Share

Bab 4: Tanggung Jawablah!

last update Last Updated: 2025-06-16 08:17:26

Jasmine menautkan jemari kedua tangannya yang entah sejak kapan menjadi terasa dingin. Ya, dia gugup sekarang.

Tapi Jasmine memberanikan diri untuk meletakkan selembar kertas di hadapan Reiner, yang berisi tentang keterangan kehamilannya.

"Aku hamil. Dan dia adalah anakmu. Aku ingin kamu bertanggung jawab untuk—"

BRAK!

Kalimat Jasmine seketika terhenti oleh gebrakan keras di atas meja. Ia sempat tersentak oleh suara yang ditimbulkan dari telapak tangan yang beradu dengan material kaca tersebut. Rahang Reiner tampak mengeras. Jelas pria itu sedang marah sekarang.

"Siapa kamu berani-beraninya memerintah saya untuk menikahimu? Dan apa tadi kamu bilang? Hamil?"

Terdengar kekehan meremehkan dari mulut Reiner, membuat sebagian hati Jasmine tiba-tiba terasa ngilu. Ah, seharusnya Jasmine tak boleh merasa sakit hati begini.

"Ya. Satu bulan yang lalu kamu melakukannya padaku. Aku tahu kamu tidak memakai pengaman malam itu. Aku tidak menstruasi lagi dan saat ini usia kehamilannya sudah tiga minggu. Dia adalah anakmu. Darah dagingmu."

Mendengar penjelasan itu, Reiner terlihat diam beberapa saat, seakan tengah memikirkan sesuatu. "Saat itu kamu bekerja di tempat karaoke di SkyClub. Benar?"

"Benar," Jasmine mengangguk. Sampai saat ini, ia masih bekerja di sana. Tapi... mengapa Reiner tiba-tiba membahas pekerjaannya?

Reiner tertawa sinis dan menatap Jasmine dengan tatapan jijik. "Kalau begitu, saya tidak percaya bahwa itu adalah anak saya. Bisa jadi yang tumbuh di dalam perutmu adalah benih pria lain. Gadis sepertimu tidak mungkin tidur hanya dengan satu pria, bukan?"

Sakit. Sangat sakit. Itulah yang Jasmine rasakan setelah mendengar penghinaan dari Reiner.

Hanya dia satu-satunya yang pernah menidurinya. Bagaimana ia berani menuding Jasmine seperti ini?

Mata Jasmine tiba-tiba terasa panas. Lelaki ini... sungguh tak berperasaan.

"Aku bukan wanita murahan seperti yang kamu pikirkan," seru Jasmine, wajahnya memerah. "Kamu adalah satu-satunya pria yang pernah meniduriku, bahkan lebih tepatnya, memperkosaku!"

Reiner mengetatkan rahangnya, tatapannya menusuk. "Melihat pekerjaanmu saat itu, saya rasa tidak akan ada yang percaya dengan apa yang kamu katakan. Di tempat seperti itu, tidak mungkin ada wanita yang bisa mempertahankan harga dirinya."

"Tapi kamu tahu!" desak Jasmine dengan putus asa. "Kamu tahu malam itu adalah yang pertama bagiku. Kamu merampasnya! Kamu mencuri sesuatu yang sudah kujaga mati-matian." Jasmine menggigit bibir gemetarnya, menahan air mata yang ingin mengalir.

Reiner tampak menutupi wajahnya dengan tangannya. Ia tahu gadis itu benar. Dia telah merampas keperawanannya pada malam itu. Dan bodohnya, Reiner bahkan lupa hal penting: tidak menggunakan pengaman.

Tapi, bisa saja Jasmine melakukan hal yang sama dengan pria lain setelah itu. Dan ia datang hanya untuk mengambil keuntungan darinya.

"Saya tidak akan pernah menikahimu. Tapi saya bisa memberimu uang yang cukup untuk menghidupi anak itu. Akan saya siapkan sege—"

"Papa tidak pernah mengajarkanmu untuk lari dari tanggung jawab, Reiner!"

Tubuh Reiner tegang mendadak. Itu suara ayahnya.

Tapi bagaimana bisa? Di mana dia sekarang? Wajahnya pucat saat kursi kerjanya tiba-tiba berputar.

Reiner baru sadar bahwa kursi itu membelakanginya sejak tadi. Bagaimana bisa sekretarisnya tidak memberitahunya bahwa sang ayah ada di ruangan ini?

Reiner bangkit, menghampiri ayahnya yang menatapnya dengan ekspresi marah yang sulit disembunyikan. Tidak hanya Reiner, Jasmine juga terkejut.

"Papa sudah pulang?"

Nicko, sang ayah, tidak menjawab basa-basi itu. Matanya meneliti Jasmine yang tertunduk, lalu menatap tajam Reiner.

"Apakah benar yang dikatakan gadis ini? Kamu tidur dengannya?"

Reiner tidak menjawab. Bagi Nicko, keheningan itu sudah cukup menjawab pertanyaannya.

Nicko meraih surat keterangan kehamilan Jasmine dari atas mejanya.

"Papa kecewa sama kamu," desis Nicko, suaranya penuh dengan campuran kekecewaan dan kepedihan.

Reiner menghela napas berat. Tak ada yang lebih menyakitkan baginya daripada mendengar kata-kata kecewa dari orangtuanya.

Selama ini, dia selalu berusaha menjaga agar tidak mengecewakan mereka. Namun, hari ini, segalanya telah berantakan.

"Maafkan aku, Pa. Tapi tentang anak itu, aku tidak yakin dia benar-benar anakku," Reiner bersikeras, mencoba menjaga kejelasan dalam kebingungannya.

"Kalian berdua melakukannya satu bulan lalu. Dan kamu adalah yang pertama baginya, bukan begitu?" Nicko menegaskan, matanya menatap tajam putranya.

Sekali lagi, Reiner memilih untuk diam. Nicko mengenal anaknya dengan baik. Lebih dari sekadar menjawab 'ya', Reiner memilih untuk menutup diri.

"Di dalam surat ini, usia kehamilannya tiga minggu. Melihat bagaimana dia menjaga dirinya, meskipun bekerja di klub, Papa tidak yakin dia akan tidur dengan pria lain dalam waktu singkat," Nicko menyimpulkan, suaranya tegar namun mempertimbangkan setiap kata.

"Jangan mudah percaya padanya, Pa!" desak Reiner mencoba membela diri.

"Kamu tahu posisimu sekarang, Reiner?" Nicko bertanya dengan tenang namun penuh penegasan.

"Pa, aku—" Reiner mencoba untuk membela diri

"Nikahi dia! Tanggung jawablah pada anak yang dia kandung," Nicko menyela dengan suara yang lebih pelan namun tak kalah tegas. "Kalau kamu masih ragu, kamu bisa melakukan tes DNA nanti.”

Reiner hendak membuka mulut untuk melanjutkan protesnya, namun ekspresi tegas sang ayah membuatnya menutup mulutnya kembali.

Terlepas dari segala perlawanan, ia tahu tak akan bisa melawan keputusan ayahnya.

"Baiklah, Pa. Aku akan menikahinya," ucap Reiner kemudian menatap datar wajah Jasmine seolah berkata, kali ini kamu menang. Tapi, tidak untuk ke depannya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
nahh gituh duhh Reiner dari tadi bukannya d bikin ribet dulu untung apa papa Nicko .
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Akhir Cerita Kita

    "Kalau kamu lihat gimana kondisi suamimu saat kamu belum ditemukan, aku yakin kamu tidak akan mengenali dia," ujar Kanaya terkekeh."Sekacau itukah?" Jasmine menatap riak air kolam sambil menghela napas pelan. Malam ini mereka duduk di teras yang berhadapan dengan kolam renang.Jasmine baru tahu kondisi Reiner selama dua bulan terakhir saat Kanaya menceritakannya barusan.Entah Jasmine harus merasa senang atau sedih. Senang karena ternyata Reiner tidak mau kehilangannya. Tapi juga perih sebab suaminya harus tersiksa akibat Jasmine pula."Iya, kacau banget," jawab Kanaya, "ya kamu bayangkan saja, Kak Reiner yang suka seenaknya, angkuh dan sombong, jadi seperti mayat hidup gara-gara kehilangan seorang wanita."Kanaya menyilangkan kaki kanan di atas kaki kiri. Kemudian menoleh ke arah Jasmine. "Kamu sukses bikin dia tergila-gila sama kamu, Jasmine." Kali ini Kanaya tertawa, yang ditanggapi senyuman kecil oleh Jasmine.Jasmine meneguk jus mix buahnya sedikit, lantas diletakkannya lagi gel

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Tidak akan Pergi lagi

    Jasmine tidak melanjutkan lagi ucapannya sebab bibirnya kembali dibungkam Reiner, tapi Jasmine kembali mendorong bahu Reiner dengan pelan."Jasmine...," protes Reiner."Anak-anak sepertinya tidak mau berhenti nangisnya, Reiner. Mama juga sedang tidak ada, "kan?" Lagipula mereka tidak akan tenang melakukannya di saat anak-anak menangis. Jasmine tahu betul, waktu yang dibutuhkan Reiner bukan cuma sepuluh atau dua puluh menit.Reiner mengusap wajahnya dengan kasar dan frustasi. Mau tidak mau akhirnya dia menjauhkan diri dari Jasmine."Kita masih punya banyak waktu. Ya, Sayang?" Jasmine mengecup bibir Reiner sebagai penutup kegiatan mereka yang sangat-sangat tanggung itu.Awalnya Reiner luar biasa kesal. Tapi mendengar panggilan 'sayang' dan kecupan dari Jasmine, membuat hati Reiner akhirnya luluh."Sabar sabar," gumam Reiner sembari mengelus dadanya sendiri.**"Gimana kondisinya? Dia tidak apa-apa, "kan?" tanya Reiner tidak sabar.Kanaya mendecakkan lidahnya kesal sambil meletakkan stet

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Kamu Cantik Sekali

    "Errgh "Jasmine mengerang sembari menggeliatkan tubuhnya. Kelopak matanya perlahan-lahan terbuka saat aroma woody memenuhi indra penciumannya. Jasmine tersenyum, Pemandangan pertama yang dia lihat saat bangun tidur adalah Reiner yang tengah memeluknya sambil menatapnya dengan lekat"Selamat siang, Honey," bisik Reiner. Napas hangatnya terasa menerpa wajah Jasmine."Siang? Memangnya jam berapa sekarang?" Suara Jasmine terdengar serak, sambil mencari-cari letak jam dinding. Tapi ruang geraknya yang sempit-akibat pelukan Reiner yang erat, membuat Jasmine sulit melihat jam yang ada di belakangnya."Jam sepuluh.""Ha?!" Jasmine terperanjat dengan mata membelalak. "Jam sepuluh?"Reiner mengangguk sebelum mengecup bibir Jasmine. Tangan Reiner yang semula melingkari pinggang, kini menyibak rambut Jasmine yang jatuh ke dahi."Iya, Honey, sekarang sudah jam sepuluh.""Kok kamu tidak membangunkan aku?"protes Jasmine. Sebab dia tidak biasa bangun sesiang ini."Tubuh kamu butuh recovery, Jasmine

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Double Over Protective

    Hingga dua puluh menit kemudian.Jasmine mengerjapkan matanya yang terasa lengket. Hal pertama yang Jasmine dengar saat bangun ialah detak jantung Reiner. Dia mendongak, dan mendapati Reiner pun sedang tidur.Jasmine melepaskan diri dari Reiner untuk menegakkan punggungnya. Sayang, pergerakan Jasmine itu membuat Reiner terkejut hingga terbangun seketika."Mau ke mana?" Reiner menahan pergelangan tangan Jasmine dengan erat.Kening Jasmine mengkerut. Dia merasa bingung dengan sikap Reiner yang seperti ini. "Aku tidak akan ke mana-mana, Reiner. Cuma mau membetulkan posisi duduk saja.""Ooh ...." Reiner menghela napas lega. Perlahan-lahan dia melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan perempuan itu. "Honey, mau keluar sekarang?"Jasmine mengangguk. Mereka pun keluar dari mobil. Tangan Reiner tidak lepas dari pinggang Jasmine seakan-akan takut Jasmine akan pergi lagi.Jasmine sempat memandangi rumah mertuanya dengan perasaan haru. Dia tidak menyangka akan kembali lagi ke Jakarta dalam

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Akan Menemanimu di Sini

    Setelah cukup lama mereka berciuman, Reiner melepaskan kembali tautan bibir mereka. Bibir Reiner lantas mengulas senyum lebar. Senyuman pertama yang tanpa beban di dalamnya setelah dua bulan terakhir."Reiner, banyak orang di sini. Kamu berani cium-cium aku di tempat seperti ini?" Jasmine merasa malu, rasanya dia tidak berani melihat ke sekitar."Kamu malu, hm? Tapi kenapa membalasku sampai bersemangat begitu?" tanya Reiner dengan senyum menggoda.Pipi Jasmine seketika terasa memanas usai mendengar ucapan Reiner. Malunya jadi dua kali lipat. Dia sangat merindukan pria ini, maka dari itu Jasmine jadi lupa diri saat membalas ciumannya."Ehemm!" Nicko berdehem keras sambil berjalan ke arah mereka. "Bung, bisa sabar sedikit? Kalau tidak bisa, mending masuk saja ke dalam mobil."Reiner mendecakkan lidahnya kesal. Sedangkan Jasmine malunya bertambah jadi tiga kali lipat. Ayah mertuanya pasti menyaksikan momen pertemuan mereka barusan. Jasmine lantas menghampiri Nicko, menyalaminya dengan so

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Dua Insan yang Kembali Bersatu

    “Terima kasih ya, Li," ucap Jasmine pada Ali yang telah mengantarnya sampai memasuki kendaraan bernama Elf."Sami-sami, Neng. Hati-hati di jalan ya. Semoga salamet sampai Jakarta."Jasmine mengangguk. Dia tersenyum sebelum Ali kembali menjalankan motornya. Kini Jasmine duduk di kursi paling depan. Katanya, transportasi ini akan jalan kalau penumpangnya sudah penuh.Jasmine ingin buang air kecil. Dia akhirnya turun dulu untuk mencari toilet. Terminal ini tidak seramai di terminal Pulo Gadung. Di sini cukup sepi.Saat Jasmine sedang berjalan menuju toilet setelah sebelumnya bertanya pada seseorang, Jasmine dikejutkan oleh tiga pria yang wajahnya nampak tidak asing.Itu ... anak buahnya Alvin yang dulu mengejar Jasmine sampai ke hutan! Jasmine terkesiap saat mereka pun melihat dirinya.Jasmine bergegas lari menjauhi mereka. Di tempat yang banyak orang seperti ini Jasmine yakin mereka tidak akan menculiknya lagi. Tapi tetap saja Jasmine tidak boleh lengah. Apalagi, sekarang mereka mengeja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status