Share

Bab 2

Hidup jauh dari kemewahan, bisa makan saja rasanya sudah syukur. Fariz dan Abi sama-sama yatim piatu, namun nasib mereka berbeda, jika Fariz mendapat warisan harta yang berlimpah, tapi tidak dengan Abi, ditinggalkan oleh orang tuanya dengan setumpuk hutang. Keduanya menjalin persahabatan sejak lama, Fariz sangat mengetahui seluk beluk keluarga Abi, namun tidak bagi Abi. Dan sayangnya lelaki tampan itu malah jatuh hati pada adik Fariz yang memiliki kecantikan paripurna.

“Nesya..” panggil Abi saat mulut cerewet itu berhenti berceloteh, lelaki itu menghela nafas saat tahu jika adiknya tertidur.

Melanjutkan perjalanan yang masih lumayan jauh, namun tak jadi masalah bagi dirinya yang hampir setiap hari berjalan kaki. Kembali memikirkan kejadian barusan, di mana dia terlambat menyelamatkan nyawa gadis yang kini sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Jauh di lubuk hati yang paling dalam, Abi merasa kaget sekaligus membenci dirinya sendiri. Pikirannya mulai melanglang buana, teringat akan ucapan terakhir sahabatnya, Fariz. Perasaan khawatir mulai menghinggapinya, takut jika Fariz berbuat nekat yang melibatkan Nesya.

Hingga hari menjelang malam, Abi masih termenung, sampai tak sadar jika Nesya memanggilnya sedari tadi.

“KAKAK!!” teriak Nesya membuat Abi terperanjat seraya memegang dadanya.

“Nesya..” Abi menatap tajam adiknya yang sedang cengengesan.

“Habisnya kakak dipanggil nggak nyahut, Nesya laper tapi nggak ada bahan yang bisa dimasak,” ucapnya hati-hati, meski hatinya kasihan, tapi perutnya tidak bisa berbohong.

“Sebentar,” Abi tersenyum kemudian pergi ke dapur, memang benar tidak ada apa-apa. Hanya mendapati beras sekiranya satu gelas.

“Buat apa?” Nesya menghampiri kakaknya yang tengah berkutat dengan alat dapur.

“Buat bubur sama mie instan. Hari ini kamu makan ini aja, besok baru kakak beli bahan dapur lagi, kalau sekarang udah malam,” jawabnya sambil menghidangkan makanan pada Nesya.

Hati Nesya trenyuh, matanya berkaca-kaca saat mendengar Abi meminta maaf karena hanya bisa memberi makan itu saja, terlebih dia memasak khusus untuk Nesya. Gadis itu sangat beruntung memiliki kakak yang bisa berperan menjadi siapa saja. Menjadi yatim piatu sejak menginjak usia sepuluh tahun, di mana orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Dan pada saat itulah seorang Abi yang masih remaja harus menggantikan peran ayah dan ibunya, menjadi tulang punggung demi bertahan hidup dan menjamin Nesya bisa mengenyam pendidikan.

“Ayo dimakan, jangan dilihatin terus,” tangannya menunjuk sebuah mangkuk yang berisi mie instan buatannya.

“Nesya makan kalau kakak juga ikut makan,” ujarnya membuat Abi tersenyum, adik kesayangannya itu telah tumbuh menjadi gadis cantik dan baik hati, namun karena perlakuannya yang sering terkesan berlebihan itu rupanya membuat Nesya tumbuh menjadi gadis yang manja.

“Iya, kakak juga makan,” mengamini permintaan adiknya, Abi ikut menikmati mie yang kebanyakan kuah itu, meski sejujurnya dia juga lapar, namun baginya Nesya yang utama.

Mereka menikmati makan malamnya sambil bersenda gurau, tampak Nesya tertawa saat Abi membuat lelucon, sejenak mereka lupa dengan peristiwa berdarah yang terjadi beberapa jam yang lalu. Namun ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan mereka, baik Abi maupun Nesya sama-sama tidak ada yang sadar jika aktivitas mereka tengah diawasi oleh seseorang. Sosok misterius dengan pakaian serba hitam itu tersenyum menyeringai di balik topeng yang ia kenakan.

“Berbahagialah untuk terakhir kalinya, karena nanti kalian hanya akan merasakan penderitaan.” Sosok itu kemudian beranjak saat melihat Abi dan Nesya memasuki kamar mereka masing-masing. Ia mulai melancarkan aksinya sesuai dengan rencana yang telah ia susun dengan rapi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status