Share

Pernikahan Kontrak Tuan Muda
Pernikahan Kontrak Tuan Muda
Author: Author newbie

Chapter 1

Author: Author newbie
last update Huling Na-update: 2024-12-16 12:09:46

"Gimana hasilnya?" tanya Adimas antusias.

Karina menggeleng lesu sambil menyerahkan benda kecil di tangannya, setelah berharap untuk yang kesekian kalinya hasil dari testpack itu ternyata masih belum menunjukkan garis dua. Segala cara sudah Karina lakukan, mulai dari urut, meminum ramuan, bahkan sampai promil tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Adimas membuang testpack itu ke sembarang arah, ia benar-benar kecewa padahal ia sudah berharap jika Karina telat datang bulan karena hamil.

"Rin, izinkan mas untuk menikah lagi. Mas sudah tidak bisa bersabar lagi menunggu kamu hamil," pintanya dengan raut wajah frustasi.

"Mas, usia pernikahan kita baru sebentar. Lagipula kita bisa mengadopsi anak jika mas memang tidak bisa menunggu,"

"Mas tidak mau anak adopsi Rin, mas ingin anak dari benih mas sendiri."

"Tapi mas-"

Ponsel Adimas tiba-tiba berdering menampilkan nomor yang tidak dikenal, Adimas terlihat antusias saat melihatnya bahkan ia langsung keluar dari kamar untuk menjawab telepon tersebut dan mengabaikan Karina. Setahu Karina suaminya itu paling malas menjawab panggilan dari nomor yang tidak ia kenal, tetapi yang Karina lihat saat ini Adimas seperti sudah tau siapa yang menghubunginya. Karina terus memperhatikan raut wajah Adimas yang terlihat begitu bahagia saat berbicara di telepon, Adimas bahkan terlihat begitu terharu, seolah ia tengah mendengar sebuah kabar yang sangat membahagiakannya.

"Telepon dari siapa mas?" tanya Karina, Adimas langsung menyembunyikan ponselnya ke dalam saku begitu Karina datang.

"Dari teman, oh iya Rin. Aku pulang agak maleman ya, ada urusan yang harus aku selesaikan,"

Karina hanya mengangguk lalu mencium tangan Adimas dengan khidmat, setelah Adimas pergi Karina melanjutkan aktifitasnya kembali seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi. Karina mengeluarkan semua pakaian kotor Adimas yang beberapa hari lalu Adimas bawa untuk perjalanan bisnis, tetapi saat sedang memeriksa semua saku celana Adimas Karina menemukan sebuah ikat rambut wanita dari saku celananya. Tidak hanya itu, Karina juga menemukan invoice pembelian lingerie yang sudah tersobek, struk pembayaran booking hotel dan satu buah alat kontrasepsi yang masih tersegel. Selama ini ia tidak pernah menggunakan pengaman saat berhubungan intim dengan Adimas, jadi ia sangat yakin jika Adimas menggunakan alat kontrasepsi ini bukan dengannya.

"Apa yang kamu lakukan di belakangku mas," gumamnya, ia genggam semua barang itu di tangannya yang mulai terlihat gemetar.

Bukti invoice, ikat rambut, serta alat kontrasepsi itu segera Karina sembunyikan di saku bajunya. Karina segera bergegas pergi untuk menemui Adimas dan meminta penjelasan atas semua yang ia temukan, ia bahkan tidak memperdulikan teriakan ibu mertuanya yang meminta disiapkan sarapan. Karina sudah tidak bisa berpikir dengan jernih, apa yang terngiang di dalam benaknya hanyalah Adimas sudah mengkhianatinya dengan wanita lain. Karina terus mencoba meghubungi Adimas untuk menanyakan keberadaannya, tetapi nomor Adimas mendadak tidak aktif. Karina begitu kalap karena larut dalam kecurigaannya pada Adimas, ia bahkan nyaris tertabrak mobil ketika menyebrang jalan karena sibuk menghubungi Adimas.

"Mbak Karin!" sapa Erlin saat Karina baru saja tiba di lobby kantor Adimas, ia menghampiri Karina dengan setumpuk berkas di tangannya. "Mbak gak kerja? kok pagi-pagi datang kesini?"

