Dia masih bisa berakting.“Reiki, Calvin, kalian temani mereka kembali ke kantor dulu. Aku akan ke sana dan berbicara dengan kakak ipar kalian,” ujar Stefan dengan suara rendah, lalu melangkah ke arah Olivia.Para pengawalnya tentu tidak berani mengikutinya.“Pak Stefan bertemu seseorang yang dikenal?” Para klien memandangi Stefan berjalan menghampiri seorang wanita dengan rasa penasaran.Bukannya Pak Stefan tidak memperbolehkan wanita muda muncul dalam jarak tiga meter darinya, selain keluarganya?“Iya, kenal.” Reiki tersenyum sambil mempersilakan para klien untuk berjalan ke mobil mereka.Melihat Reiki tidak terlihat ingin mengatakan lebih banyak, para klien itu dengan bijak berhenti bertanya.“Oliv.” Stefan berjalan ke arah Olivia, mengulurkan tangannya untuk membantu merapikan jaket Olivia, lalu bertanya dengan peduli, “Mengapa kamu bisa di sini? Kamu tahu aku ke sini untuk membicarakan bisnis dengan klien, ya? Makanya sengaja datang ke sini untuk menungguku?”Hujan sudah berhenti
Olivia tidak melihat Dimas yang masuk kembali di dalam hotel untuk bersembunyi ketika rombongan Stefan dan yang lainnya keluar tadi.Dia tidak tahu bahwa pria di sampingnya, yang peduli padanya dan membuat hatinya terasa hangat itu pintar sekali akting.Dia berkata kepada Stefan, “Kakakku baru saja menelepon. Dia sudah bernegosiasi dengan Roni mengenai persyaratan perceraian mereka.”“Bagaimana jadinya?”“Semua harta atas nama Roni akan dibagi rata dengan kakakku. Kakakku nggak akan mengambil rumah dan mobil pria itu, tapi pria itu harus membayar sejumlah uang lagi pada kakakku. Hak asuh atas Russel milik kakakku. Dia harus membayar 6 juta sebulan sebagai biaya tunjangan untuk Russel.”“Dia meminta agar kakakku menyerahkan semua bukti yang merugikannya itu padanya, tanpa menyimpan salinan apa pun. Kakakku berjanji dia nggak akan membalas dendam pada pria itu setelah bercerai.”Stefan bertanya, “Apa kata kakakmu?”“Kakakku bilang dia menyetujuinya, tapi kakakku hanya berjanji untuk ngga
“Kak Odelina baru saja bercerai dan pekerjaannya belum stabil. Kita bayarkan saja dulu uang sewanya.”Stefan sebenarnya sangat bersedia untuk mengeluarkan uang dan memberi sebuah rumah untuk kakak iparnya dan Russel. Kakak iparnya adalah orang terdekat istrinya. Dia tidak akan memperlakukannya dengan buruk.Namun, dia tidak bisa melakukan itu sekarang.Kalau berdasarkan sifat Olivia dan Odelina, kalaupun dia memberikan sebuah rumah, Odelina juga tidak akan mau menerimanya.“Kakakku akan mendapat lebih dari 2 miliar dari Roni. Dia nggak akan membiarkan kita membayar uang sewanya.”Olivia dan kakaknya selalu saling membantu, tapi tidak pernah menganggap bantuan dari satu sama lain itu sudah seharusnya.Kakaknya tidak mau hidup bergantung pada adiknya, dia juga sama, tidak mau bergantung pada kakaknya. Mereka saling membantu dengan tulus.Stefan terdiam.Tak lama kemudian, mereka sampai di kantor Adhitama Group.Stefan menghentikan mobil dan menoleh untuk melihat Olivia.Olivia juga menat
Stefan akhirnya merasakan kepedulian Olivia terhadapnya. Dia berkata dengan lembut, “Aku ada acara bisnis malam ini, jadi nggak bisa pulang cepat. Kamu nggak perlu menungguku. Tidurlah lebih awal, tapi tidur di kamarku.”Wajahnya yang tampan sedikit memerah.Karena dia ingat dulu dia pernah mengatakan bahwa kamarnya adalah tempat terlarang dan Olivia tidak diperbolehkan masuk.Sekarang, dia yang meminta wanita ini untuk masuk ke kamarnya.Olivia tersenyum dan berkata, “Oke, aku nggak akan mengunci pintu. Cepat masuk sana. Jangan berdiri di luar. Anginnya dingin.”Stefan berbalik badan dengan enggan dan berjalan masuk ke kantor.Olivia memperhatikan sosok tampan itu berjalan semakin jauh, lalu kembali ke mobil dan menyetir pergi.Setelah masuk ke gedung kantor, Stefan melihat Reiki berdiri di sana sambil tersenyum padanya.Stefan diam saja.Dasar tukang gosip satu ini!Dia melirik Reiki sekilas, lalu berjalan masuk sendiri.Reiki tidak peduli dengan apa yang Stefan pikirkan tentangnya.
