Share

Bab 6. Kembali Akad

Audi bersama Darren sampai di rumah sakit saat hujan lebat mengguyur alam. Petir dan kilat yang menyambar bumi membuat perempuan itu beberapa kali terjebak dalam pelukan sang mantan karena rasa takut yang tak selalu hadir.

Berkali-kali Darren menyeringai padanya sebab aksi spontan Audi sejak turun dari mobil. Hingga mereka masuk ke dalam gedung rumah sakit dan mencari Bagas serta Zian yang sedang mengurus perpindahan Marissa, mamanya Audi. Juga asisten pribadi Darren yang super cekatan itu tengah mengurus kebebasan ayah Audi, Kevin Nayaka.

Saat mantan pasangan suami istri itu sampai di lantai gedung di mana katanya orang yang mereka cari berada. Tampak dua orang yang Audi ketahui adalah anak buah Darren berdiri di depan sebuah kamar perawatan khusus VVIP.

"Kenapa kamu harus membawa mama ke rumah sakit besar ini? Ini terlalu mahal." Audi melayangkan protes.

Tatapan Darren -respon atas pertanyaan Audi, membuat perempuan itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Apakah kamu tidak ingat kalau rumah sakit ini adalah milik keluargaku?"

'Ah, iya. Kenapa aku bisa lupa begini?' batin Audi kesal sendiri.

"Ya ... tapi, tetap saja aku tidak mau gratis. Dan biaya di sini pasti sangat mahal."

"Siapa yang akan memberimu gratis? Lagipula aku sudah mengirim sejumlah uang ke rekening adikmu. Dia akan mengurus pembiayaan Mama Marissa selama di sini."

Audi seketika ingat dengan pembicaraan Darren di telepon tadi kepada Zian saat mereka masih berada di hotel.

'Ternyata uang yang dikirim ke Bagas untuk ini. Tapi ...?'

"Bagaimana Bagas akan mengembalikan uang itu?" Audi menghentikan langkahnya demi rasa penasarannya.

Darren pun sontak ikut berhenti. Di dekatkan kepalanya ke arah wajah Audi, tepat di saat keduanya sudah sampai di depan ruang perawatan dengan dua orang pengawal yang berdiri di dekat mereka.

"Bukan Bagas yang akan mengembalikan uangku, tapi kamu, Honey!" bisik Darren membuat bulu kuduk Audi tetiba berdiri.

Asal panggilan honey sudah keluar dari mulut Darren, bisa dipastikan hasrat lelaki itu sedang meninggi. Hal itulah yang membuat tubuh Audi merinding demi membayangkan kehidupan satu tahun ke depan yang akan kembali berada dalam dekapan sang mantan suami.

"Tidak perlu kamu membayangkan hal itu sekarang sebab aku masih mampu bertahan sampai papamu menyerahkan dirimu padaku," ucap Darren tidak tahu malu seraya menjauhkan kepalanya dengan senyumnya yang terlihat mengejek.

"Buka pintu!" perintah lelaki itu kepada anak buahnya setelah ia merasa cukup mengerjai mantan istrinya tersebut.

'Sial! Bagaimana bisa aku kembali jatuh pada keisengannya? Padahal aku sudah tahu lelaki itu tak pernah serius dengan ucapannya yang hanya sebuah rayuan payah,' batin Audi kesal sembari menyusul langkah Darren yang sudah lebih dulu masuk.

Di dalam ruangan itu tampak mama juga papanya Audi tengah berkumpul bersama Bagas. Di sana juga ada Zian yang langsung menoleh ketika Darren dan Audi datang.

"Nak Darren!" seru Kevin, papa Audi yang terlihat berseri.

"Selamat malam, Pah. Lama tidak bertemu." Pengusaha itu tampak mendekat dan menyalami mantan mertuanya.

Tapi, Kevin malah memeluk Darren sebab perasaannya yang campur aduk. Antara perasaan senang, bangga, juga terharu lelaki itu rasakan. Bagaimana Darren masih memanggilnya dengan sebutan papa meski hubungan itu sudah berakhir sejak dua tahun lalu.

"Terima kasih, Nak. Terima kasih karena kamu sudah membantu kami."

Darren diam tidak menyahut ketika tubuhnya masih dipeluk oleh papanya Audi.

"Sungguh kami sangat berhutang banyak padamu," lanjut Kevin yang akhirnya melepas pelukannya.

"Itu bukan masalah, Pah. Mau bagaimana pun kita saling mengenal dan pernah dekat."

Jawaban Darren nyatanya malah mendapat tatapan jengah dari Audi. Perempuan itu jelas tahu apa yang terjadi. Tak mungkin lelaki itu mau atau dengan senang hati membantu kalau tak ada imbalan.

