Share

Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)
Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)
Author: Nhaya_97

Bab 1: Tidak ada Keadilan Bagimu!

Author: Nhaya_97
last update Huling Na-update: 2024-10-26 21:22:28

“Seharusnya kamu yang mati malam itu, Viona.”

Suara serak Padma bergema dalam ruangan, menebar ketakutan yang merayap di tubuh Viona. Dengan tangan terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih, dia menatap sosok tinggi yang berdiri di hadapannya, tangan terlipat di dada, mata penuh amarah.

Padma, kakak ipar yang telah menikahi Yuanita selama enam tahun—satu-satunya saudara dan keluarga yang dimiliki Viona.

“Maafkan aku, Mas,” bisik Viona, suaranya pecah. Ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada, tubuhnya bergetar. “Aku benar-benar minta maaf.”

Empat puluh hari yang lalu, Yuanita yang tengah hamil tua mengalami pendarahan hebat. Viona, satu-satunya orang yang menemani saat itu, tak punya pilihan lain selain bertindak cepat.

Padma sedang dalam perjanjian pulang dari luar kota, mustahil menunggunya untuk mengantar Yuanita ke rumah sakit.

Dengan segenap keberanian yang tersisa, Viona membawa sang kakak ke rumah sakit terdekat, mengabaikan rasa takutnya demi memastikan nyawa Yuanita dan bayi yang dinantikan bisa terselamatkan. Ia terus berbisik, meyakinkan kakaknya.

“Tarik napas dalam-dalam, Kak! Semuanya akan baik-baik saja. Sebentar lagi Kakak akan bertemu dengan Sabda.”

Sabda—nama yang Yuanita dan Padma pilih, calon putra yang telah mereka tunggu selama enam tahun pernikahan mereka. Namun takdir berkata lain.

Di ambang rumah sakit, Viona kehilangan kendali mobil, menabrak pohon besar dan pagar beton. Yuanita tetap sadar ketika ambulans membawanya ke rumah sakit, tetapi hidupnya berakhir di meja operasi. Bayinya lahir dengan selamat, tapi Yuanita tak terselamatkan.

Viona, meski luka-luka, selamat dari kecelakaan itu. Namun keselamatannya hanya mengundang murka Padma yang tak terhingga.

Padma tertawa getir, sepasang mata kelamnya menyorotkan kebencian tajam. “Kamu pikir maaf bisa membuat Yuanita hidup kembali? Membuat Sabda bisa menikmati kasih sayang ibunya?”

Viona bergidik, tubuhnya terpojok di sudut ruangan. Bau alkohol menyengat dari napas Padma, membuat mualnya semakin menjadi. Tatapannya menghunjam Viona, menyudutkannya tanpa belas kasih.

“Hukuman apa yang pantas untuk seorang pembunuh sepertimu, Viona? Kematian terlalu mudah untukmu.”

Tertegun, Viona menatap pria di depannya, matanya memerah dan air mata mulai menggenang. “Aku tidak ingin kehilangan dia, Mas. Yuanita adalah hidupku... Aku mencintai kakakku lebih dari siapa pun. Kalau bisa, aku ingin menukar nyawaku dengan nyawanya! Apa pun yang Mas Padma inginkan, aku akan lakukan. Jika membunuhku adalah penebusan, lakukanlah.”

Viona berlutut, tubuhnya terguncang dalam penyesalan, kesedihan, dan ketakutan yang memenuhi seluruh wajahnya.

Padma memukul dinding dengan kepalan tangannya lalu melempar tatapan tajam pada Viona, "Aku benar-benar ingin kamu mati. Tapi kematian terlalu ringan untukmu. Aku harus membiarkanmu merasakan sakit yang sama sepertiku!"

Tiba-tiba Padma mencengkeram leher Viona lalu mendorongnya ke lantai.

Viona sontak menutup kedua matanya. Dia pikir kematian sedang menjemputnya, tetapi bunyi koyakan terdengar di udara. Dan berikutnya, pakaian sudah terlepas dari tubuhnya.

Kulitnya yang putih menyentuh lantai yang dingin dan membuatnya menggigil. Viona membuka matanya dan melihat pria itu berlutut di atasnya seperti binatang buas.

Ketika dia menyadari apa yang akan dia lakukan, Viona berteriak, "Tidak! Jangan, Mas!"

Pria itu sepertinya tidak mendengar teriakan Viona, akal sehatnya telah dipenuhi dengan amarah. "Viona, kamu membuatku kehilangan hal terpentingku, dan aku akan mengambil hal terpentingmu."

Viona berusaha melawan dengan sekuat tenaga.

Dia menendang, mencakar, menampar, memukul, menjambak sampai menggigit Padma untuk menghentikan tindakan pria itu. Hingga akhirnya sesuatu yang keras memaksa masuk ke bagian paling pribadinya.

"Aaargh!"

