Sesampainya di bandara, aku berlari sekencang mungkin mencari Kevin kesana kemari berharap pesawat Kevin belum take off, tapi nyatanya aku tak menemukan Kevin. Aku pun berlari menuju pusat informasi untuk bertanya namun harapanku untuk bertemu dengan Kevin pupus. Pesawat yang ditumpangi oleh Kevin sudah take off sejak 10 menit yang lalu. Aku pun terduduk lemas dilantai, "Kenapa Vin, kenapa kamu tinggalin aku gitu aja tanpa pamit." gumamku sambil menangis.
Aku pun pulang ke rumah dengan tak bersemangat, "Sayang, kamu kenapa?" tanya mamah padaku namun aku hanya diam dan terus berjalan menuju kamarku. Ku buka Handphonku berharap ada pesan dari Kevin sebelum dia pergi. Namun nihil, kuhela napasku dengan panjang kemudian aku mulai menangis terisak.Entah berapa lama aku menangis sampai akhirnya aku pun tertidur karena lelah terlalu lama menangis, tak terasa hari sudah sore dan terdengar ketukan pintu kamarku.Tok tok tok"Ri, sayang. Bangun nak sudah sore." terdengar suara mamahku."Mamah masuk ya Ri" masuklah mamah ke dalam kamarku."Kamu kenapa sayang?" tanaya mamah dengan lembut sambil membelai rambutku"Mah, Kevin pergi mah. Kevin pergi tanpa pamit sama Riri." ucapku lirih sambil menahan tangis.Mamah memeluku dan mengusap pelan punggungku, "Sabar sayang, Kevin pergi pasti karena ada alasannya Ri. Dan dia pasti kembali lagi." ucap mamah menenangkanku."Setahu mamah, Kevin kesana karena Oma'nya sedang sakit sayang dan disana hanya tinggal sendirian." sambung mamah sambil tersenyum lembut."Kenapa mamah bisa tahu, kalau Oma'nya Kevin sakit?" tanyaku"Karena Kevin semalam kesini, ketemu sama mamah waktu kamu sudah tertidur nak. Dan dia menitipkan ini untuk kamu." ujar mamah memberikan sapucuk surat ini."Kalo begitu mamah keluar dulu ya, jangan menangis lagi oke." ucap mamah.Aku mengangguk, setelah mamah Amira keluar dari kamar kuseka air mataku dan kubaca surat dari Kevin.Sarasku, tersayangMungkin ketika kamu baca surat ini aku sudah pergi dari Indo Ras, maafin aku yang tak memberitahumu secara langsung. Karena aku takut tak mampu melihat kau menangis Ras. Tapi percayalah Ras bahwa aku akan kembali kepadamu segera mungkin, aku ingin suatu hari nanti hubungan kita bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Aku sangat menantikan itu, tunggu aku kembali ya sayang.Salam sayang dari Kevin PratamaSeketika air mataku luruh kembali, "Aku akan menunggumu Vin."ucapku lirih.Waktu terus berjalan hingga beberapa bulan berlalu hingga tak terasa sudah setahun, ku lalui hari hariku dengan menyibukan diri guna melupakan kepergian Kevin sejenak. Tak pernah ada kabar darinya, seolah dia hilang ditelan bumi, namun aku masih setia menunggu. Menunggu kepulangannya yang tak pasti.flashback offMalam semakin larut, waktu menunjukan pukul 1 dini hari. Namun agaknya Riri belum juga mengantuk, akhirnya Riri memutuskan untuk mengambil wudhu kemudian sholat tahajut berharap untuk kedamaian hatinya. Selepas sholat Rori kembali mencoba untuk memejamkan matanya sambil memeluk mas Rian sang suami sampai terlelap masuk ke alam mimpi.Pagi harinya, Riri bangun kesiangan karena semalam tak bisa tidur. Hingga ia terburu buru mandi kemudian berangkat ke kantor tanpa sarapan terlebih dahulu. "Mas, maaf aku kesiangan jadi tidak sempat membuat sarapan untuk kamu. Ini juga aku