"Meski banyak pertanyaan yang ingin Papa tanyakan, tetapi saat ini sepertinya bukan momen yang tepat untuk hal tersebut. Papa hanya mau tahu, selanjutnya apa yang akan dilakukan?"

Jujur saja Kevin tak tahu karena keadaan ekonomi yang saat ini menimpanya membuat lelaki itu tak mampu berpikir baik. Bisa keluar dari kantor polisi tanpa menunggu dua puluh empat jam saja sudah membuatnya sangat gembira sampai tak bisa berkata-kata.

"Semua masalah Papa akan segera diselesaikan oleh Audi," ucap Darren memberi tahu. Ia menoleh, menatap mantan istrinya itu dan tersenyum penuh arti.

Sedangkan Audi bersikap lain dengan melempar pandangannya ke arah sang mama, seraya menggenggam tangan itu dengan perasaan miris menahan pilu.

"Lalu, untuk urusan rumah sakit, nanti biar Bagas yang akan urus," lanjut Darren seraya menatap mantan ibu mertuanya yang terbaring lemah dengan senyum yang dipaksakan.

"Eh, aku?" tanya Bagas kaget --sepertinya masih belum tahu perihal transferan dana yang Zian kirimkan.

Darren mengalihkan pandangannya menatap adik Audi itu.

"Ya. Nanti Zian akan bantu kamu." Seolah memberi tahu kalau apa yang ia katakan adalah sesuatu yang mutlak.

Seketika Bagas hanya mengangguk. Ia memilih mengerti daripada bertanya yang akan membuatnya terlihat bodoh di mata sang mantan kakak ipar.

Setelah menjelaskan setiap solusi atas permasalahan yang tengah keluarga Audi hadapi, Darren lantas menatap Kevin serius.

"Pah, aku izin untuk menyampaikan hal penting lainnya."

"Eh, apa itu?"

Seketika ruang perawatan itu pun menjadi sunyi dan sedikit tegang. Padahal tak ada kisi-kisi yang keluarga Audi tahu, tetapi mereka menanti dengan napas tertahan.

Hanya Audi yang terlihat biasa, mencoba biasa lebih tepatnya. Ia yang jelas tahu maksud tujuan Darren, sebenarnya tengah mencoba mengontrol diri dan hatinya yang saat ini mendadak gelisah.

"Audi!" panggil Kevin sebab pandangan Darren yang terus menatap ke arah putri sulungnya itu.

"Iya, Pah?" sahut Audi seraya mendekat.

Nyatanya Kevin malah diam dan tidak melanjutkan perkataannya saat Audi sudah berada di sisinya.

Sebuah pernyataan, atau mungkin permintaan dari seorang laki-laki yang sedang mencoba meminta dan memohon atas seorang putri padanya, membuat Kevin Nayaka terkejut.

"Aku ingin Papa dan Mama memberi izin dan restu kepada kami. Aku dan Audi memiliki keinginan untuk kembali rujuk dan menikah lagi."

"Apa?!"

Tidak hanya Kevin, tetapi Marissa dan Bagas tampak terkejut atas ucapan yang Darren lontarkan.

"Candaan apa yang sedang kamu katakan ini, Nak Darren?" Kevin masih tidak percaya dengan perkataan mantan menantunya itu.

Darren tampak tersenyum. Ia tahu bukan sesuatu yang bisa diterima begitu saja mengenai ucapannya tersebut.

Menikah lagi dengan Audi, mantan istrinya, siapa yang akan berpikir bahwa seorang pengusaha sepertinya akan melakukan hal tersebut?

Darren adalah pengusaha kaya raya. Tampan dan penuh pesona, juga karisma. Banyak wanita cantik di sekelilingnya -bahkan Audi tahu itu. Pasti tak akan ada satu pun wanita yang akan menolak permintaan Darren yang ingin menikahi mereka. Menjadi wanita simpanan pun pasti wanita itu rela dan dengan senang hati.

Tapi, Darren malah berencana rujuk dengan Audi. Apakah itu bukan sesuatu yang aneh? Apakah cinta itu ada di hatinya atau ada hal lain yang terjadi yang semua orang tidak tahu, termasuk Audi sendiri? Entahlah, Audi tak ingin berspekulasi.

"Kami serius, Pah. Dan kami harap Papa mau menikahkan kami malam ini juga, sebelum Mama Marissa masuk ke ruang operasi, yang mana saat ini petugas medis sedang menyiapkan semuanya."

"Apa kalian benar-benar serius? Malam ini?" Lagi, Kevin memastikan.

Dilihatnya dua insan di depannya itu mengangguk, tak terkecuali sang putri yang terlihat yakin atas apa yang sudah Darren sampaikan.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status