Rasa sakit karena robekan itu membuat Viona hampir pingsan, Padma berhenti sebentar lalu menundukkan kepalanya dan terkesiap saat melihat bercak kemerahan yang berada di antara kaki Viona.

Bukankah Viona memiliki pacar dan telah berpacaran selama beberapa tahun? Bagaimana dia masih perawan?

"Tolong hentikan, Mas!" Viona memohon.

Viona tahu bahwa keperawanannya telah direnggut oleh seorang pria dan dia hanya berharap bahwa pria itu akan mendapatkan kembali kewarasannya dan berhenti melanjutkan.

Namun, jelas Padma tidak peduli dengan permohonan Viona Sebaliknya, permohonan perempuan itu membuatnya menjadi lebih bersemangat.

"Ini adalah kesalahanmu sebagai seorang pembunuh!" Padma melanjutkan gerakannya, dan rasa sakit yang menyakitkan benar-benar membuat Viona kehilangan kemampuan untuk melawan.

Masa depan, kehormatan, dan martabat Viona direnggut oleh Padma, kakar iparnya sendiri.

Viona gemetar dan membela diri dengan suara serak, "Tidak... Tidak ada yang sengaja membunuh kakaknya, Mas."

"Diam!" Padma menyela Viona dengan kilatan kemarahan lain di matanya. "Jangan berani-berani menyebut nama Yuanita dengan mulut kotormu. Apa yang kau rasakan sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit yang harus aku tanggung."

Derai air mata membanjiri wajah Viona yang pias.

Padma menyunggingkan senyum kejam melihat Viona tidak berdaya di bawahnya. "Apa kau pikir aku akan membiarkanmu pergi dan memaafkanmu? Kamu bermimpi, Viona!

"Kau harus tinggal bersamaku sampai kau membayar semua dosamu. Jangan berkhayal tentang melarikan diri, atau aku akan membuat kamu lebih terhina daripada yang ini. "

"Mas Padma tidak berhak melakukan ini." Air mata Viona terus berderai meski matanya sudah membengkak.

Namun rasa sakit di bagian bawah tubuhnya mengingatkannya bahwa pria itu melakukan kejahatan yang tak akan pernah bisa dia maafkan. Tidak akan pernah!

"Tidak ada keadilan bagi pembunuh! Dan ini hanyalah permulaan, Viona. Aku pastikan kau akan merasakan sakit yang sama seperti aku. Bersiaplah! Neraka akan menunggumu!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mita Mita
............jadi sedih de GImn persaang ny viona
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Our Happy Ending

    Viona terkekeh pelan mendengar jawaban Alfie yang begitu egois, namun juga penuh cinta. Tangannya mengelus pelan pipi pria itu, menatap mata hitam yang dulu tampak dingin dan menusuk, kini lebih bersinar dan hidup. Ada harapan, ada kehangatan… ada cinta yang utuh.“Padahal aku sudah membayangkan punya anak perempuan yang mirip kamu,” gumam Viona manja, seolah menggodanya.Alfie terkesiap, lalu mengangkat alis. “Kalau anak perempuan itu mirip aku, mungkin dia akan membantah semua omonganmu, dan menyeret pacarnya pulang jam dua pagi.”Viona tertawa. “Kamu kan sudah berubah. Siapa tahu anak kita nanti juga lembut dan pintar masak seperti Padma, tapi kuat dan bisa bela diri kayak kamu. Kombinasi yang sempurna.”Alfie menatap wajah perempuan yang dicintainya itu, penuh rasa. “Apa pun yang terjadi, Vi... aku akan selalu ada di sisimu. Aku mungkin sedang berproses menjadi satu pribadi yang utuh, tapi hatiku tetap satu—untukmu.”Viona terdiam, matanya berkaca-kaca. “Aku juga akan selalu di si

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Tidak Rela Membagi

    "Kemarin aku mencari terapis baru yang memiliki pengalaman menyembuhkan penyandang DID. Aku sudah menemukannya. Dan beberapa hari lalu aku mengirim email untuk meminta konfirmasi."Baru saja terapis itu mengatakan bisa bertemu denganku besok lusa. Sayangnya, dia tidak tinggal di Jakarta, tapi di Singapura. Dan kamu harus ikut karena kamu pasanganku sekarang."Viona meneguk ludah dengan susah payah. Dia sama sekali tidak tahu Alfie melakukan pencarian untuk mencari terapis baru. Bahkan selama di Paris pun, Alfie sama sekali tidak pernah menyinggung masalah ini.Dan mengetahui Alfie sudah menemukan terapis baru, tak urung menimbulkan kekhawatiran dalam hatinya."Al, kamu... tidak berniat untuk 'pergi", kan?" tanyanya ragu. Tolong katakan tidak atau dia akan patah hati lagi."Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Alfie mengerutkan kening."Yang aku tahu, host kamu adalah Mas lan. Kalau kalian sembuh, itu artinya kamu akan 'hilang', kan?"Dari kasus penyandang DID yang pernah Viona baca, jik

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Punya Kabar Bagus

    "Done!" seru Viona dengan riang.Tatapannya tertuju pada gembok yang baru saja dia pasang di pagar jembatan Pont des Arts atau Jembatan Gembok Cinta, yang menghubungkan antara Louvre Museum dan Insititute de France.Gembok bertuliskan inisial D & A itu terpajang berdesakan dengan ribuan gembok lainnya yang memenuhi sepanjang pagar jembatan."Sekarang giliran kamu yang buang kuncinya." Viona menyerahkan kunci gembok yang sudah dia pasang pada Alfie.Alfie menatap kunci di tangannya lalu mengembuskan napas panjang. Sulit dipercaya dia melakukan hal sekonyol ini. "Apa aku harus melakukannya? Itu hanya mitos konyol, Viona.""Just-do-it!" Viona berkacak pinggang. "Apa susahnya, sih, lempar kunci ke sungai di depan kamu?""Astaga!" desah Alfie sambil melakukan apa yang Viona perintahkan. Kunci itu melayang dari tangannya lalu mendarat di sungai dengan bunyi kecipak cukup keras."Happy?" ejeknya pada Viona yang tersenyum senang."Happy! Thanks, Al." Viona berjinjit lalu mengecup pipi Alfie p

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Tidak Menyesalinya?

    Viona kembali menoleh pada Savannah yang melanjutkan ucapannya. "Maksudku, dulu kamu melihatnya sebagai kakak ipar, tapi sekarang dia suamimu. Apa kamu tidak merasa canggung?"Sepertinya Savannah tidak tahu Padma adalah penyandang kepribadian ganda dan Viona lebih sering berhubungan alter egonya hingga rasa canggung itu sama sekali tidak ada.Namun demi menyingkat waktu, Viona memilih jawaban diplomatis. "Awalnya pasti seperti itu, tapi seiring waktu semuanya berjalan secara natural."Savannah tampak termangu. Tatapannya beralih pada Mandala yang berdiri di samping Alfie dengan raut serius. Melihatnya seperti itu, Viona jadi ikut menatap Mandala.Mendadak dia bertanya-tanya, apa ada sesuatu di antara paman dan keponakan itu? Karena di matanya, tatapan Savannah sering kali terlihat berbeda saat berhadapan dengan Mandala.Bahkan saat dia melihat pagelaran busana Savannah tiga hari yang lalu, gadis itu terlihat begitu bahagia saat Mandala mampir dengan sebuket bunga. Hanya sepuluhTatapa

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Tidak Menyangka

    "Dadah, Sayang. Tunggu Bunda pulang, ya. Nanti Bunda bawakan oleh-olah yang banyak." Viona melambai pada Sabda lewat layar ponselnya.Bayi itu membalas dengan satu tabokan kencang di layar, seolah menunjukkan rasa kesalnya karena ditinggal Viona selama berhari-hari.Viona tertawa lalu mengakhiri panggilan video setelah melempar goodbye kiss pada bayi gendut itu. Saat menaruh ponselnya kembali ke dalam tas, Alfie tampak berjalan menghampirinya.Viona sontak melempar senyum pada lelaki tampan yang hari ini hanya memakai sweater dan celana jeans itu."Kamu tidak bosan?" tanya Alfie setelah duduk di samping Viona."Nope. Aku baru saja menelepon Sabda, dan dia sudah bisa memanggil 'Papa' dengan sangat jelas."Mata Alfie melebar sempurna. "Oya? Tapi kenapa setiap aku menelepon dia tidak pernah mengatakan itu?" gerutunya. "Di depanmu dia sangat cerewet, tetapi di depanku dia mendadak diam."Viona mengurai tawa sambil meremas tangan Alfie yang bertengger di atas pahanya. "Kamu harus lebih ser

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Mencari Alasan

    Pesan-pesan itu belum Viona balas sampai sekarang karena dia tidak tahu bagaimana harus menghadapi mantan kekasihnya itu.Menyadari lelaki itu sudah mengetahui semuanya karena ibunya sudah bercerita, makin membuat Viona gamang.Dia tidak sanggup membayangkan bagaimana reaksi Tirta saat mendengar dirinya sudah menikah dengan orang yang sudah merenggut kehormatannya di masa lalu, bahkan mengandung anaknya-meski sekarang anak itu sudah tiada.Seharusnya Viona membalas pesan itu dan mengatakan maaf karena tidak bisa bertemu. Tetapi ternyata jarinya tak sanggup mengetikkan pesan semacam itu.Maka dia membiarkann pesan Tirta menggantung sampai sekarang. Mungkin setelah mereka kembali ke Jakarta, dia punya keberanian untuk membalas pesan mantan kekasihnya itu."Kalau kamu merasa bersalah karena sudah menghabiskan uang sebanyak itu, bukankah seharusnya kamu melakukan sesuatu untuk menebusnya? Minimal jangan punggungi aku. Suara parau Alfie membuyarkan lamunan Viona.Perlahan Viona membalikkan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status