Share

Bab 4

Author: Anggur
“Kak, Kakak sendiri yang bilang, itu properti yang dimilikinya sebelum menikah. Aku nggak membayar sepeser pun. Nggak masuk akal dong kalau memintanya menambahkan namaku di dalam sertifikat rumah. Hal ini nggak usah dibahas lagi.”

Begitu mereka selesai mengurus buku nikah, Stefan langsung memberi Olivia kunci rumahnya. Olivia bisa langsung pindah dan tinggal di sana. Ini sudah membantunya dalam masalah tempat tinggal. Sudah sangat bagus.

Dia tidak akan meminta Stefan untuk menambahkan namanya ke sertifikat rumah. Namun, kalau Stefan yang berinisiatif sendiri untuk menambahkan namanya, dia tidak akan menolak, karena mereka adalah suami istri, dan mereka akan hidup bersama seumur hidup.

Odelina sebenarnya juga hanya bilang saja. Dia tahu adiknya orangnya mandiri dan tidak rakus akan uang. Jadi, dia juga tidak mempermasalahkan hal ini lebih lanjut.

Setelah diinterogasi dengan banyak pertanyaan, Olivia akhirnya bisa keluar dari rumah kakaknya.

Kakaknya ingin mengantarnya ke Lotus Residence, tetapi keponakannya kebetulan terbangun. Anak itu langsung menangis dan mencari ibunya.

“Kak, Kakak urus Russel saja dulu. Barang-barangku juga nggak banyak. Aku bisa ke sana sendiri.”

Odelina masih harus menyuapi putranya makan. Setelah itu, dia masih harus menyiapkan makan siang. Kalau suaminya pulang untuk makan siang ini dan makanan belum siap, suaminya pasti akan memakinya dan bilang dia tidak melakukan apa pun di rumah, sampai memasak saja tidak bisa.

Dia hanya bisa berkata, “Kalau begitu, kamu hati-hati di jalan. Nanti siang mau datang makan bareng, nggak? Ajak suamimu.”

“Kak, aku harus ke toko siang nanti, jadi aku nggak datang untuk makan, ya. Suamiku sangat sibuk. Dia bilang dia mau melakukan perjalanan bisnis sore ini, jadi mungkin harus menunggu beberapa waktu baru bisa mengajaknya datang untuk bertemu dengan Kakak.”

Olivia berbohong.

Dia tidak mengenal Stefan sama sekali, tapi pernah mendengar dari Nenek Sarah kalau pria itu sangat sibuk dan setiap hari pasti pergi pagi pulang malam. Terkadang pria itu masih harus melakukan perjalanan bisnis, dan sekali pergi biasanya bisa belasan hari sampai setengah bulan. Dia sendiri juga tidak tahu kapan pria itu ada waktu luang, jadi dia tidak berani berjanji pada kakaknya, daripada nantinya harus mengingkari janji.

“Baru urus buku nikah sudah melakukan perjalanan bisnis.” Odelina merasa adik iparnya itu kurang perhatian terhadap adiknya.

“Kami hanya mengurus buku nikah saja dan belum mengadakan pesta. Biarkan saja dia melakukan perjalanan bisnis, menghasilkan lebih banyak uang, karena nanti masih banyak hal yang memerlukan uang. Kak, aku pergi dulu, ya. Kakak suapi Russel makan saja.”

Olivia melambaikan tangan kepada kakak dan keponakannya, lalu menyeret kopernya turun ke bawah.

Dia tahu di mana Lotus Residence, tapi dia belum pernah masuk ke sana.

Dia memanggil taksi dan langsung pergi ke Lotus Residence. Sesampainya di sana, dia baru teringat bahwa dia tidak tanya pada Stefan rumah pria itu ada di lantai berapa.

Dia pun segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon pria itu.

Stefan sedang rapat dan semua orang di ruang rapat telah mengatur ponsel mereka ke mode silent. Selama rapat tersebut berlangsung, semua orang tidak diperbolehkan melakukan panggilan untuk urusan pribadi.

Stefan juga mengatur ponselnya ke mode silent, tetapi dia meletakkannya di atas meja, dan dia melihat ada telepon dari Olivia.

Ketika mereka saling bertukar WhatsApp, dia tidak memberi nama pada kontaknya Olivia. Jadi, ketika wanita itu meneleponnya, tidak ada nama yang muncul. Dia pun tidak berpikir panjang dan langsung mematikan telepon itu karena melihat telepon itu berasal dari nomor yang tidak dikenal.

Setelah itu, dia juga memblokir nomor Olivia.

Olivia tidak tahu menahu mengenai semua itu. Melihat Stefan tidak mengangkat teleponnya, dia pun mengetik pesan untuk pria itu.

Namun setelah mengirimnya, dia baru menyadari kalau tidak bisa terkirim.

Dia tertegun menatap layar ponselnya.

“Kok bisa begini? Jelas-jelas kami ada bertukar nomor telepon di Kantor Urusan Agama tadi? Apa jangan-jangan aku salah mencatat nomor?” gumam Olivia pada diri sendiri, berusaha mengingat apakah dia salah mencatat nomor pria itu.

Dia yakin dia tidak salah. Kalau dia tidak bisa mengirim pesan ke pria itu, hanya ada satu kemungkinan mengapa, yaitu Stefan memblokir nomornya.

Apa pria itu lupa mereka baru saja menikah?

Sejujurnya, kalau dia tidak keluar dari rumah kakaknya, dia mungkin juga akan lupa kalau dia punya suami bernama Stefan dua hari lagi.

Olivia pun menelepon Nenek Sarah. Ketika Nenek Sarah menjawab telepon, dia berkata, “Nek, aku sudah mengambil barang-barangku dari rumah kakakku dan aku ada di Lotus Residence sekarang. Tapi, aku nggak tahu rumah Pak Stefan, eh, aku nggak tahu aku dan Stefan tinggal di lantai berapa. Nenek tahu, nggak?”

Nenek Sarah, “....”

“Olivia, jangan khawatir. Nenek akan menelepon Stefan sekarang.” Karena Sarah juga tidak tahu.

Untuk mengetes Olivia, Stefan sengaja memberi tahu Olivia bahwa rumah dan mobilnya itu baru dibeli. Sarah juga baru tahu setelah kedua anak ini mengurus buku nikah, bahwa cucu sulungnya itu sudah membeli rumah di Lotus Residence.

Sarah menutup telepon dan langsung menelepon Stefan.

Setelah menolak telepon Olivia dan menghapus nomor istrinya, Stefan meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dan melanjutkan rapatnya.

Namun, dalam waktu kurang dari tiga menit, layar ponselnya kembali menyala. Dia mau tidak mau harus mengangkatnya karena itu telepon dari neneknya.

“Nenek, aku lagi rapat.” Stefan berkata dengan suara rendah, “Kalau ada yang mau diomongi, nanti saja waktu aku pulang ke rumah.”

“Stefan, rumah yang kamu beli di Lotus Residence itu di tower yang mana dan lantai berapa? Olivia sudah ke sana, tapi nggak tahu lantai berapa. Bukannya kamu sudah punya nomornya? Cepat beri tahu dia.”

Stefan mengangkat alisnya. Oh iya, dia baru ingat.

Dia baru menikah hari ini, menikahi seorang gadis yang belum pernah dia temui sebelumnya tetapi disukai oleh neneknya. Kalau tidak salah namanya Olivia. Dan dia baru saja menghapus nomor wanita itu.

“Nek, beritahu dia, ada di Tower B lantai 8, unit nomor 808.”

“Ya sudah, Nenek yang beri tahu dia. Kamu lanjutkan kerjaanmu.”

Sarah orangnya tidak bertele-tele. Dia langsung menutup telepon itu setelah mendapat jawaban yang dia malu, lalu memberi tahu Olivia.

Stefan melihat ponselnya dan terdiam sejenak. Dia sebaiknya menyimpan nomor Olivia lagi.

Meskipun Stefan memblokir nomornya, Olivia tidak peduli ataupun kesal.

“Maaf, aku tadi lupa kamu siapa.” Stefan mengirimkan sebuah pesan untuk Olivia, meminta maaf pada wanita itu.

Olivia pernah menyelamatkan Sarah dulu dan yang berterima kasih langsung pada Olivia waktu itu adalah putra dan menantunya. Ketika cucu-cucunya pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya, Olivia sudah tidak berada di sana. Karena itulah, orang sibuk seperti Stefan tidak mengingat siapa Olivia.

Padahal neneknya sering menyebut-nyebut nama Olivia di depannya, tapi dia tidak mendengarkannya dan tidak peduli, sehingga dia tidak mengingat nama Olivia.

Olivia membalas, “Nggak apa-apa. Kamu sibuk. Aku akan membawa barangku ke atas.”

“Perlu bantuan?”

“Aku hanya membawa satu koper. Aku bisa membawanya sendiri. Lagi pula, kalau aku butuh bantuan, memangnya kamu bisa pulang untuk membantuku?”

Stefan dengan jujur menjawab, “Nggak!”

Dia sangat sibuk.

Dia mana punya waktu untuk pulang dan membantu wanita itu pindahan.

Olivia mengirim emoji tertawa dan menangis, kemudian tidak mengirim apa-apa lagi. Dia tidak ingin mengganggu pria itu bekerja.

Stefan tidak membalas lagi. Keduanya tidak saling mengenal dengan baik, jadi tidak ada yang perlu dibicarakan.

Stefan hanya berharap agar istrinya ini bisa lebih patuh dan tidak selalu merepotkannya dalam hal-hal kecil. Dia tidak punya waktu untuk meladeni wanita itu.

Dia pun meletakkan ponselnya kembali di atas meja. Ketika dia mendongak, dia mendapati semua orang sedang menatapnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Elsa muthia Handini
sesibuk apapun tolong sempatkan untuk bertemu
goodnovel comment avatar
Li Ir
cerita y bagus, aq suka
goodnovel comment avatar
Aeny Aena
maaf author alur ceritanya kok mirip dg cerita sebelah. Tokohnya kakak adik yg ortu nya sdh meninggal Tokoh utama menikh dg CEO krn paksaan Kelg yg d segani. kakak perempuannya menyarankan sertigikat rmh. Tokoh utama punya usaha sendiri.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 4063

    Setelah percakapan dengan karyawannya berakhir, Rosalina menaruh kembali ponselnya dan bersandar ke sandaran, dan memutar-mutar kursi berwarna hitamnya ke depan ke belakang. Rosalina sedang berada di ruang kerjanya. Pintunya diketuk dan Doni langsung masuk ke dalam. “Kak Doni,” sapa Rosalina. Begitu melihat Doni datang, dia langsung berdiri dan keluar dari mejanya. “Lagi melamun?” sapa Doni dengan hangat. “Capek, ya? Kalau capek istirahat saja. Tinggal dua hari lagi kamu sudah pulang ke Mambera. Di sini biar aku saja yang tangani. Kakak ipar kamu lagi hamil, kamu harus meluangkan lebih banyak waktu menemani dia.” “Nggak capek, sih. Tadi aku barusan telepon sama karyawan tokoku dan jadi kepikiran sama sesuatu yang lagi mengganjal hatiku.” Mereka berdua duduk di sofa yang ada di area tamu. “Ada apa memangnya? Penjualan toko bunga kamu lagi menurun?” Rosalina sudah mencurahkan banyak darah dan keringatnya dalam membangun Spring Blossom. Toko itu juga yang selalu setia menemani Rosa

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 4062

    Di mata mereka, Lisa juga masih terlihat sangat muda. Giselle refleks meraba perutnya dan mengeluarkan desahan ringan. Dengan suara lirih dia menjawab, “Aku dulu pernah hamil. Keadaan janinku waktu itu kurang baik. Akhirnya aku keguguran. Suamiku minta aku untuk jaga kesehatanku dulu, baru coba punya anak lagi. Nggak apa-apalah, lagi pula aku masih muda.” Karyawan toko pun mencoba untuk menghibur Giselle sebisa mereka, seraya memilihkan tanaman yang bagus untuknya. Setelah Giselle membayar bunganya, dia meminta dua pengawal yang datang bersamanya untuk menaruh tanaman-tanaman itu ke dalam mobil. Sebelum pergi, Giselle memberikan kartu namanya kepada karyawan toko dan berkata, “Kalau nanti bos kalian atau Olivia balik, tolong kabari aku. Aku mau bikin janji sama mereka susah banget dihubungi.” Si karyawan toko menerima kartu nama Giselle dan meliriknya sekilas. Dia pun menjawab, “Bu Olivia mungkin jarang datang karena perutnya sudah makin besar. Dia sekarang lebih banyak menghabiska

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 4061

    Berhubung jarak ke Spring Blossom tidak jauh, Giselle memutuskan untuk pergi ke sana. Sayang sekali jka dia tidak mengacak-acak Spring Blossom dengan identitasnya sebagai Lisa. Saat itu Rosalina sedang tidak berada di toko, di sana hanya ada dua karyawannya yang berjaga. “Bos kalian mana?” tanya Giselle. “Biasanya cuma ada kami berdua di toko. Bos sibuk, paling datang kalau cuma ada waktu senggang saja. Bu Lisa ada perlu apa kalau boleh tahu?” tanya salah satu karyawan. Dia masih ingat Giselle pernah datang berkunjung ke toko sebagai Lisa. “Oh, nggak apa-apa. Cuma tanya saja. Waktu aku beli bunga di sini, bos kalian ada. Aku penasaran saja kali ini dia nggak kelihatan. Tolong pilihan dua pot kacang saba, dong. Bunga yang di rumahku sudah layu. Aku mau ganti yang baru.” Tanaman kacang saba yang ada di vilanya sekarang Giselle beli di tokonya Rosalina. Tanaman kacang saba, atau juga dikenal dengan pohon uang, melambangkan kekayaan jika dirawat dengan baik. Benar saja, kondisi keuang

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 4060

    Sekarang giliran Dira yang selalu menjodohkan Yohanna dengan Ronny. Ketika Ronny baru saja keluar, Dira langsung masuk. Bahkan orang bodoh sekalipun tahu ini pasti ada kaitannya. Andai saja Yohanna menyadari kesetiaan Ronny kepadanya, mungkin Yohanna akan curiga adik sepupunya sudah disuap oleh Ronny. “Kebetulan tadi aku berpapasan sama dia waktu aku mau masuk. Dia bersikap sopan sama aku. Senyum dia ramah seperti biasa, dan cara dia menatapku juga lebih terasa seperti segan. Perlakuan dia ke kita berbeda jauh. Sejak dulu aku sudah menyadarinya. Tatapan mata dia waktu lihat Kak Yohanna itu seperti ada rasa sayang. Aku rasa sikap Ronny itu lebih pas dikatakan sayang, daripada setia.” “....”“Kak, dari pertama kali aku ketemu Ronny, aku sudah tahu dia itu beda dari yang lain. Aku merasa dia cocok sama Kakak. Kakak tahu aku, aku nggak pernah jadikan Kakak sebagai bercandaan. Tapi setelah ketemu Ronny, aku jadi suka isengin Kakak. Aku benar-benar merasa Kakak cocok sama Ronny. Dulu sebe

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 4059

    Dira mengiyakan ucapan Yohanna. Setelah Yohanna selesai memeriksa semua berkas, dia berata, “Kak, gimana kalau kita coba cari pacar. Karena kita nggak punya pacar, cowok-cowok lain jadi mau menguasai kita lewat pernikahan. Asal kamu pcaran saja, nggak perlu sampai menikah, atau mungkin cuma bersandiwara saja juga sudah cukup untuk bikin mereka mundur.” Mendengar itu, Yohanna mengangkat kepala menatap adiknya dan tersenyum, “Ide macam apa itu? Sampai detik ini aku nggak pernah pacaran. Mereka cuma tahu aku nggak gampang untuk didekati, bahkan aku nggak punya perasaan apa-apa. Kalau aku pacaran, mereka jadi tahu aku nggak ada bedanya sama cewek normal. Pacaran dan habis itu menikah. Mereka bakal lebih gencar mengejar aku.” Itulah yang akan terjadi, kecuali pacar Yohanna nanti bisa membuat mereka semua gentar. Keluarga mertua Yohanna harus cukup kuat agar bisa melindungi keluarga Pangestu, dan calon suami Yohanna harus dengan tulus mencintai Yohanna, tanpa ada niat terselubung untuk men

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 4058

    Ronny segera keluar dari ruang kantor Yohanna. Ketika baru saja keluar, Ronny berpapasan dengan Dira yang hendak menemui kakak sepupunya. “Halo, Dira,” sapa Ronny dengan santun. Dira mengangguk. Setelah Rony pergi, Dira mengetuk pintu kantor Yohanna dan masuk ke dalam. “Hari ini Ronny datangnya lebih awal, ya,” ucap Dira, seraya dia membuka tumpukan berkas yang dia bawakan untuk Yohanna. Kemudian dia serahkan tumpukan berkas itu pada Yohanna dan berkata, “Kak, yang ini perlu cepat. Tolong dilihat dulu.” Yohanna mengambil tumpukan berkas itu dari Dira sembari menyahut, “Setiap hari dia kurang lebih datang jam segini. Nggak lebih awal, dan nggak telat juga.” “Si Lota itu datang lagi?” tanya Dira. Lota datang dan minta bertemu dengan Yohanna. Dira baru mengetahuinya belakangan. “Iya, tapi aku nggak temui dia. Dia datang bawa banyak hadiah tahun baru untuk kita. Aku sudah minta dia bawa pulang. Orang yang punya ambisi besar datang-datang bawa hadiah sebanyak itu pasti punya niat yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status