Share

Bab 4. Menikahi Kamu

Penulis: Ummu Amay
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-21 21:23:48

Dua tahun lalu, Audi yang memaksa pernikahannya diakhiri. Memohon pada Darren agar melayangkan gugatan cerai dan membebaskannya seperti sebelum menikah.

"Berikan dua alasan kuat supaya aku mau menyetujui permintaan kamu!" tanya Darren saat Audi meminta untuk bercerai pertama kali.

Saat itu Audi sudah yakin untuk bercerai. Baginya mau dua atau tiga alasan, bahkan sepuluh pun akan ia katakan demi ketukan palu persidangan.

"Aku terkekang. Kamu itu menikahi aku, seorang manusia. Bukan memelihara seekor burung yang kamu kurung di dalam sangkar selama dua puluh empat jam."

Alasan itu jelas tak bisa Darren bantah. Bahkan di saat weekend pun Darren memilih diam di rumah dan menikmati waktu libur dengan menyalurkan kepuasan biologisnya dengan sang istri.

"Alasan kedua?"

Alasan yang sempat membuat Darren menggeram kesal, akhirnya bisa membuat Audi terbebas dari pengusaha kaya raya tersebut. Hubungan bisnis yang masih tetap berjalan antara keluarga Syauqi dan Nayaka, membuat Audi bersyukur karena tak ada kemarahan yang keluarganya lampiaskan padanya.

"Cinta mungkin memang belum hadir di hatimu, tetapi seharusnya kamu bisa menghormati pernikahan kita dengan tidak bersama wanita lain selain aku, istrimu."

Banyaknya wanita di keliling Darren jelas membuat Audi kesal. Pernikahannya telah dikhianati oleh suaminya sendiri. Lelaki itu seperti tidak menghormati kesakralan pernikahan di mana di depan Tuhan dan ayahnya ia sudah berjanji untuk memuliakan Audi sebagai seorang istri, satu-satunya wanita di sisinya.

"Bukan hal yang aneh jika seorang pengusaha atau pebisnis kaya seperti kita khususnya laki-laki memiliki simpanan lain selain pasangan sah mereka." Saat itu ayahnya sendiri yang mengatakan hal itu pada Audi ketika sang putri menceritakan keinginannya untuk bercerai.

Andai ia bisa membalikkan pertanyaan, akankah sang ayah menjawab jujur.

'Apakah itu artinya Papa juga memiliki wanita simpanan lain yang mama ketahui?'

Pertanyaan itu hanya bisa ia dengungkan di dalam hati sebab perasaan kesalnya pada sang ayah.

"Kamu jangan naif, Audi. Lingkungan kita memang seperti ini." Bahkan sepupu iparnya sendiri, Gaby, berkata seperti itu ketika Audi jadikan tempat curhat.

Gaby adalah istri dari kakak sepupunya Darren, Paul. Ia yang sudah menikah lebih dari lima tahun dan memiliki dua orang anak, nyatanya juga memiliki pengalaman serupa. Paul tak jauh berbeda. Kerap dekat dengan wanita idaman lain meski selalu menyangkal.

Namun, lain dengan Darren yang tidak mengatakan apapun ketika Audi menyampaikan alasan kedua. Tak ada pembelaan diri atau sangkalan kalimat dari mulutnya. Hanya sedikit menggeram --reaksi dari kalimat yang istrinya tuduhkan, yang Audi sendiri tidak mengerti maksudnya.

Selain itu tak ada reaksi lain. Laki-laki itu malah langsung menyetujui untuk melayangkan gugatan cerai.

"Jadi, apakah tidak masalah jika setelah setahun kamu kembali bercerai denganku?" tanya Darren setelah mendengar permintaan Audi untuk menikahinya lagi.

Perempuan itu menggeleng. "Menjadi janda tidak lebih buruk dari orang yang malah berani mengganggu rumah tangga orang lain."

Entah apa yang Audi katakan, Darren sama sekali tidak mengerti. Siapa yang mengganggu siapa, tak terpikirkan oleh lelaki itu yang kini malah memilih tak ambil pusing dengan kata-kata yang terlontar dari mulut perempuan di depannya.

"Baiklah. Aku setuju. Kita akan menikah malam nanti!" tegas Darren membuat Audi terkejut.

Cepat sekali! Mengapa lelaki itu terburu-buru melaksanakan permintaannya. Pikir Audi saat ini yang jujur saja membuatnya panik.

"Ke-kenapa malam? Papa 'kan ...?"

Perlahan Darren menjaga jarak. Ia menjauhkan tubuhnya dari Audi.

"Zain sedang mengurusnya agar kita bisa secepatnya menikah. Setelah itu, kamu bisa menyelesaikan semua urusan keluarga kamu."

'Ah, iya. Uang itu memang rencananya akan aku gunakan untuk melunasi hutang-hutang papa,' ucap Audi dalam hati. Ia seperti diingatkan oleh Darren mengenai kondisi keluarganya sekarang.

Kini Darren terlihat merapikan jasnya. Lelaki itu juga kemudian tampak mengambil ponsel di tangannya demi menghubungi seseorang.

"Dibawa ke mana?" tanya Darren yang ternyata menghubungi Zain, asisten pribadinya tersebut.

Percakapan Darren dan Zain tak luput dari pandangan Audi yang tengah merapikan penampilannya yang sedikit berantakan sebab ulah Darren tadi.

Sedikit rasa malu ia rasakan demi membayangkan aksi panas yang sempat keduanya lakukan dengan berciuman mesra.

"Kita pergi sekarang!" ucap Darren mengagetkan Audi yang sempat melamun.

"Eh, ke mana?" tanya perempuan itu. Antara lega karena bisa terbebas dari aksi kesurupan Darren, juga bingung karena ia tak tahu apa lagi yang akan laki-laki itu lakukan selanjutnya di tengah pikirannya yang tak menentu sebab kondisi sang ibu di rumah sakit.

Darren menatap Audi lekat, membuat perempuan itu memalingkan wajahnya sebab canggung yang melanda.

"Mama Marissa akan dipindahkan ke rumah sakit Sentra Medistra. Segala keperluan operasi tengah dipersiapkan oleh tim medis di sana."

"Ap-apa! Bagaimana bisa?"

Entah apa yang harus Audi katakan di saat masalah yang sedang ia hadapi begitu mudah diatasi tanpa harus bersusah payah.

Darren tersenyum tipis. Seolah meledeknya dengan sikap yang selalu saja menjengkelkan menurut Audi.

"Tak ada yang tak bisa aku selesaikan. Sekarang apakah kamu masih mau tetap berada di sini dan menikmati reuni kita di atas ranjang yang terlihat masih rapi di sana? Atau mau menemui papa dan mamamu di rumah sakit?"

Tanpa berpikir panjang, jelas pilihan kedua yang Audi pilih. Perempuan itu segera bergegas keluar kamar dan melewati Darren yang sempat tersenyum padanya.

'Kenapa dia selalu menyebalkan!' seru Audi dalam hati sembari terus melangkah keluar melewati koridor hotel hingga ia tiba di dalam lift bersama Darren yang ternyata berada tak jauh di belakangnya.

Tak ada percakapan yang terjadi, hanya sebuah gerakan cepat yang tidak Audi sadari ketika Darren memeluknya dari belakang.

"Darren, di sini ada CCTV. Apakah kamu tidak takut akan ada orang yang mengawasi dan merekam aksi kamu ini?" tanya Audi yang sebenarnya ingin menenangkan jantungnya yang mendadak berdegup kencang.

Sedetik kemudian tangan Darren melonggar dan menjauh. "Aku tahu kamu hanya menghindar. Tapi, aku cukup mengerti jika situasi sekarang memang tidak memungkinkan kita untuk melakukan seks."

Sontak Audi memejamkan mata. Lelaki itu benar-benar gila. Sejak kapan ia begitu frontal dengan mengatakan hal mesum seperti itu di tempat publik. Meski saat ini tak ada siapa pun selain mereka berdua, tetap saja Audi berpikir jika Darren bersikap aneh di luar kebiasaannya.

Keduanya melangkah keluar lift setelah sampai di lantai satu. Berjalan menyusuri area lobi hingga mereka sampai di pelataran gedung, sesosok perempuan tiba-tiba hadir menyapa Darren.

"Hai, Dar! Sedang apa di sini?" tanya perempuan itu seolah tak melihat ada Audi yang juga berdiri di samping Darren.

"Hai!"

Darren tampak cuek ketika perempuan itu memeluk dan hampir mencium pipinya, tetapi berhasil dicegah sebab Darren menjauhkan wajahnya cepat.

"Eh!" Perempuan itu malu karena Darren bersikap menghindar.

Namun, ketika ia melihat sosok Audi yang berdiri di samping Darren, seketika itu pula ia tersenyum sinis.

"Audi? Lama tidak bertemu," ucapnya dengan nada meledek.

"Sofi!"

Wanita bernama Sofi yang tak lain adalah mantan sahabat Audi itu, merasa jika sikap menghindar yang Darren tunjukkan karena adanya sosok Audi bersama mereka.

"Apakah aku tak salah lihat? Apakah kalian tengah reuni atau ...?"