"Lin, apa mas Adimas ada di ruangannya sekarang?" ia tidak mengindahkan pertanyaan Erlin.

"Mas Adimas? dia baru saja pergi setengah jam yang lalu, ada apa memangnya mbak?"

Saat Karina hendak menjawab pertanyaan Erlin, fokusnya teralihkan pada ikat rambut yang ada di pergelangan tangan Erlin. Ikat rambut itu sama persis dengan ikat rambut yang Karina temukan di saku celana Adimas, ikat rambut seperti itu memang tidak hanya Erlin yang punya tetapi entah mengapa kecurigaan Karina langsung tertuju kepada Erlin.

"Lin, apa kamu ikut juga perjalanan bisnis kemarin?" tanya Karina, tatapannya kini sudah berbeda pada Erlin seperti tengah menginterogasi.

"Iya aku ikut, apa ada masalah mbak?"

Karina terdiam dengan seribu pertanyaan di dalam kepalanya, apakah wanita simpanan Adimas adalah Erlin? mengingat Erlin adalah sekretaris pribadi Adimas dan mereka sering pergi perjalanan bisnis bersama. Tetapi Karina tidak bisa menuduhnya mentah-mentah karena buktinya masih belum cukup kuat, sedangkan Erlin kini tengah menatapnya kebingungan karena Karina tiba-tiba diam dengan mata berkaca-kaca.

"Mbak Karin, mbak baik-baik aja kan?"

Baru saja ia hendak bertanya lagi pada Erlin, tiba-tiba ponselnya berdering dengan notifikasi dari rumah sakit tempat dimana Karina akan melakukan pemeriksaan kesuburan. Karina akhirnya terpaksa pergi dari hadapan Erlin dengan rasa penasaran yang belum tuntas di hatinya, Erlin adalah teman yang paling ia percayai bahkan sejak mereka masih di bangku sekolah, tetapi hari ini Karina melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa bukti itu mengarah kepada Erlin.

'Bukan, pasti bukan Erlin, Erlin tidak mungkin melakukan itu padaku.' batinnya yang masih terus meyakinkan hatinya bahwa bukan Erlin wanita simpanan Adimas.

********

Karina tiba di rumah sakit tanpa ditemani siapapun, sepanjang lorong yang ia lewati ia terus melihat bayi-bayi yang digendong oleh ibu mereka juga sang ayah yang terlihat bahagia menatap buah hatinya. Karina refleks mengelus perutnya, membayangkan betapa bahagianya jika nanti ia mengandung dan Adimas akan memanjakannya seperti pria-pria itu memanjakan istri mereka. Karina yakin jika ia tidak mandul karena ia tidak memiliki tanda-tanda kemandulan, ia justru mencurigai Adimas tetapi Adimas selalu mengelak dan menolak jika ia mengajaknya tes kesuburan. Lahir di keluarga yang memiliki banyak anak, membuat Adimas yakin jika Karina lah yang tidak subur. Setelah mengambil sampel darah, Karina menunggu dengan sabar hasil tesnya sampai akhirnya perawat datang membawa hasil tes miliknya.

"Ibu Karina Faradilla, silahkan masuk." ujar perawat sambil membukakan pintu untuk Karina.

Karina mengikuti perawat itu masuk ke dalam ruangan dokter, degup jantungnya berdebar tidak beraturan dan Karina benar-benar cemas menunggu hasil tesnya dibacakan oleh dokter.

"Selamat siang, perkenalkan saya dokter Firman, saya yang akan menjelaskan hasil tes kesuburan ibu Karina. Silahkan duduk,"

"Siang dok, terimakasih."

Hasil tes Karina kini tengah dibaca oleh dokter yang menanganinya sebelum disampaikan kepadanya, entah mengapa perasaan Karina mendadak tidak enak ketika melihat raut wajah sang dokter yang tiba-tiba berubah muram.

"Jadi bagaimana hasil tesnya dok?" tanya Karina dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf, hasil tes anda menyatakan jika anda infertile, ibu Karina."

Karina tercenung dengan bola mata membulat, sesaat kemudian ia tertawa pelan seolah tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, "Dokter, tolong baca sekali lagi, pasti ada yang salah dari hasil tes itu atau mungkin dokter salah membacanya."

"Maaf, tetapi hasil tes ibu Karina jelas menyatakan jika ibu infertile."

"Apa saya benar-benar tidak bisa hamil dok?" tanya Karina yang hanya dibalas gelengan kepala oleh dokter Firman.

Air mata Karina perlahan mulai turun dan membasahi pipinya tanpa henti, ia mengambil hasil tesnya dan pergi dari ruangan dokter Firman dengan perasaan kecewa yang mendalam. Karina berjalan pelan sambil berusaha mengabaikan semua yang ia lewati, tadinya ia sangat berharap jika suatu saat ia bisa duduk di antara mereka sambil menggendong bayinya tetapi kini harapannya sudah pupus. Karina mengalihkan pandangannya ke arah lift agar bisa mengalihkan rasa kecewanya, namun ia malah melihat hal lain disana yang tidak kalah mengejutkannya. Karina mengusap air mata yang menggenang di bola matanya dengan cepat agar bisa melihat dengan jelas, sayangnya sebelum ia benar-benar bisa memastikan apa yang ia lihat pintu lift sudah tertutup rapat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 63

    Delapan tahun kemudian... "Mama!!" Seorang anak laki-laki berlari menghampiri Karina lalu memeluknya erat seolah mereka sudah lama tidak bertemu, sedangkan di belakangnya seorang gadis kecil acuh tak acuh berjalan melewati mereka berdua begitu saja. Aryan dan Arsyla, dua anak kembar yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan keunikan mereka masing-masing. Aryan yang memiliki wajah Kaivan namun sifatnya mirip Karina, sedangkan Arsyla memiliki wajah Karina namun sifatnya sangat dingin seperti Kaivan. "Ma, Aryan mau eskrim." "Aryan sudah makan eskrim ma, jangan dibelikan lagi." sahut Arsyla yang tengah sibuk memainkan video gamenya. "Bohong ma!" "Aku tidak bohong! Aryan, gigi kamu sudah ompong karena terlalu banyak makan eskrim. Aku malu punya saudara kembar jelek seperti kamu!" "Ma.." rengeknya dengan bola mata berkaca-kaca. "Oke mama belikan, tapi Aryan harus mau kalau mama ajak ke dokter gigi. Setuju?" Aryan mengangguk cepat dengan senyum lebar

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 62

    "Kami turut berduka atas meninggalnya nona Agatha, tuan Kaivan." Kaivan hanya mengangguk pelan, ia tidak memalingkan sedikitpun pandangannya dari makam Agatha. Satu persatu orang-orang mulai pergi, hanya ia yang tetap disini entah sampai kapan. Kacamata hitam selalu terbingkai di wajahnya, untuk menutupi kesedihannya dari semua orang juga untuk menjaga perasaan Karina. Hampir satu minggu ini, hujan selalu turun bahkan sekarang pun rintik hujan mulai membasahi tanah makam. Dua langkah dibelakangnya, Karina menunggunya dengan sabar meskipun ia juga sudah lelah. Ia lelah melihat Kaivan terus larut dalam kesedihannya, tetapi ia juga tidak tau bagaimana harus menyampaikan rasa lelahnya. Karina maju mendekati Kaivan, payung yang ia pegang ia gunakan untuk menutupi tubuh Kaivan dari hujan yang mulai deras. "Pulanglah Karina, kamu akan sakit jika terus berada disini." Entah sakit apa yang Kaivan maksud, jika itu soal hati Karina sudah sakit sejak kemarin. "Tidak, kita akan pulang bers

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 61

    "Oh God! are you nuts?!" Dua pasangan muda itu terkejut setengah mati saat Kaivan tiba-tiba masuk ke kamar, saat mereka tengah bersenang-senang. Kaivan tidak memperdulikan ocehan mereka, ia duduk di sofa yang menghadap ke jendela dan menampilkan pemandangan ratusan cahaya lampu ibukota. Arkana akhirnya menyuruh wanita itu pergi karena ia lihat Kaivan tidak akan pergi dari kamarnya, juga karena tatapan Kaivan yang terlihat putus asa. "Ada apa?" "Apa kamu sudah pakai celana dalam?" tanya Kaivan balik. "Apa pedulimu aku sudah pakai celana dalam atau belum! ah, sial! kamu merusak malam indahku," Kaivan tertawa pelan, lalu memantik cerutu milik Arkana yang tergeletak di atas meja. Ia sesap cerutu itu dan membiarkan asap berputar di wajahnya, setiap hembusannya membuat sesak di dadanya sedikit teratasi. Meski belum benar-benar membuatnya lega, setidaknya ia bisa sedikit rileks. "Apa aku salah jika memberikannya kenyataan daripada sebuah harapan palsu?" "Apa yang kamu ka

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 60

    Agatha menatap cahaya yang masuk ke dalam celah selnya, dengan tatapan kosong dan penampilan yang terlihat sangat berantakan. Agatha yang begitu cantik, berubah begitu menyedihkan hanya dalam beberapa hari. Setiap kali ia memejamkan mata, yang terlintas di dalam mimpinya hanyalah sebuah kilasan yang menakutkan. Darah, teriakan kesakitan, bahkan cacian yang membuat dirinya akhirnya takut untuk tertidur. Kantung mata yang terlihat menghitam, juga mulut yang terus menggumam pelan entah mengatakan apa. Satu tangannya terangkat dan menampilkan cincin yang berkilau terbias cahaya, ia tersenyum sambil menatap cincin itu lalu menciumnya. "Aku tau, kamu pasti akan datang." ujarnya sambil menatap kembali cincin itu dengan binar di matanya. ******* Bandara Paris-Charles de Gaulle, Berkat bantuan Arkana, Kaivan akhirnya bisa lebih cepat sampai di Perancis untuk menolong Agatha. Sebenarnya Arkana enggan menolongnya, tapi Karina terus merengek dan memintanya untuk menolong Kaivan, mau ti

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 59

    "Maaf tapi saya belum bisa menerima ini, saya juga tidak tau apakah harta ini ada sebagian milik anggota keluarga Renjana yang lain atau tidak." Karina mengembalikan surat warisan yang belum ia tandatangani, pengacara itu terlihat menarik nafas panjang karena lelah membujuk Karina. Ia sudah terlanjur menerima uang bayaran lunas dari almarhum Yudhana, uangnya juga sudah terpakai habis jadi tidak mungkin untuknya mengembalikan uang tersebut. Kantornya belakangan ini mengalami penurunan klien, sedangkan ia harus membayar gaji karyawan dan kebutuhan lainnya. Jika bukan karena Yudhana, ia pasti sudah pailit sejak kemarin. "Nona, tapi saya sudah dibayar oleh mendiang tuan Yudhana agar nona menandatangani ini." "Jika anda ingin saya menerima ini, silahkan anda temui seluruh anggota keluarga Renjana dan tanyakan, apakah ada hak mereka di harta ini." "Dan harus ada bukti jika tidak ada hak mereka di dalam harta ayahku." sambungnya mengusulkan. Itu bukan persyaratan yang mudah, tap

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 58

    "Kau sudah berjanji akan menyelesaikannya Cindy! lalu kenapa dia masih bisa berjalan dan mempermalukan adikku!" bentak Nathan, ia menghardik Cindy cukup keras sampai menabrak lemari penyimpanan tiara. Nathan memutar gelas champagne di tangannya, ia benar-benar kehabisan ide untuk menyingkirkan Agatha dari keluarga Van Blair. Wanita itu sangat gigih, ia tidak goyah sedikitpun meski sudah diterpa banyak masalah. Dan masalah terakhir yang ia buat kemarin, ternyata tidak membuat Agatha hancur sedikitpun bahkan Agatha kembali seolah tidak terjadi apapun padanya. Sebenarnya semua usaha Agatha tidak ada gunanya mau sekeras apapun ia mencoba, karena tidak ada satupun anggota keluarga Van Blair yang menerimanya. Bahkan Dewangga pun tidak menerimanya sebagai anak, Dewangga hanya mengakuinya sebagai sebuah kesalahan. Kesalahan yang ia buat saat dalam keadaan mabuk, cinta satu malam saat hubungannya dengan ibunya Nathan sedang renggang. "Saya sangat yakin jika kemarin Agatha benar-benar terp

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status