“Sekarang, kalian berada di tempat Om Ricky?” tanya Odelina“Sekarang aku sedang bersama Om Ricky. Sebentar lagi aku mau naik pesawat, tapi aku nggak tahu mau pergi ke mana. Nenek dan tante yang memutuskan tujuannya,” jawab Russel yang mengikuti tantenya dan Nenek Sarah bersenang-senang.“Russel, apa kamu menggunakan ponsel baru Tante untuk menelepon mama?” tanya Odelina.“Bukan, Ma. Aku menggunakan ponsel Om Ricky. Ponsel Tante sedang lagi di-charge baterainya.”“Tante lagi di mana? Coba panggilkan Tante ke sini untuk bicara sama Mama.”“Aku pergi cari Tante dulu. Mama tunggu sebentar, yah.”Russel sambil ngobrol sambil berjalan mencari tantenya, Olivia. Di belakangnya, Ricky menjaganya agar dia tidak berlari terlalu cepat hingga terjatuh.“Tante, Mama ingin bicara dengan kamu,” ujar Russel saat menemui Olivia dan segera menyerahkan ponselnya.Olivia menerima teleponnya dari Russel dan menjawab, “Kak.”“Oliv, kamu segera kirim pesan atau telepon Stefan dengan ponsel barumu. Kamu ini,
"Stefan, kakak bilang kamu nggak makan, ya? Kalau kamu nggak makan, nanti badanmu jadi lemas. Lambungnya sakit lagi. Kalau kambuh, aku nggak mau rawat loh, ya," ujar Olivia sambil mengancam. "Kalau aku nggak di rumah, kamu harus makan yang benar, minum yang cukup, tidur yang nyenyak. Kalau aku pulang lihat kamu kurusan, lesu, aku nggak mau lah ngomong sama kamu sebulan."Stefan dengan wajah kesal menjawab, “Sayang, kamu sudah ninggalin aku, malah mengancam juga. Kamu kejam sekali.""Ya, aku memang kejam, siapa suruh kamu terus-terusan mengeluh aku mengabaikan kamu. Sekarang biar kamu rasakan saja gimana rasanya benar-benar diabaikan. Sudah dulu, ya. Aku mau berangkat sekarang. Kamu makan mie yang dibuat kakak. Kerja yang rajin. Aku pasti balik sebelum tanggal 1 September, Russel harus sekolah," kata Olivia.Selesai bicara, Olivia masih sempat berbisik, "I love you, Stefan."Tanpa memperdulikan apakah Stefan mendengarnya dengan jelas atau tidak, Olivia menutup telepon dan memberikan po
Ricky tidak bisa memberikan barang mewah yang disukai perempuan, karena Rika sama sekali tidak menggunakan barang-barang semacam itu. Kemungkinan besar Rika juga tidak menyukainya. Memberikan hadiah yang disukai pria, bukan berarti tidak bisa, hanya saja jika Ricky terus-terusan memberi hadiah kepada Rika, itu bisa menimbulkan salah paham. Nanti, para wartawan di Cianter pasti akan berspekulasi, mengira Ricky gay. Ricky merasa dirinya suatu saat pasti akan diberi label gay."Nenek," kata Ricky setelah menurunkan Russel dan membiarkannya pergi bersama Olivia, "Gimana Nenek bisa tahu dia itu perempuan? Ada buktinya nggak?""Nggak usah dipikir gimana Nenek tahu. Nenek punya bukti yang jelas. Tapi Nenek nggak bisa kasih tahu kamu. Kamu harus cari tahu sendiri."Dasar! Mana mungkin bisa dapat informasi dari sang Nenek?Ricky berkata, "Nek, aku ‘kan cucu Nenek sendiri. Nenek pikirkan aku juga, dong. Aku ‘kan sudah menuruti apa yang Nenek minta. Kalau Nenek kasih tahu, aku pasti bisa bawa
Mendengar kata-kata Russel, Nenek Sarah tersenyum dan berkata, "Benar juga, saat Russel sedang bersenang-senang, mana mungkin dia akan ingat padamu."Ricky kemudian berkata kepada Russel, "Russel, kadang-kadang menyenangkan Om Ricky juga ‘kan nggak apa-apa. Kalau Russel terlalu jujur, Om Ricky jadi sedih."Dengan mata polosnya, Russel berkata, "Mama dan Tante selalu mengajari aku untuk jadi anak yang jujur, nggak boleh berbohong."Russel adalah anak yang patuh. Dia mengingat semua yang diajarkan oleh ibu dan bibinya.Olivia tertawa dan berkata, "Betul sekali, Russel adalah anak yang jujur. Anak baik memang nggak boleh berbohong, ya."Russel kemudian merangsek ke gendongan bibinya.Olivia mengangkat Russel, membiarkan dia duduk di pangkuannya, dan sambil tertawa berkata kepada Ricky, "Ricky, kamu itu ada di urutan belakang sekali di hati Russel. Mungkin Sandy saja masih di depanmu. Russel sering banget tanya tentang Om Sandy, sementara tentangmu, Om Ricky, dia kayaknya nggak pernah meny
Rika dengan santai menjabat tangan Ricky, lalu mempersilakan dia duduk kembali. Sekretaris pria itu mendekat ke meja, membawa secangkir kopi yang belum habis diminum Rika dan meletakkannya dengan lembut di depannya, mengucap dengan sopan, "Pak Riko, saya permisi dulu untuk mengerjakan tugas lain." Rika mengangguk sebagai tanda persetujuan.Setelah sekretarisnya meninggalkan ruangan, Rika menatap Ricky, kedua mata mereka bertemu, saling mencari-cari sesuatu di mata satu sama lain. "Sudah ketemu rumah yang diinginkan, Pak Ricky?" Pak Riko memulai pembicaraan dengan nada yang seolah-olah peduli, tapi sebenarnya masih terasa ada jarak dan kesan dingin.Tidak jelas alasan Ricky datang ke perusahaan untuk menemui Riko, mengingat mereka berdua tidak memiliki hubungan yang dekat, bahkan bisa dibilang mereka adalah rival dalam bisnis. Rika tidak langsung menanyakan maksud kedatangan Ricky, melainkan memilih topik rumah sebagai pembuka, agar tidak terjadi kecanggungan di antara mereka."Suda