“Kamu bilang apa?”“Apa yang bisa kukatakan padanya? Aku nggak mungkin berterus terang padanya dan bilang penerusnya di masa depan ingin merebut wanitamu, ‘kan? Hal ini disebabkan oleh urusan pribadimu. Kamu urus saja sendiri. Aku akan menyuruh Shelvi untuk mengatur jadwalmu agar bisa bertemu dengan bos Pratama Group.”Stefan berkata dengan datar, “Habis tahun baru baru dibahas lagi saja. Aku ada business trip dua hari lagi.”Reiki tertegun, curiga dirinya salah dengar. “Kamu mau business trip? Mau business trip ke mana? Memangnya kamu bersedia berpisah dari istrimu? Hubungan kalian sudah semakin dekat.”Setelah diam cukup lama, Stefan berkata, “Rasanya nggak apa-apa kalau aku memberitahumu. Semua orang di kota ini juga akan segera mengetahuinya.”Ini baru namanya gosip.Sebagai seorang tukang gosip, telinga Reiki langsung menegak. Dia tersenyum dan berkata, “Ada apa?”“Adik yang selalu dicari-cari oleh Yuna Sanjaya kemungkinan adalah ibu mertuaku.”Reiki berkata, “... Memangnya kamu p
Jika sejak awal Olivia sudah mengetahui bahwa Stefan adalah putra sulung keluarga Adhitama, Olivia juga tidak mungkin mau menikah dengan Stefan.Bisa dibilang, Nenek Sarah sudah menyembunyikan identitasnya dari Olivia sejak awal.Reiki bergumam di dalam hati, “Dasar keluarga tukang pembohong semua.”Mau punya cucu menantu caranya tidak seperti ini.Reiki berpikir, dia juga tidak mengungkapkan identitasnya kepada Junia. Dia tiba-tiba merasa cemas. Dia memutuskan nanti waktu bertemu dengan Junia lagi, dia memberi tahu Junia bahwa dia sebenarnya adalah tuan muda dari keluarga Ardaba.Jangan sampai dia mengikuti jejak Stefan.“Kamu pikirkan saja caranya sendiri. Lagian, aku bukan kamu, jadi aku nggak bisa memutuskannya. Tapi, Olivia sifatnya juga keras kepala. Kalau kamu nggak menanganinya dengan baik, kalian berdua mungkin akan berpisah.”Wajah Stefan menjadi pucat.Yang dia takutkan adalah Olivia memutuskan hubungan dengannya untuk selamanya.Karena itulah, dia pikir dia akan menunggu sa
Sebenarnya, Stefan merasa dia lebih baik melakukan sesuatu daripada ngomong yang manis-manis.Dia merasa lebih mudah membuktikan cintanya dengan perbuatan daripada dengan kata-kata manis.Tentu saja, jika Olivia suka mendengarkan kata-kata manis, secuek dan sedingin apapun dirinya, dia juga bersedia untuk belajar melakukannya.Reiki bangkit, mencondongkan tubuh, dan mengingatkan temannya dengan suara rendah, “Ingat, tentang Junia.”Stefan dengan pelan mendorong tubuh Reiki yang dicondongkan ke arahnya dengan satu tangan. Setelah mengobrol cukup lama dengan Olivia, dia membantu Ricky bertanya, “Olivia, Junia ada ke toko nggak sore ini? Temanku itu terus mengkhawatirkan Junia yang sedang sakit. Dia ingin pergi menjenguk Junia.”Olivia menjawab, “Junia nggak datang. Aku menyuruhnya beristirahat di rumah. Tunggu demamnya sudah benar-benar reda baru datang. Temanmu mau melihatnya? Langsung telepon saja. Ajak dia keluar.”“Junia lagi sakit. Hari ini cuacanya juga dingin. Kalau mengajaknya ke
Stefan mengambil tas itu dari Shelvi.Ada dua kotak merah di dalamnya.Dia mengeluarkan salah satu kotaknya.Reiki tidak bodoh, langsung paham bahwa Nenek Sarah mengeluarkan barang berharga dari koleksinya sendiri dan memberikannya untuk Stefan, supaya Stefan bisa menyenangkan Olivia.Dia iri karena Stefan memiliki nenek yang baik yang mengkhawatirkan cucunya karena belum menikah.Selain itu, Nenek Sarah juga orang yang sangat dihormati di keluarga Adhitama. Tidak ada orang yang menghentikannya ketika dia menyuruh Stefan dan Olivia menikah ketika baru mengenal.Reiki juga ingin memiliki nenek seperti itu.Sayangnya, neneknya sudah meninggal.“Aku keluar dulu.”Reiki tidak ingin melihat temannya bermesraan lagi di hadapannya.Dia bangkit, lalu keluar dari ruangan presdir bersama Shelvi.Setelah melihat dua cincin bertema keabadian yang diberikan neneknya padanya, Stefan mengeluarkan ponsel dan menelepon neneknya. Dia berkata pada neneknya, “Nek, aku ingin membeli dua cincin ini, untuk d
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu