol di ranjang rumah sakit". Dengan tekad itu, dia menggertakkan gigi menahan sakit, lalu menggunakan lengan kirinya untuk menopang tubuh dan berusaha duduk perlahan-lahan.Rasa sakit yang hebat menyerangnya dan membuat keringat dingin bercucuran di dahinya. Urat-urat di lengannya menonjol dengan jelas, menandakan betapa berat perjuangannya.Tiba-tiba Maggie berlari masuk dengan panik. Bubur yang dibawanya tumpah berceceran, tetapi dia tidak sempat memedulikannya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status