Share

BAB 18

Author: Katiram
last update Last Updated: 2025-06-13 20:58:30

Pagi kedua magangnya, Alya bangun lebih pagi dari biasanya. Kantung matanya masih membentuk bayangan samar di bawah mata, namun ia berusaha menutupinya dengan sedikit bedak. Setelah mencicipi dua suap nasi dan meneguk air putih, Alya berangkat lebih awal dari jam masuk kantor. Ia tahu, hari ini Reline akan meminta laporan awal analisisnya.

Setibanya di gedung Mahendra Corp, security menyapanya dengan ramah, dan lift lantai 19 terasa lebih dingin dari biasanya. Detik-detik menuju meja kerjanya, Alya terus-menerus mengulang isi laporannya dalam kepala. Ia sudah menuliskan rangkuman dari setiap minggu pengeluaran dan menyusun catatan kecil untuk menjelaskan asumsi-asumsinya.

"Pagi, Alya," suara lembut menyapanya saat ia baru saja duduk.

Alya menoleh, agak kaget. Bukan Reline. Seorang lelaki muda dengan kemeja biru muda dan senyum ramah berdiri di dekat mejanya. Namanya Johan, staf senior di divisi yang sama.

"Pagi, Kak Johan."

"Panggil Johan aja, nggak usah pakai Kak," jawabnya sambil te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 20

    Hari itu terasa lebih ringan dari biasanya. Mungkin karena beban adaptasi sudah mulai luntur, atau mungkin karena ada seseorang yang tak lagi terasa asing. Alya duduk di meja yang berdampingan dengan Johan, sesekali menyentuh touchpad laptopnya sambil mengerutkan kening.“Ini hasil konversinya masih minus, ya?” gumam Alya, lebih kepada dirinya sendiri.Johan melirik ke layar laptop Alya, lalu menggeser kursinya mendekat. “Coba sini, aku lihat.”Alya bergeser sedikit, membiarkan Johan melihat lebih jelas. “Kayaknya aku salah ambil data dari sheet yang lama.”“Hmm, iya, kamu ambil dari template minggu lalu. Ini harusnya dari file yang aku simpan di shared folder kemarin,” kata Johan, tangannya cepat menunjuk arah direktori di layar.“Oh!” Alya langsung mengetik ulang. “Beneran, kamu nyimpen hidupku. Aku bisa-bisa kena marah kalau salah lapor kayak tadi.”Johan tertawa. “Tenang aja, kamu cepat belajar kok. Minggu pertama kamu masih pucat ngadepin laporan keuangan, sekarang udah bisa baha

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 19

    Hari-hari magang Alya perlahan berubah dari tekanan mencekam menjadi rutinitas yang mulai bisa dinikmati. Meski Reline masih sering memberi tugas-tugas sulit, Alya merasa terbantu dengan kehadiran Johan yang selalu ramah dan bersedia membimbingnya. Tak jarang mereka lembur bersama, saling bertukar pikiran, bahkan bercanda ringan di sela-sela pekerjaan.“Kalau kamu bisa tahan satu minggu lagi, kamu resmi jadi pegawai magang yang bermental baja Alya” ucap Johan suatu sore sambil menyerahkan secangkir kopi ke Alya yang tengah mengetik di ruang kerja.Alya terkekeh, menyambut kopi itu. “Bermental baja yah? Apakah sebelumnya tidak ada yang tahan dengan perilaku Mbak Reline?.” tanya Alya dengan raut wajah yang penasaran.“Aku sudah bilang jika baru Kamu saja yang diberikan Bu Reline tugas sebanyak itu, tapi kalau kamu berhasil, aku bakal rekomendasiin kamu buat posisi tetap setelah lulus nanti. Serius.” ucap Johan dengan raut wajah yang serius.Ucapan Johan tersebut Alya merasa ada harapan

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 18

    Pagi kedua magangnya, Alya bangun lebih pagi dari biasanya. Kantung matanya masih membentuk bayangan samar di bawah mata, namun ia berusaha menutupinya dengan sedikit bedak. Setelah mencicipi dua suap nasi dan meneguk air putih, Alya berangkat lebih awal dari jam masuk kantor. Ia tahu, hari ini Reline akan meminta laporan awal analisisnya.Setibanya di gedung Mahendra Corp, security menyapanya dengan ramah, dan lift lantai 19 terasa lebih dingin dari biasanya. Detik-detik menuju meja kerjanya, Alya terus-menerus mengulang isi laporannya dalam kepala. Ia sudah menuliskan rangkuman dari setiap minggu pengeluaran dan menyusun catatan kecil untuk menjelaskan asumsi-asumsinya."Pagi, Alya," suara lembut menyapanya saat ia baru saja duduk.Alya menoleh, agak kaget. Bukan Reline. Seorang lelaki muda dengan kemeja biru muda dan senyum ramah berdiri di dekat mejanya. Namanya Johan, staf senior di divisi yang sama."Pagi, Kak Johan.""Panggil Johan aja, nggak usah pakai Kak," jawabnya sambil te

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 17

    Alya menatap lurus ke arah meja kerjanya yang rapi dan nyaman. Meja kayu dengan permukaan mengilap itu diletakkan di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke jalan protokol kota. Sebuah komputer layar lebar sudah menyala dengan username-nya yang baru saja dibuat oleh tim IT. Di sisi kanan meja, terdapat tumpukan dokumen dengan map berwarna biru dan merah, disusun rapi seperti menunggu untuk segera ditangani. Nama "Alya R." tertulis jelas di papan nama kecil berwarna perak di tepi meja."Ini... terlalu bagus untuk seorang anak magang," gumamnya pelan, nyaris tidak percaya.Baru beberapa menit lalu ia diperkenalkan oleh HRD ke lantai 19, dan langsung disambut oleh suasana kantor yang sibuk namun modern. Ia sempat mengira akan ditempatkan di ruang terbuka bersama para staf junior lainnya, namun justru diberikan meja di ruangan semi-tertutup dengan fasilitas yang nyaris setara dengan karyawan tetap. Semuanya terasa berjalan terlalu lancar."Alya Ramadhani, ya?" Sebuah suara peremp

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 16

    Suara notifikasi dari WhatsApp informasi kampus berbunyi nyaring di layar ponsel Alya. Ia tengah duduk di atas kasur di kamar tamu Arsen yang cukup luas tersebut, ia kini mengenakan hoodie dan celana training. Sinar matahari yang masuk dari jendela menyinari wajahnya yang terlihat lelah, tapi tetap cantik dalam kesederhanaannya."Pengumuman: Program Magang Mahasiswa Telah Dibuka untuk Semester Ini. Wajib Mengikuti Sesuai Jurusan Masing-Masing."Alya mengusap wajahnya pelan. "Ya ampun, magang..." gumamnya lirih.Ingatannya melayang ke semester lalu. Saat teman-teman seangkatannya mulai sibuk mencari tempat magang, ia justru menghabiskan waktunya bekerja sebagai kasir di minimarket dan menjadi penjaga toko fotokopi atau pekerjaan lainnya demi menutup biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari. Ia memang belum sempat mengambil program magang, dan sekarang kampus mewajibkannya untuk segera menyelesaikan itu."Tapi... harus magang di perusahaan yang sesuai jurusan. Jurusan manajemen ekono

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 15

    Matahari belum terlalu tinggi saat aroma sarapan menguar dari dapur rumah mewah tempat tinggal Arsen. Di meja makan yang tertata rapi, mereka duduk berhadapan, menyantap omelet dan roti panggang dengan suasana pagi yang terasa damai. Arsen, seperti biasa, tampil rapi dan elegan dengan kemeja lengan panjang yang digulung sampai siku. Sementara Alya, mengenakan kaus longgar dan celana katun, masih sedikit mengantuk.Arsen menatap Alya yang sedang memotong omeletnya dengan tenang. Lalu, tanpa peringatan, ia bertanya, "Alya, kamu nggak kangen Ibu kamu?"Alya menghentikan gerakannya. Garpu di tangannya menggantung di udara. Matanya menatap Arsen dengan sedikit terkejut sebelum kembali menunduk."Rindu, tentu saja," jawabnya pelan. "Tapi... aku juga nggak bisa menjenguk. Jadi, ya, aku pikir nggak apa-apa juga. Ibu sudah dirawat intensif dan dijaga dengan baik. Aku percaya itu.” ucap Alya dengan pelan.Arsen mengerutkan kening. "Kalau sekadar menjenguk, nggak apa-apa, kan? Apa salahnya?"A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status