Share

Bab 3: Nikahi Aku

last update Last Updated: 2025-06-16 08:17:22

"Berapa yang kamu inginkan? Seratus juta? Dua ratus juta?"

Reiner berkata datar, seolah tak menyadari bahwa ucapannya telah melukai harga diri Jasmine.

"Anggap saja sebagai uang tip dari saya."

Jasmine tersenyum pahit. “Aku tidak menjual tubuhku,” ucapnya lirih. Bahkan menatap wajah Reiner pun dengan tatapan penuh dengan kepahitan.

Mendengar ucapan Jasmine, Reiner menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya tanggung jawab seperti apa yang kamu harapkan? Pernikahan?" Reiner menahan tawa sinis.

"Yang benar saja! Menikahi wanita sepertimu adalah hal terakhir yang akan saya lakukan."

Harga diri Jasmine terasa diinjak-injak. Demi Tuhan, dia bukan pelacur. Dia tidak membutuhkan uang itu.

Meski rentenir sedang mengejar-ngejarnya karena utang yang ditinggalkan sang kakak, Jasmine sama sekali tidak mau menerima uang dari pria berengsek ini. Itu sama saja mengakui dirinya wanita murahan.

"Jangan mempersulit urusan ini, Nona. Saya tidak punya waktu berurusan dengan gadis sepertimu."

Reiner melipat tangannya di depan dada. "Katakan berapa jumlah uangnya, mumpung saya sedang berbaik hati."

Tangan Jasmine mencengkeram selimut yang melilit tubuhnya kuat-kuat seraya menatap Reiner penuh kebencian.

Ada banyak kata-kata yang ingin dia lontarkan pada pria itu, tapi Jasmine tak ingin membuang-buang energinya yang kian menipis.

"Kamu sudah memperkosaku," desis Jasmine lirih.

Reiner tersenyum miring dengan tatapan tak lepas dari Jasmine. Tangannya meraih dagu gadis tersebut agar semakin mendongak padanya.

"Memperkosamu? Saya tidak mungkin lupa, bagaimana kamu sangat menikmati malam panas kita. Atau … perlu saya ingatkan lagi?"

Jasmine mematung. Bibirnya terkatup rapat, lidahnya terasa kelu hingga tak ada yang mampu ia ucapkan. Sepasang matanya berkaca-kaca menatap Reiner yang sedang mengambil sesuatu di dalam dompetnya.

"Saya tidak punya waktu lagi. Tapi saya tetap akan bertanggung jawab dalam bentuk imbalan,” ucap Reiner dengan nada dinginnya.

Reiner mengeluarkan kartu nama dari dompet, lalu meletakkannya di atas nakas. "Kalau sudah memutuskan jumlahnya, hubungi saya di nomor ini," pungkasnya sebelum benar-benar berlalu dari hadapan Jasmine.

**

Satu bulan kemudian.

Jasmine merasakan mual dan muntah di pagi yang cukup berlebihan. Ia tidak mungkin hamil, kan?

“Tidak mungkin. Aku tidak mungkin hamil anak pria gila itu,” lirih Jasmine dengan tangan yang gemetar sembari memegang perutnya.

Ia harus memastikan semuanya. Ia mengambil alat tes kehamilan yang sudah ia beli satu minggu yang lalu karena sudah menyadari setelah dua minggu ini ia sudah telat datang bulan.

Namun, bukan berarti dia berharap bahwa benih itu benar-benar tumbuh di dalam rahimnya.

Lima menit kemudian, dua garis biru muncul di alat tes kehamilan tersebut. Jasmine menggigit bibirnya kuat-kuat dan menahan air mata yang hendak keluar dari pipinya.

Rasanya seperti mimpi buruk yang harus ia terima ketika melihat hasil tersebut.

“Ini benar-benar tidak adil. Kenapa aku harus hamil anak pria itu?” ucapnya lirih.

Namun, ia tidak mungkin membesarkan anak ini sendirian. Dia butuh seorang suami dan pria itu harus bertanggungjawab!

"Pak Reiner, kamu mengingatku?" tanya Jasmine saat ia berhasil menghadang langkah kaki pria itu usai tiba di gedung yang tertera di kartu nama yang Reiner berikan padanya satu bulan yang lalu.

"Siapa kamu?" Reiner menatap Jasmine dengan tatapan datar.

Jasmine tertegun mendengar ucapan Reiner tadi. Apa segampang itu pria melupakan apa yang telah dia perbuat pada seorang wanita?

"Jasmine Permata. Dan ini... kartu nama yang kamu tinggalkan di dalam hotel, satu bulan yang lalu. Saat itu kamu menyuruhku menghubungimu untuk menagih tanggung jawab."

Reiner menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya lelaki itu tengah berpikir beberapa saat.

"Ikut saya!" perintah Reiner dingin sambil berlalu begitu saja dari hadapan Jasmine.

"Jadi, berapa jumlah uang yang kamu butuhkan?" Reiner mengendurkan ikatan dasi setelah ia duduk di atas sofa ruangan kantornya. Sementara Jasmine tetap berdiri cukup jauh dari tempat Reiner duduk.

Sebelum memutuskan datang ke perusahaan ini, Jasmine telah menebalkan muka dan juga hatinya. Karena tahu akan mendapat penghinaan, maka dari itu Jasmine berusaha menyiapkan diri untuk tidak sakit hati.

Jasmine mengepalkan tangan, memberi kekuatan pada diri sendiri untuk berkata, "Nikahi aku."

"Kamu sudah gila?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
hayohh Reiner nikahi Jasmine jangan sampai kamu nanti menyesal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Akhir Cerita Kita

    "Kalau kamu lihat gimana kondisi suamimu saat kamu belum ditemukan, aku yakin kamu tidak akan mengenali dia," ujar Kanaya terkekeh."Sekacau itukah?" Jasmine menatap riak air kolam sambil menghela napas pelan. Malam ini mereka duduk di teras yang berhadapan dengan kolam renang.Jasmine baru tahu kondisi Reiner selama dua bulan terakhir saat Kanaya menceritakannya barusan.Entah Jasmine harus merasa senang atau sedih. Senang karena ternyata Reiner tidak mau kehilangannya. Tapi juga perih sebab suaminya harus tersiksa akibat Jasmine pula."Iya, kacau banget," jawab Kanaya, "ya kamu bayangkan saja, Kak Reiner yang suka seenaknya, angkuh dan sombong, jadi seperti mayat hidup gara-gara kehilangan seorang wanita."Kanaya menyilangkan kaki kanan di atas kaki kiri. Kemudian menoleh ke arah Jasmine. "Kamu sukses bikin dia tergila-gila sama kamu, Jasmine." Kali ini Kanaya tertawa, yang ditanggapi senyuman kecil oleh Jasmine.Jasmine meneguk jus mix buahnya sedikit, lantas diletakkannya lagi gel

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Tidak akan Pergi lagi

    Jasmine tidak melanjutkan lagi ucapannya sebab bibirnya kembali dibungkam Reiner, tapi Jasmine kembali mendorong bahu Reiner dengan pelan."Jasmine...," protes Reiner."Anak-anak sepertinya tidak mau berhenti nangisnya, Reiner. Mama juga sedang tidak ada, "kan?" Lagipula mereka tidak akan tenang melakukannya di saat anak-anak menangis. Jasmine tahu betul, waktu yang dibutuhkan Reiner bukan cuma sepuluh atau dua puluh menit.Reiner mengusap wajahnya dengan kasar dan frustasi. Mau tidak mau akhirnya dia menjauhkan diri dari Jasmine."Kita masih punya banyak waktu. Ya, Sayang?" Jasmine mengecup bibir Reiner sebagai penutup kegiatan mereka yang sangat-sangat tanggung itu.Awalnya Reiner luar biasa kesal. Tapi mendengar panggilan 'sayang' dan kecupan dari Jasmine, membuat hati Reiner akhirnya luluh."Sabar sabar," gumam Reiner sembari mengelus dadanya sendiri.**"Gimana kondisinya? Dia tidak apa-apa, "kan?" tanya Reiner tidak sabar.Kanaya mendecakkan lidahnya kesal sambil meletakkan stet

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Kamu Cantik Sekali

    "Errgh "Jasmine mengerang sembari menggeliatkan tubuhnya. Kelopak matanya perlahan-lahan terbuka saat aroma woody memenuhi indra penciumannya. Jasmine tersenyum, Pemandangan pertama yang dia lihat saat bangun tidur adalah Reiner yang tengah memeluknya sambil menatapnya dengan lekat"Selamat siang, Honey," bisik Reiner. Napas hangatnya terasa menerpa wajah Jasmine."Siang? Memangnya jam berapa sekarang?" Suara Jasmine terdengar serak, sambil mencari-cari letak jam dinding. Tapi ruang geraknya yang sempit-akibat pelukan Reiner yang erat, membuat Jasmine sulit melihat jam yang ada di belakangnya."Jam sepuluh.""Ha?!" Jasmine terperanjat dengan mata membelalak. "Jam sepuluh?"Reiner mengangguk sebelum mengecup bibir Jasmine. Tangan Reiner yang semula melingkari pinggang, kini menyibak rambut Jasmine yang jatuh ke dahi."Iya, Honey, sekarang sudah jam sepuluh.""Kok kamu tidak membangunkan aku?"protes Jasmine. Sebab dia tidak biasa bangun sesiang ini."Tubuh kamu butuh recovery, Jasmine

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Double Over Protective

    Hingga dua puluh menit kemudian.Jasmine mengerjapkan matanya yang terasa lengket. Hal pertama yang Jasmine dengar saat bangun ialah detak jantung Reiner. Dia mendongak, dan mendapati Reiner pun sedang tidur.Jasmine melepaskan diri dari Reiner untuk menegakkan punggungnya. Sayang, pergerakan Jasmine itu membuat Reiner terkejut hingga terbangun seketika."Mau ke mana?" Reiner menahan pergelangan tangan Jasmine dengan erat.Kening Jasmine mengkerut. Dia merasa bingung dengan sikap Reiner yang seperti ini. "Aku tidak akan ke mana-mana, Reiner. Cuma mau membetulkan posisi duduk saja.""Ooh ...." Reiner menghela napas lega. Perlahan-lahan dia melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan perempuan itu. "Honey, mau keluar sekarang?"Jasmine mengangguk. Mereka pun keluar dari mobil. Tangan Reiner tidak lepas dari pinggang Jasmine seakan-akan takut Jasmine akan pergi lagi.Jasmine sempat memandangi rumah mertuanya dengan perasaan haru. Dia tidak menyangka akan kembali lagi ke Jakarta dalam

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Akan Menemanimu di Sini

    Setelah cukup lama mereka berciuman, Reiner melepaskan kembali tautan bibir mereka. Bibir Reiner lantas mengulas senyum lebar. Senyuman pertama yang tanpa beban di dalamnya setelah dua bulan terakhir."Reiner, banyak orang di sini. Kamu berani cium-cium aku di tempat seperti ini?" Jasmine merasa malu, rasanya dia tidak berani melihat ke sekitar."Kamu malu, hm? Tapi kenapa membalasku sampai bersemangat begitu?" tanya Reiner dengan senyum menggoda.Pipi Jasmine seketika terasa memanas usai mendengar ucapan Reiner. Malunya jadi dua kali lipat. Dia sangat merindukan pria ini, maka dari itu Jasmine jadi lupa diri saat membalas ciumannya."Ehemm!" Nicko berdehem keras sambil berjalan ke arah mereka. "Bung, bisa sabar sedikit? Kalau tidak bisa, mending masuk saja ke dalam mobil."Reiner mendecakkan lidahnya kesal. Sedangkan Jasmine malunya bertambah jadi tiga kali lipat. Ayah mertuanya pasti menyaksikan momen pertemuan mereka barusan. Jasmine lantas menghampiri Nicko, menyalaminya dengan so

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Dua Insan yang Kembali Bersatu

    “Terima kasih ya, Li," ucap Jasmine pada Ali yang telah mengantarnya sampai memasuki kendaraan bernama Elf."Sami-sami, Neng. Hati-hati di jalan ya. Semoga salamet sampai Jakarta."Jasmine mengangguk. Dia tersenyum sebelum Ali kembali menjalankan motornya. Kini Jasmine duduk di kursi paling depan. Katanya, transportasi ini akan jalan kalau penumpangnya sudah penuh.Jasmine ingin buang air kecil. Dia akhirnya turun dulu untuk mencari toilet. Terminal ini tidak seramai di terminal Pulo Gadung. Di sini cukup sepi.Saat Jasmine sedang berjalan menuju toilet setelah sebelumnya bertanya pada seseorang, Jasmine dikejutkan oleh tiga pria yang wajahnya nampak tidak asing.Itu ... anak buahnya Alvin yang dulu mengejar Jasmine sampai ke hutan! Jasmine terkesiap saat mereka pun melihat dirinya.Jasmine bergegas lari menjauhi mereka. Di tempat yang banyak orang seperti ini Jasmine yakin mereka tidak akan menculiknya lagi. Tapi tetap saja Jasmine tidak boleh lengah. Apalagi, sekarang mereka mengeja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status