Share

Bab 9

Author: Elyssa
"Aku 'kan nggak punya alasan harus datang," ujar Darlene sambil menoleh.

"Kakek sudah dari pagi tanya soal kamu terus. Makan malam keluarga hari ini diadakan di rumah lama Keluarga Bramantyo."

Kakek Kenward, Harold, adalah satu-satunya orang di Keluarga Bramantyo yang benar-benar baik pada Darlene setelah dia menikah ke keluarga itu. Berbeda dari kebaikan palsu Kenward yang hanya di permukaan, perhatian Harold padanya benar-benar tulus.

Langkah kaki Darlene yang sempat melangkah menjauh akhirnya berhenti. Dia memutar arah dan berjalan ke kursi penumpang depan. Begitu pintu mobil terbuka, sosok di dalam membuatnya tertegun.

"Darlene, kita bertemu lagi," sapa Gianna dengan senyum lembut.

Hari ini, Gianna mengenakan setelan berwarna abu-abu muda dengan sentuhan merah muda. Manis tetapi tetap elegan. Kalung berlian merah muda di lehernya jelas adalah kalung yang dulu diberikan Kenward. Buket mawar merah muda di pangkuannya pun tidak perlu ditanya, pasti juga pemberian Kenward.

Darlene seketika teringat masa kuliah, saat Kenward masih berusaha mendekatinya. Setiap kali datang menemuinya, Kenward selalu membawa mawar merah muda. Bahkan setelah mereka resmi berpacaran, setiap kencan pun Kenward tidak pernah absen membawa bunga yang sama.

Waktu itu, teman sekamarnya pernah bercanda. "Di mata Kenward, kamu pasti seperti mawar merah muda. Makanya dia selalu kasih bunga itu."

Sekarang, mengingat semua itu, Darlene sadar orang yang sedang jatuh cinta memang jarang berpikir jernih, begitu pula orang di sekitarnya.

Darlene tahu diri. Dia tidak berkata apa-apa dan memilih duduk di kursi belakang.

"Darlene, aku rasa kita sudah makin akrab saja."

Darlene diam saja, tetapi Gianna terus berbicara.

"Oh ya, kamu jangan salah paham. Keluargaku dan Keluarga Bramantyo memang sudah saling kenal sejak lama, jadi Kenward mengundangku ikut makan malam keluarga cuma demi sopan santun."

Melalui kaca spion, Gianna melirik Darlene yang duduk di belakang. Wajah Darlene tampak sangat pucat di bawah riasan tipisnya, lebih pucat dari biasanya.

"Aku dan Kenward teman sekelas waktu SMA. Waktu kami pacaran dulu, aku sering datang ke rumah keluarganya. Semua orang di sana sangat baik. Mereka memperlakukanku seperti keluarga sendiri."

"Kenward, kamu masih ingat nggak? Waktu itu aku ceroboh banget sampai menjatuhkan vas antik kesayangan Kakek. Kamu takut aku dimarahi, jadi kamu ngaku kalau kamu yang menjatuhkannya."

"Itu sudah bertahun-tahun lalu," jawab Kenward singkat sambil tetap fokus menyetir. "Memang waktu itu salahku juga, aku seharusnya nggak membawamu ke ruang kerja Kakek."

Darlene teringat saat pertama kali naik mobil Kenward dulu, dirinya juga seperti Gianna. Berusaha keras mencari topik pembicaraan agar suasana tidak kaku.

Namun waktu itu, apa pun yang dia katakan, Kenward tidak menjawab satu kata pun. Akhirnya, dia sempat bertanya kepada Saka. Saka menjelaskan, "Pak Kenward nggak suka diajak bicara waktu menyetir, itu kebiasaannya."

Sejak saat itu, setiap kali naik mobil dengannya, Darlene pun tidak lagi berusaha memulai percakapan.

Sekarang, mendengar Kenward berbincang santai dengan Gianna, bahkan sesekali menanggapi dan memulai topik baru sendiri, Darlene menyadari satu hal. Kebiasaan ternyata bisa diubah. Perbedaannya hanya satu, cinta atau tidak cinta.

Darlene mulai menyesal naik mobil itu. Padahal kalau hanya demi menemui Kakek, dia bisa saja memesan taksi sendiri.

Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah lama Keluarga Bramantyo, sebuah rumah besar bergaya klasik, hampir menyerupai sebuah manor. Keluarga Bramantyo memang keluarga besar, dengan banyak kerabat dari berbagai cabang keluarga.

Darlene berjalan di belakang Kenward dan Gianna saat mereka masuk ke aula utama. Di sana, semua anggota keluarga sudah berkumpul.

"Gianna? Wah, sudah lama sekali! Kamu tambah cantik saja sekarang."

"Aku dengar kamu baru pulang dari luar negeri ya? Katanya sampai ambil gelar doktor psikologi? Hebat sekali!"

"Kenward bilang kamu sekarang kerja di FY ya? Kalau begitu, desainer perhiasan berikutnya yang mendunia pasti kamu!"

Semua orang mengelilingi Gianna, seolah-olah dialah menantu sebenarnya dari Keluarga Bramantyo.

Hanya satu orang yang memperhatikan Darlene, yaitu Whitney, bibi kedua.

"Cepat sana bantu di dapur, jangan bengong. Mereka sudah kewalahan di dalam. Nah, pakai celemekku."

Tanpa banyak basa-basi, Whitney melepas celemek dari tubuhnya dan melemparkannya ke arah Darlene.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 100

    Belum sempat dia minum, gelas anggur itu sudah direbut oleh Kenward."Dia cuma karyawan kecil. Kalau Pak Devan harus berurusan dengan dia, itu sama saja dengan merendahkan diri." Kenward meneguk habis isi gelas itu."Ah, iya, iya, Pak Kenward benar. Kalau begitu, aku minum satu gelas lagi sebagai hukumannya." Devan juga menenggak segelas.Keduanya terus minum, sementara Darlene yang duduk di samping merasa sangat bosan. Setiap kali Devan mencari kesempatan untuk menjejalkan minuman ke Darlene, Kenward selalu menghentikannya.Darlene tidak pernah membayangkan akan ada hari di mana Kenward mau membantunya menolak minuman. Meskipun begitu, kemungkinan besar alasannya hanya karena tidak mau repot mengurus dirinya kalau sampai mabuk.Saat itu, pelayan mengetuk pintu ruang privat, membawa satu hidangan baru."Ini khusus aku pesan untuk Bu Darlene, pepaya rebus snow jelly. Bagus untuk kecantikan. Ayo, cepat dicoba."Selesai berbicara dan melihat Darlene tidak bergerak, Devan langsung mendesak

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 99

    Saka memarkir mobil, lalu ikut menyusul. Dia berjalan di belakang Kenward dan Darlene dengan tangan membawa tas dokumen.Darlene menyadari sesuatu, lalu menoleh dan bertanya kepada Kenward, "Kamu membawaku untuk membicarakan urusan bisnis?""Kalau bukan itu, apa lagi?" Kenward juga menoleh, beradu pandang dengan Darlene. "Masa kamu berharap aku membawamu untuk berkencan?"Darlene melihat jelas godaan dalam mata Kenward. Dia buru-buru memalingkan wajah. Senyuman Kenward yang menawan sedikit terangkat di sudut bibir.Tiga orang berjalan masuk ke hotel besar itu. Mereka menuju ruang privat yang sudah ditentukan.Hotel ini berbeda dari kebanyakan hotel mewah lainnya. Gaya dekorasinya sangat kental dengan nuansa kuno.Darlene mengikuti Kenward masuk ke ruang privat. Ruang ini berbentuk suite. Bagian luarnya seperti ruang makan besar di restoran kuno, dengan meja makan bundar berputar dari kaca yang sangat besar. Sedangkan bagian dalam suite lebih mirip kamar hotel, lengkap dengan lemari dan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 98

    Darlene akhirnya mencari sebuah klinik kecil dan mendapatkan obat untuk mengurangi bengkak dan meredakan nyeri. Di sisi lain, Kenward memberinya cuti sakit bergaji selama lima hari. Tidak ada pemotongan gaji.Meskipun demikian, Darlene tidak akan menganggap itu karena Kenward peduli padanya.Walaupun wajahnya tidak perlu lima hari untuk kempes kembali, memberinya lebih banyak hari libur memang lebih mudah untuk meredakan gosip di perusahaan.Saat Darlene kembali bekerja, orang-orang yang membicarakannya memang jauh berkurang. Awalnya dia masih bingung, kemudian baru tahu ternyata Freddy sudah dipecat.Dengan latar belakang pendidikannya dan masa kerjanya di perusahaan, sebenarnya yang seharusnya dipecat adalah dirinya.Namun, surat pemecatan Freddy ditulis langsung oleh Kenward sehingga tidak ada satu pun di perusahaan yang berani banyak bicara.Mereka semua penasaran apa sebenarnya hubungan antara Kenward dan Darlene, tetapi karena takut terseret, mereka hanya bisa menahan diri di kan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 97

    "Gianna!" Evelyn sangat bersemangat, tetapi langsung ditahan oleh Gianna."Pelankan suaramu.""Hari ini si Darlene pasti akan dipecat oleh Pak Kenward, benar-benar memuaskan sekali!"Gianna tidak memberi komentar. Semalam, dia mengirim foto yang diam-diam dia ambil, foto Freddy dan Darlene yang sedang saling tarik-menarik, kepada Evelyn.Namun, dia tetap pura-pura bertanya kepada Evelyn, "Bukankah Freddy punya istri? Apa hubungannya dengan Darlene?"Semua sesuai dugaannya. Keesokan harinya istri Freddy datang ke perusahaan mencari Darlene dan membuat keributan.Reputasi Darlene di perusahaan sekarang semakin buruk. Jika karena masalah ini dia dipecat oleh Kenward dan keluar dari Grup Bramantyo, itu akan sempurna sekali.Namun ....Gianna melihat arah yang dituju Kenward saat membawa Darlene pergi bukan menuju ruang rapat, melainkan menuju lift.Di dalam lift, Darlene juga mengira Kenward akan memecatnya. Namun, ternyata Kenward membawanya ke area parkir B2."Kita mau ke mana?" Darlene

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 96

    Sekarang sudah lewat tengah malam. Mungkin masih ada orang di bar, tetapi di dek sudah tidak ada siapa pun. Kecuali Darlene.Darlene datang sesuai janji dan melihat Freddy, staf penjualan itu. Katanya saat mereka berjalan-jalan di tempat wisata siang tadi, dia membantu Darlene memotret beberapa foto dan ingin mengirimkannya.Namun, Darlene merasa itu hanya alasan untuk menambah kontaknya. Keduanya mengobrol, lalu Freddy mengajaknya melihat pemandangan laut di dek. Darlene menolak tiga kali. Freddy sampai melakukan panggilan video dan akhirnya dia terpaksa setuju."Kamu ngotot banget minta aku keluar, ada urusan apa?" tanya Darlene langsung.Freddy kelihatan polos. Senyumannya pun tampak jujur. "Darlene, sebenarnya aku sudah lama memperhatikanmu di kantor."Kalimat pembuka itu membuat Darlene mengira Freddy ingin menyatakan cinta."Aku tahu aku nggak bisa dibandingkan dengan Pak Kenward ...."Freddy yang tiba-tiba menyebut Kenward, membuat ekspresi Darlene berubah."Tapi bulan depan aku

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 95

    Entah kenapa, Darlene tiba-tiba muncul rasa ingin bersaing. Dia mulai mempercepat gerakan. Orang itu sepertinya juga memahami maksud Darlene dan juga mulai mempercepat gerakan.Keduanya pun saling berlomba dan akhirnya Darlene terlambat selangkah.Ketika muncul kembali ke permukaan, Darlene melepas kacamata renangnya dan melihat ke jalur renang sebelah. Orang di jalur sebelah itu juga melepas kacamata renang dan memperlihatkan wajahnya."Kok kamu di sini?" Melihat Kenward, Darlene membelalakkan mata. "Kamu nggak pergi ke pesta dansa?""Pesta dansanya sudah lama selesai."Mendengar ucapan Kenward, barulah Darlene sadar kalau ternyata dia sudah berenang selama itu.Kenward yang berada di dalam air berbeda dengan saat siang hari di taman air. Dia tidak mengenakan atasan, hanya mengenakan celana renang. Bagian atas tubuhnya yang terekspos, terlihat berotot dan proporsional. Di kolam renang biru jernih, dia terlihat seperti pahatan marmer yang halus.Darlene tak menyangka dirinya berlomba d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status