Mata Ricky berkilau, "Berarti Hotel Blanche kami lumayan juga, ya, sampai Pak Riko berkunjung beberapa kali?"Rika mengakui, "Sebelum Pak Ricky mengambil alih, Hotel Blanche dalam banyak aspek kalah dengan Hotel Amber Palace kami. Tapi, setelah Pak Ricky ambil alih, hanya butuh tiga bulan bagi Hotel Blanche untuk menyaingi dan bahkan sejajar dengan Hotel Amber Palace.""Saya memang kepala Aurora Group. Meski urusan lini kuliner nggak langsung saya tangani, sebagai kepala, saya tetap perlu tahu kondisi bisnis kami. Saat tiba-tiba ada yang bisa menyaingi kami, saya tentu ingin tahu lebih jauh."Mengenal musuh dan mengenal diri sendiri adalah kunci untuk tidak terkalahkan dalam pertarungan. Meskipun mereka telah mengetahui segala hal tentang Hotel Blanche, mereka tetap tidak bisa lagi menekan Hotel Blanche.General Manager bisnis kuliner Aurora Group juga merasakan tekanan yang besar. Hotel Amber Palace di Cianter adalah brand yang sudah berdiri puluhan tahun, sementara Hotel Blanche ad
"Lebih murah dua miliar dari harga pembelian kamu," ujar Ricky. Rika terdiam sejenak, terkejut.Walaupun hanya selisih dua miliar, tetap saja itu termasuk lebih murah."Pak Riko, ada satu hal lagi, nih, saya butuh bantuan Pak Riko," ujar Ricky, matanya tak lepas menatap wajah menawan Rika. Dalam hati, Ricky berpikir jika dirinya adalah seorang wanita, pasti dia akan terpesona oleh Rika. “Pria” ini sungguh memiliki daya tarik yang luar biasa.Bagaimana jadinya jika Rika berdandan sebagai wanita, membiarkan rambutnya terurai panjang dan memakai makeup? Pasti akan sangat memikat."Silakan, Pak Ricky. Kalau ada yang bisa saya bantu, pasti saya bantu," Rika menjawab dengan nada formal, tapi dalam hati merasa Ricky agak merepotkan.Meskipun ini bukan wilayah kekuasaan keluarga Adhitama, tapi bisnis Adhitama Group juga sudah mulai merambah ke Cianter. Ricky yang sudah lama berkecimpung di Cianter pasti sudah memiliki banyak koneksi. Rika tidak percaya Ricky tak mengenal orang lain yang bis
Rika segera menggenggam ponselnya, berniat untuk menghubungi Ricky. Namun, setelah berpikir sejenak, Rika membatalkan niatnya dan meletakkan ponsel tersebut kembali di atas meja. Sudah lama dia tidak meluangkan waktu untuk bersantai. Mungkin pergi berkuda bersama seseorang bisa menjadi ide yang baik. Setelah merenung sejenak, Rika mengambil kembali ponselnya dan menelepon Ronald, saudara kembarnya. Saat Ronald menjawab, Rika langsung berkata, "Ronald, bisa kamu cari tahu nggak apa sebenarnya alasan Ricky datang ke Cianter kali ini?”Refleks Ronald bertanya, "Apa lagi alasan dia datang ke Cianter? Keluarganya memang punya bisnis di sini, bukannya wajar saja jika dia datang?""Tampak wajar, memang," Rika merenung. "Tapi, aku punya firasat ada yang nggak beres."Rika curiga Ricky sengaja mendekatinya."Ada yang nggak beres gimana? Kak, jangan-jangan dia punya niat tertentu sama kita?" Ronald mempercayai sepenuhnya kata-kata kakaknya. Meski hanya terpaut sepuluh menit usianya dari Ro
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke
Yohanna mencubit gemas pipi adiknya dan berkata, “Kamu kangen sama aku atau kangen sama Ronny? Aku baru turun dari mobil tapi kamu langsung tanya di mana Ronny.” Saat itu Ronny baru saja turun dari mobil yang ada di paling belakang. Kebetulan sekali dia juga mendengar Tommy yang bertanya di mana dia kepada kakaknya. Seketika Ronny pun tersenyum dan memanggil Tommy, “Hey, Tommy, aku di sini.” Tommy dan Christian spontan langsung menoleh ke asal suara itu. Saat mereka memastikan itu benar adalah suaranya Ronny, mereka langsung meninggalkan Yohanna dan berlari ke mendatangi Ronny. Hanya saja karena masih belum terlalu dekat, mereka masih tidak enak hati meminta Ronny memeluk. Namun Ronny seakan bisa membaca pikiran, tanpa berlama-lama langsung menggendong Tommy dan berputar-putar. Setelah Ronny menurunkan Tommy, kini giliran Christian yang digendong dan diajak berputar juga. Mereka berdua sangat senang bisa bertemu lagi dan bermain dengan Ronny. Dari kejauhan Yohanna menyaksikan intera
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l