Sofi menatap Audi dan Darren bergantian. Ia mencoba mencari tahu apa yang tengah terjadi pada mantan pasangan suami istri di depannya itu.

"Tak ada kewajiban bagi kami untuk menjawab pertanyaanmu!"

Selalu saja seperti itu. Sinis dan angkuh jawaban yang terlontar dari mulut Darren dan kedua perempuan di dekatnya pun tahu hal tersebut.

"Ah, i-iya. Memang tak ada. Hanya saja, aku cukup terkejut dengan kehadiran kalian berdua di sini. Apakah Audi sedang mencari bala bantuan atas keadaan ekonominya sekarang?"

Pertanyaan bernada sinis yang malas untuk Audi layani, ternyata tidak mendapat dukungan yang sama dari Darren.

Lelaki itu memilih untuk menarik tangan sang mantan istri, pergi meninggalkan Sofi yang menatap mereka kesal.

'Bagaimana bisa Audi dan Darren bersama lagi? Apakah perempuan itu tengah menggoda mantan suaminya supaya mau kembali?' gumam Sofi emosi.

'Tak akan aku biarkan! Dua tahun ini aku sudah berusaha mendekati dan mencoba mengambil hati Darren sampai harus mengkhianati persahabatanku dengan Audi. Jadi, aku tidak mau waktuku kemarin sia-sia karena kemunculan perempuan jalang itu!'

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Kedua dengan sang Mantan   Bab 101. Akhir Kisah

    Audi sudah selesai dengan lima tusuk sate Padang yang suaminya siapkan. Sekarang ia telah berpindah memandang buah-buahan yang semakin membuatnya ngiler. "Dari mana kamu dapatkan rujak ini, Darren?" tanya Audi sembari mencomot buah mangga yang terlihat mengkal. "Di depan kantor.""Hah! Benarkah? Kok aku tidak tahu ada tukang rujak di depan kantor?" ucap Audi dengan mulut yang kini penuh dengan buah dan sambelnya. "Ya, aku juga baru tahu setelah sekian kali lewat. Mungkin ini efek karena istriku sedang ngidam.""Apa? Bukannya kamu yang ngidam. Sejak awal mula aku hamil, aku ini cuma mabuk. Tidak sampai ngidam seperti ibu-ibu hamil pada umumnya. Justru kamu yang beberapa hari terakhir banyak permintaan. Semua makanan yang pelayan buat, tiba-tiba tidak kamu sukai. Kamu malah nyuruh aku yang masak, padahal dulu hal itu kamu larang." Audi manyun membela diri. "Ya, maksud aku itu karena kamu hamil, aku jadi banyak maunya.""Ih, enggak ada hubungannya, Darren. Bagaimana bisa aku yang ham

  • Pernikahan Kedua dengan sang Mantan   Bab 100. Pertarungan dan Maaf

    Siapa yang menyangka, satu kalimat yang Audi ucapkan berujung pada 'pertarungan' sengit yang terjadi antara pasangan suami istri tersebut. "Pelan-pelan, Honey. Aku tak mau menyakiti calon bayi kita," ucap Darren saat menyadari aksi Audi yang saat itu lain dari pada biasanya. "Aku tahu, Darren. Ini masih biasa menurutku. Bahkan, kamu bisa melakukan lebih dari yang aku lakukan sekarang.""Ya, aku tahu. Tapi, ini menurutku berlebihan. Aku bisa kehilangan kendali kalau kamu terus bergerak dan memancingku seperti ini."Darren masih bertahan dengan tidak membalas sikap agresif Audi. Lelaki itu yang kini memilih berada di bawah dan mempersilakan sang istri melakukan aksinya sesuai insting-nya sebagai seorang perempuan, berkali-kali harus menahan napas dan menenangkan otaknya dari kemesuman yang kerap ia lakukan. "Aku tidak berniat memancingmu, Darren. Ini spontan saja aku lakukan. Jadi, jangan menyalahkan aku atas pertahanan yang kamu lakukan saat ini."Darren menggeram kesal. Ini sudah d

  • Pernikahan Kedua dengan sang Mantan   Bab 99. Ada yang Marah

    Audi mencoba menghubungi Darren setelah lelaki itu memutuskan panggilannya sepihak. Namun, pengusaha itu sepertinya benar-benar marah karena beberapa panggilan dari wanita itu diabaikan bahkan yang terakhir ditolak. 'Ah, dia benar-benar marah. Aku harus melakukan sesuatu.' Audi membatin. Hingga kemudian ia menghentikan permainan bersama para pelayan, dan meminta supir untuk menyiapkan mobil. "Ibu mau ke mana?" Salah seorang pelayan bertanya. Sembari berjalan ke kamar, Audi menjawab santai. "Mau ke kantor. Saya mau menemui tuan.""Ta-tapi, Ibu tidak diizinkan pergi kemana-mana sama tuan." Pelayan yang masih ada di dekat Audi tampak panik begitu mendengar jawaban yang terlontar. "Kalo ke kantor gak mungkin gak diizinin." Audi tersenyum menatap para pelayan yang berbondong-bondong mengikutinya di belakang. "Nanti kalau Tuan Darren marah gimana?""Makanya supaya dia gak marah, saya mau ke sana nyamperin."Jawaban Audi memang masuk akal. Darren memang kadung bucin pada Audi, tentu ke

  • Pernikahan Kedua dengan sang Mantan   Bab 98. Ngidam

    Masa kehamilan yang Audi alami nyatanya malah menimpa Darren. Lelaki itu —entah bagaimana bisa sekarang malah menyukai makanan yang asam-asam yang kerap disukai oleh para ibu hamil. Seperti siang itu, setelah jam makan siang usai, tiba-tiba saja Darren meminta Zain —yang telah kembali dari liburannya, untuk membelikan buah-buahan yang memiliki rasa asam. "Jangan lupa minta sambalnya kalau ada," ucap Darren ketika Zain sudah akan keluar ruangan sang tuan. "Pakai sambal? Apa maksud Tuan rujak?""Apakah itu namanya rujak? Bukan salad buah?""Kalau macam-macam buah yang asam dan ada sambelnya, ya memang rujak, Tuan."Darren berpikir sejenak. Sebelumnya ia sama sekali tidak minat melihat makanan yang dijual di pinggiran jalan tersebut. Tapi, tiba-tiba tadi ketika ia pulang dari sebuah meeting dengan klien, mendadak ia tergiur saat melihat aneka warna buah yang terdapat pada sebuah kotak kaca, yang dijual di pinggir jalan dekat dengan gedung perusahaannya. "Ya, apapun itu namanya, tolon

  • Pernikahan Kedua dengan sang Mantan   Bab 97. Menjaga Calon Buah Hati

    Dokter memeriksa perut Audi beberapa waktu kemudian. Ditemani Darren yang juga turut mengamati jalannya USG, Audi masih belum bisa menghilangkan keterangannya atas hasil medis yang akan dokter sampaikan. "Janinnya memang masih sangat kecil, tapi tampak jelas terlihat. Memang kami belum bisa memastikan ada kelainan yang terjadi sekarang sampai kita melihat perkembangan janin di bulan-bulan berikutnya." Dokter bicara sembari masih memainkan sebuah alat di atas perut Audi. "Jadi, apakah kami masih bisa berpikir tenang untuk sekarang ini, Dok?" Darren bertanya meyakinkan. "Tentu. Hanya saja karena ada kecerobohan yang pernah Bu Audi lakukan, hal itu yang akan menjadi pengawasan dokter.""Kecerobohan?" tanya Darren tak mengerti. Apa yang sudah istrinya lakukan sehingga membuat dokter mengkhawatirkan calon anaknya. "Anda belum tahu?"Darren melirik pada Audi seraya menggeleng. Tampak ekspresi panik yang istrinya tampilkan saat ini, yang mau tak mau membuat Darren penasaran. "A-aku suda

  • Pernikahan Kedua dengan sang Mantan   Bab 96. Hasil Kehamilan

    Audi mendongak ketika Darren mengatainya bodoh. "Aku bodoh?""Ya! Kamu bodoh. Apa yang kamu pikirkan tentang perjanjian itu, hingga harus membuatmu melakukan tindakan ini?"Audi diam, malu untuk menjelaskan alasannya. "Apa karena kamu takut jika perjanjian itu akan membuatmu menderita sehingga ketika memiliki anak hanya akan membuat hidupmu semakin susah begitu?"Kali ini Audi mengangguk. "Apakah kamu berpikir perjanjian itu akan membuat kita berpisah dan aku tak akan bertanggung jawab bila kamu hamil?"Lagi, Audi mengangguk. "Berarti benar, kamu bodoh!""Darren! Apakah tidak cukup mengatakan aku bodoh sebanyak dua kali? Jelaskan padaku tindakan bodoh apa yang aku lakukan hanya karena khawatir akan nasib calon anak kita nanti. Ah, bahkan aku tidak tahu apakah pantas aku menyebutnya 'anak kita'."Tiba-tiba saja Darren mengetuk dahi Audi pelan. "Darren, apa-apaan!" Perempuan itu tampak tak suka. Bukannya menjawab dan menjelaskan, sang suami malah melakukan 'kekerasan fisik' padanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status