buru buru karena hampir telat." ucap Riri pada suaminya."Tidak apa sayang, kamu nggak sarapan roti dulu?" tanya mas Rian."Tidak mas, aku sudah hampir telat. Nanti biar aku sarapan dikantor saja, aku pamit ya." jawabku sambil mencium tangan suamiku"Iya , hati hati sayang. Jangan ngebut." teriak mas Rian.Selepas Riri barangkat, ibu mertua muncul dari arah kamarnya menghampiri meja makan. "Kok nggak ada makanan, Riri nggak masak Yan?" tanya ibu mertua."Nggak bu, Riri kesiangan tadi dan buru buru berangkat ke kantor." jawab mas Rian"Halah, bilang aja malas bangun pagi mas." terdengar suara Silvi yang baru keluar kamar."Silvi, sebelum kamu bicara lebih baik kamu liat diri kamu terlebih dahulu." jawab mas Rian dengan tegas.Mas Rian pun pergi dari rumah entah mau kemana, "Kamu sih Sil, punya mulut tuh dijaga kalo didepan Masmu. Tahu sendiri Masmu begitu menyayangi Riri malah kamu jelek jelekan Riri di depan matanya. Lain kali lebih hati hati lagi." ucap bu Dara."Iya bu, maaf. Terus sekarang kita sarapan apa bu kan tadi Riri nggak masak. Silvi sudah lapar bu." rengek Silvi"Kamu ini bisanya cuma manja, ya sudah sana kamu beli bubur ayam saja di depan komplek." jawab bu Dara"Minta uang." rengek Silvi"Lho bukannya kemarin kamu dikasih uang sama Riri 5juta, masak sudah habis. Nggak mungkin kamu beneran buat bayar uang kuliah kan?" mata bu Dara memicing."He he, sudah habis buat shoping bu. Kan kemarin juga Silvi bagi sama ibu." kata Silvi"Astaga, ini anak. Ya sudah ini buat beli bubur ayamnya." ibu Dara mengeluarkan uang 50 ribu rupiah.Silvi pun bergegas pergi untuk membeli bubur ayam 3 porsi, untuk dirinya, ibu dan juga kakaknya. "Lumayan kembaliannya bisa buat beli kuota." gumam Silvi.Hari semakin sore dan sebentar lagi sudah waktunya jam pulang kantor, aku segera menyelesaikan pekerjaanku sebelum pulang. Begitu sampai di rumah kudapati keadaan rumah yang kacau sampah dimana mana, piring kotor belum dicuci, bahkan cucian kotorpun menumpuk. "Astaga." gumamku sambil memijit pangkal hidungku.Segera aku taruh tasku dan ku ambil sapu, kubersihkan seluruh rumah dan ku cuci piring. Biarlah pakaian kotor itu besok saja karena aku sudah terlalu capek. Capek dikantor dan juga dirumah."Sebenarnya kemana para penghuni rumah ini, mengapa rumah kotor sekali." gumamku lirih. Setelah semuanya selesai aku memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu supaya merasa lebih segar. Kemudian aku merebahkan diri dikasur karena terlalu merasa penat.Aku terbangun kaget karena mendengar ketukan dipintu kamarku, lebih tepatnya sebuah gedoran. Ternyata aku ketiduran mungkin karena terlalu lelah sehingga tak terasa aku tertidur.Tok tok tok"Ri, bangun Ri sudah malam. Riri!" teriak ibu mertua"Iya bu, maaf aku tadi ketiduran setelah mandi." ucapku"Kamu masak sana untuk makan malam semuanya, jangan enak enakan tidur." ucap ibu mertua dengan ketus dan pergi dari kamarku"Astaga." seketika ku hela nafasku panjang, padahal aku pulang kantor sudah membersihkan semuanya tapi aku masih dibilang hanya enak enakan tidur saja.Walau begitu aku tetap berjalan ke arah dapur untuk memasak namun ketika aku melewati ruang tamu kulirik ada Silvi yang enak enakan sedang nonton tv sambil memainkan hp dengan ongkang ongkang kaki.Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa