Share

Bab 4 Kepergok Warga

Penulis: Aku_Ram
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 16:00:28

“Sepertinya kalian yang harus pergi! Aku baru saja menghubungi polisi!” teriak Lea dengan berani. Walau sebenarnya, ia berusaha mati-matian untuk mengumpulkan keberanian.

Mereka berempat panik dan langsung kabur dengan mobil. Lea masih berteriak meminta tolong. Sayangnya, tak ada yang datang.

Lea menghampiri laki-laki yang terbaring itu. Lea lega karena laki-laki itu masih hidup. Telunjuk pria itu mengarah ke pagar kontrakan Lea. Lea pikir, mungkin laki-laki itu juga tinggal di sana.

Akan tetapi, tiba di teras kontrakan, laki-laki itu tidak sadarkan diri. Lea berteriak memanggil pemilik kontrakan. Namun, ia menyadari jika pintu pagar rumah sebelah tergembok dan tidak ada mobil di garasinya.

Rumah itu ternyata kosong. Entah ke mana seluruh penghuni rumah dua lantai itu.

Laki-laki itu benar-benar babak belur. Terdorong rasa iba, Lea membawa laki-laki itu masuk ke kamar kontrakannya. Kemudian mengobati lukanya dengan kotak P3K kecil yang kerap kali dibawanya.

Lea menyerah saat berusaha membuat laki-laki yang babak belur itu sadar. Gadis itu sama sekali tidak tahu. Laki-laki yang ditolongnya pingsan karena efek bius dan pukulan di kepalanya yang cukup kuat.

“Kasihan sekali dia. Sepertinya korban begal. Dompet sama ponselnya hilang. Namanya siapa ya?” gumam Lea bingung.

Lea berharap pemilik kontrakan cepat pulang. Kemudian membantunya membuat laporan ke kantor polisi.

Saking paniknya dengan apa yang dialaminya malam ini. Lea sampai lupa dengan nasi gorengnya. Gadis itu kelelahan dan akhirnya ketiduran di sisi tempat tidur.

Malam beranjak dan Lea merasa kedinginan. Tanpa sadar, ia naik ke tempat tidurnya dan memeluk laki-laki itu. Ia merasa hangat. Tanpa tahu jika yang ia peluk adalah tubuh seseorang yang sedang demam.

Lea tak menyadari masalah yang akan dihadapinya. Hujan yang turun seakan menjadi musik merdu yang membuat tidurnya semakin nyenyak.

Keesokan paginya, sang ibu pemilik kontrakan mencoba membangunkan Lea. Wanita itu membawa tabung gas baru dan satu galon. Ia juga membawa satu bungkus nasi kuning dengan harapan penyewa itu akan betah dan memperpanjang sewa.

Cukup lama tak mendengar sahutan. Wanita itu mengintip di celah jendela yang tirainya tidak terututp rapat. Takut jangan sampai terjadi apa-apa pada penyewa kamarnya.

Namun, alangkah terkejutnya wanita itu melihat pemandangan di dalam kamar. Pantas saja diteriaki tak menyahut. Gadis penyewa semalam tertidur pulas berpelukan bersama seorang pria.

“Nggak bener ini! Harus lapor Pak RT!” batin wanita itu menggembok pintu kamar Lea lebih dulu. Kemudian ia bergegas ke rumah di ujung jalan.

***

Cahaya matahari perlahan menerobos masuk. Menyinari wajah tampan tapi pucat yang tersamarkan oleh banyak luka. Dahinya perlahan berkerut, tapi kehangatan guling dalam pelukannya masih membuatnya terlena.

Dari balik punggung laki-laki itu. Terdapat banyak pasang mata yang mengintip dari celah tirai. Mencoba memastikan kebenaran informasi yang mereka dapatkan dari salah seorang warga.

“Ini tidak bisa dibiarkan Pak RT!”

“Iya! Mereka sudah berbuat tak senonoh di desa kita!”

“Tenang dulu, Bapak Ibu! Kita harus pastikan dulu! Siapa tahu mereka itu sodara.”

“Semalam dia datang sendirian kok, Pak RT! Mungkin kabur dari rumah. Terus disusulin sama pacarnya.”

“Mereka harus dihukum! Kalau perlu, kita arak keliling biar jadi contoh buat warga sini!”

Bruukk! Bruuk! Brukk!!

Suara gedoran pintu semakin jelas terdengar. Dua insan yang tadinya pulas, mulai menggeliat. Lea mengerjap,  begitu juga dengan laki-laki yang memeluknya.

Kyaaa!!!

Pekikan Lea teredam suara ribut-ribut di luar sana. Dua anak manusia itu panik. Terlebih mendengar tuduhan-tuduhan yang disebutkan para warga.

“Ka-mu kenapa ada di sini?” tanya laki-laki itu.

“Semalam kamu nggak sadar setelah dibegal. Saya nggak tega ninggalin orang pingsan di jalanan,” jawab Lea tanpa menatap lawan bicaranya. Fokusnya hanya pada pintu.

Bruukk! Bruuk! Brukk!!

Detak jantung Lea berpacu tak beraturan. Pintu kamar kontrakannya hendak didobrak. Teriakan histeris para warga memekak dan menyayat telinga.

Braakkk!!

Detik-detik kala pintu kamar itu dihantam. Beradu dengan tatapan penuh kebencian dari banyak pasang mata. Tatapan mereka penuh kecaman. Menatap Lea yang berdiri dengan punggung menempel di tembok.

Bergantian dengan laki-laki yang terduduk di atas tempat tidur. Tak bereaksi selain sibuk memijat pangkal hidung mancungnya. Terlihat begitu tenang untuk standar orang yang baru saja digrebek warga.

“Kenapa kalian membuat keributan?” tanyanya dengan suara parau. Sulit bicara karena sudut bibirnya sobek.

Lea menalan saliva mengartikan makna tatapan mereka yang merendahkan. Dari ujung kepala hingga kaki, tatapan mereka disertai ekspresi jijik. Mereka seolah baru saja menyaksikan tontonan murahan.

Dengan wajah memerah menahan malu. Lea ingin mencoba menjelaskan, tapi lidahnya kelu. Tak tertahankan, air mata Lea jatuh membahasi wajah imutnya.

“Lihat kan, Pak RT! Mereka tidur bersama!” ucap seorang warga dengan telunjuk yang mengacung tegas.

“Cantik tapi murahan!”

“Kenapa malah milih yang modelan preman begini, Neng? Lihat saja, bajunya kotor dan mukanya bonyok!”

“Mereka tidak punya adab!”

“Arak saja, Pak RT!”

Pria yang merupakan RT setempat maju mendekat. Ia duduk di samping laki-laki yang masih terdiam dan memegangi kepalanya. Kilasan kejadian semalam mulai berseliweran.

“DIAM!!!”

Hening.

Satu kata yang keluar dengan suara tegas itu, nyatanya mampu membuat para warga patuh. Sesaat mereka baru sadar, bukan RT mereka yang berucap. Justru, laki-laki yang baru saja mereka pergoki.

“Maaf, tolong jawab jujur. Apa gadis itu, saudara kamu? Kalau benar, tolong tunjukkan KTP kalian,” pinta pria bersongkok hitam itu.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 105 Dia Sudah Tahu

    "Tidak, Lea. Tari disenggol orang di kafe. Dia pendarahan dan dibawa karyawan kafe itu ke rumah sakit ini. Saya cuma antisipasi, jangan sampai dia mendekat ke sini karena tahu kamu juga rawat di sini," jelas Juna.Angga mengangguk setuju dan berterimakasih pada Juna. Ucapan terima kasihnya terdengar begitu tulus sampai Juna dan Gani heran. Apakah benar dia Angga yang selama ini mereka kenal?"Acii ...."Ucapan Keysa terdengar jelas dalam keheningan di ruangan itu. Angga sampai terkejut mendengarnya. Keponakannya baru saja menirunya mengucapkan terima kasih."Keysa bilang terima kasih?" tanya Angga.Keysa menganggukkan sampai tertawa. Gani dan Juna kembali mengulang kata terima kasih. Benar saja, Keysa pun ikut mengulang ungkapan yang sama dengan bahasanya sambil bertepuk tangan."Sana kamu suapi Lea makan. Sekalian kamu juga makan. Biar Keysa sama ayah dulu," saran Gani mendekat meminta cucunya.Awalnya Keysa menolak. Namun, Gani buka

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 104 Penyesalan Gani

    Sore hari, keluarga berkumpul bersama di ruang rawat inap Lea. Keysa tak mau lepas dari mamanya. Hanya saat dokter ingin memeriksa kondisi Lea saja, Keysa mau digendong oleh Angga. Mungkin karena takut melihat dokter paruh baya itu mendekati mamanya.Juna yang melihat Keysa mulai ketakutan, turut mengeluarkan stetoskopnya. Dengan usilnya, dokter yang satu itu memeriksa denyut jantung Angga sambil melaporkan hasilnya pada bayi cantik itu. Kemudian, turut memeriksa Keysa seperti Lea dan Angga."Keysa mau jadi dokter juga?" tanya sang kakek saat melihat cucunya memainkan tali stetoskop milik Juna.Keysa menoleh lalu menatap semua orang satu persatu. "Mau jadi dokter juga kayak Om Ganteng ini?" tanya Juna melucu sambil mengarahkan alat stetoskopnya ke perut Keysa lalu beralih ke kakinya."Keysa mau jadi dokter?" tanya Angga. Entah paham atau tidak, tapi kali ini Keysa mengangguk."Dia cuma nurut sama papanya," komentar Gani. Ia akui jika cucunya belum

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 103 Dicintai Suami

    Sepasang mata yang terasa berat itu perlahan mengerjap. Mencoba sebisa mungkin untuk melihat sekelilingnya. Samar ia melihat seseorang yang berada di sisinya.Siapa dia?Lea memejamkan matanya sejenak. Menunggu sesaat hingga indra pendengarannya bisa bekerja dengan baik. Terdengar suara tangisan lirih seorang pria yang menyebut namanya.Sesaat Lea bergeming dengan sudut mata yang basah. Menitikkan bulir bening kala mendengar pengakuan Angga. Pria itu takut ditinggalkan.Seterpuruk inikah suaminya? Apa kondisinya sulit untuk disembuhkan? Apakah dirinya tidak akan sembuh?Lea pernah merasakan kejamnya dunia. Ia menjadi yatim piatu, hidup terlantar dan dihianati orang-orang yang ia percayai. Pernah sekali ia berpikir untuk menabrakkan dirinya di jalanan. Akan tetapi, ia teringat Melati.Kalau bukan karena melihat Melati yang bernasib mirip seperti dirinya, mungkin sudah lama Lea menyerah dalam hidupnya. Lea ingat jika ia masih memiliki Melati yang peduli padanya.Saat ini, Lea bahkan sud

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 102 Jangan Tinggalkan Aku

    Senyum yang pudar dan kantung mata yang menebal. Sorot mata kosong dan keheningan yang tak kunjung pergi. Diamnya Angga membuat pria itu seperti mayat hidup. Suaranya hanya terdengar saat menenangkan Keysa.“Ga, lo cukuran dulu gih! Udah tiga hari loh ini. Keysa nanti malah takut lihat papanya sendiri. Jangan salahin gue kalau nanti dia lebih milih ikut gue ketimbang sama lo,” ungkap Juna.Angga hanya mengangguk seolah tak benar-benar menyimak ucapan sepupunya. Setelah membaringkan Keysa, Angga hendak ke ICU. Namun, kedatangan Melati menunda niatnya.Gadis bar-bar sahabat istrinya itu memaksanya makan siang lebih dulu. Melati mengancam akan melaporkan kelakuan Angga yang mulai tidak waras itu saat Lea sadar nanti.“Ya terserah Anda saja. Sekali saya bilang bakalan buka mulut sama Lea, tak ada yang bisa mencegah. Biar saja, Lea tahu. Anda pikir, saya mengatakan ini karena Lea akan memarahi Anda nantinya? Tidak, Tuan Anggara Yang Ter

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 101 Rekan Melani

    Gani menoleh lalu menjitak kepala Seno. Ya ampun, Seno baru tahu kalau kebiasaan Angga itu adalah warisan sifat dari Presdir Tanufood ini. “Ampun, Om.”“Jangan berpikir yang tidak-tidak!”“Iya, maaf, Om. Terus, yang tadi om bilang itu maksudnya apa? Kehilangan lagi? Kehilangan apa, Mo?” desak Seno.Gani menghela napas panjang. “Lea keguguran. Angga sama sekali tidak tahu kalau Lea hamil. Dokter menduga Lea sendiri belum menyadari kalau ada janin yang tumbuh dalam rahimnya.”“Dia mungkin berpikir kalau perubahan kecil di tubuhnya karena efek program induksi laktasi yang Lea laku- humpp.” Seno membelalak menutup mulutnya sendiri.“Om sudah tahu kalau Lea melakukan prosedur itu. Om juga tahu kalau demi Keysa dia melakukannya. Padahal, ada resiko untuk tubuhnya sendiri dari keputusannya itu,” ucap Gani mengusap sudut matanya.Hari ini, kebahagiaan yang dirasakannya han

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 100 Ada Bahagia Ada Duka

    “Jadi Lea hamil? Hamil anak kami?” batin Angga yang matanya berkaca-kaca. Baru saja ia kehilangan calon anaknya.“Innalillahi ...,” lirih Angga yang merasakan dinding lorong itu perlahan menyempit. Menghimpit tubuhnya yang kini terasa remuk.Tatapan mereka kini beralih pada Angga. Pria itu tampak lebih syok sampai nyaris tidak bisa berdiri dengan tegak. “Kamu kenapa tidak bilang kalau Lea hamil?” tanya Ivanka.Angga menggeleng pelan sembari berkata, “Aku tidak tahu.”Sang dokter mengangguk lalu berkata, “Kemungkinan besar, Ibu Lea juga belum menyadari kehamilannya. Usia kandungannya memang masih muda, baru memasuki minggu keempat atau usia satu bulan. Umumnya wanita hamil belum merasakan gejalanya. Pendarahan yang dialaminya tadi, membuat janinnya kekurangan oksigen. Ditambah dengan efek racun yang menyebar di area lukanya.”Sejam kemudian, Lea sudah dipindahkan ke ICU. Di sampingnya, Angga duduk meggenggam tangan istrinya.Hal yang tengah dirasakan pria itu sekarang adalah terguncang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status