Share

Hawa Flower

Sepulang dari rumah sakit Adam mengantar Hawa ke toko bunganya. Wanita itu tetap bersikukuh ingin bekerja sekalipun ia sudah menikah. Toko bunganya sangat berarti bagi Hawa, di tempat ini dia akan merasa bahagia saat melihat bunga bermekaran dengan menebarkan wangi semerbak.

"Aku masuk dulu yah, hati-hati kalau mengemudi jangan ugal-ugalan." Hawa memperingatinya sambil mencium tangan suaminya.

"Iya, sayang. Aku berangkat kerja dulu." Adam juga pamit pergi. Hawa mengangguk bersiap keluar dari mobilnya, saat akan menutup pintu mobil Adam berteriak lalu berkata, "Kau melupakan sesuatu."

"Apa itu?" tanya Hawa memasang wajah bingung.

"Aku belum menciummu sayang,"

"Ada-ada saja kau Adam. Baiklah, yang mana ingin kau cium?" Hawa melongokkan kepalanya ke mulut mobil menanti Adam menciumnya.

"Aku cuma mau cium yang ini," jelas Adam mengecup singkat bibir istrinya. Hawa tersenyum lalu menutup pintu mobil, saat akan melangkah, Adam berteriak lagi sambil membuka pintu kaca mobilnya.

Hawa memutar bola matanya jengah, ia sedikit jengkel karena Adam memanggilnya lagi. "Kau sudah menciumku Adam! Kali ini kau ingin mencium yang mana lagi?" Ia menatap suaminya yang terkekeh ria.

"Tidak, sayang. Aku memanggilmu bukan untuk menciummu. Kau terlalu percaya diri. Aku hanya ingin bertanya, jam berapa aku bisa menjemputmu?" Adam tidak habis pikir dengan sikap istrinya yang menuduhnya sembarangan sedangkan Hawa mendengar jawaban itu merasa malu, bagaimana mungkin dia menjadi wanita yang tega menuduhnya seperti ini.

"Jam 5 jemput aku di toko," jawab Hawa malu ia bergegas meningalkan suaminya, sebelum Adam melihat pipinya seperti kepiting rebus menahan malu. Tidak salah lagi Adam pasti akan menggodanya jika berdiam lebih lama lagi di sana.

Hawa yang tiba di toko bunganya melihat seorang wanita yang sibuk bekerja di sana, tidak lain sahabatnya sendiri. Naina. Dia adalah wanita yang sederhana penuh energik. Memiliki tubuh yang langsing membuat wanita itu sedikit imut dengan rambut sebahu. Jangan tanya kekuatan daya wanita itu bekerja, Naina tipe orang yang semangat dan mencintai pekerjaannya. Bayangkan saja taman bunga yang seluas 3 hektar Naina bisa mengelolanya sendiri, merawat tanaman itu agar tetap tumbuh. Kadang-kadang Hawa juga tidak masuk kerja jika ia tidak masuk Naina lah yang mengerjakan segalanya.

"Hawa akhirnya kau datang juga. Kemana saja kau beberapa hari ini? Ngomong-ngomong aku tadi melihatmu dan Adam jadi lebih romantis seolah dia suamimu. Aku tidak percaya kalian akan berciuman di atas mobil." Naina sangat cerewet mengintrogasi Hawa. Naina tidak sengaja melihatnya dari dalam toko di balik kaca. Mulanya tadi ia tidak percaya bahwa temannya itu di cium seperti pasangan suami istri yang bahagia. Padahal Hawa adalah orang yang selalu menjaga image nya.

Toko bunganya ini sangat unik karena di design seluruh bangunannya terbuat dari kaca. Sehingga transparan melihat apapun yang ada di dalamnya. Seluruh bunga yang Hawa jual kebanyakan impor dan banyak pelanggan yang datang memesan bunganya di sini, karena tidak ada di toko lain seperti bunga Lily, bunga Anyelir, bunga Anggrek, bunga Mawar, bunga Matahari, bunga Daisy, bunga Dahlia, bunga foxglove, bunga lavender, bunga morning glory, dan masih banyak lagi.

"Banyak hal yang ingin aku katakan padamu Naina. Sebenarnya, aku sudah menikah dengan Adam," ucap Hawa menaruh tasnya di meja kasir sambil melihat Naina yang meneguk secangkir teh di atas meja kasir.

Mendengar hal itu Naina menyemburkan teh yang harusnya ia minum. Pernyataan Hawa membuat wanita itu melotot, bagaimana mungkin mereka bisa menikah, Naina tahu bagaimana rumitnya hubungan mereka tidak pernah mendapat restu dari Helsi.

"Bagaimana mungkin kalian menikah tanpa mengundangku? Aku sahabatmu Hawa, kita sudah berteman selama 10 tahun dan aku berkali-kali bilang padamu bahwa aku ingin menjadi bridesmaid mu suatu hari jika kau menikah. Kau mengecewakanku kali ini Hawa," rajuk Naina menatap Hawa yang diam.

"Aku minta maaf Naina semuanya terjadi begitu saja. Kami menikah tanpa perencanaan apapun, tanpa resepsi dan kedua orang tua Adam. Kau tahu bagaimana perasaanku, pernikahan yang indah dan kuimpikan sejak kecil hanya berakhir di tempat akad nikah. Aku frustasi Naina, Ibu Adam sampai hari ini tidak mau menerima pernikahan kami." Air mata yang sudah di tahannya, tidak dapat Hawa bendung lagi. Naina pasti mengerti bagaimana kesedihannya sekarang. Berada di posisi wanita itu.

Naina yang mulanya merajuk karena tidak di undang di pernikahan mereka, akhirnya hatinya mulai melunak. Ia kasihan pada sahabatnya, pernikahan yang di impikan tidak sesuai kenyataannya. Naina memeluk Hawa, menenangkan wanita itu. Ia semakin terisak setelah mendapatkan dukungan sahabatnya, mau bagaimana lagi nasi sudah jadi bubur. Mencintai Adam berarti ia harus menerima resiko menjadi wanita tersakiti, Hawa juga sudah tidak tahan lagi pacaran lebih lama. Ia hanya ingin kepastian bukan janji manis belaka untuk menikahinya.

"Nenek sihir itu masih saja terus membencimu padahal kau tidak pernah bersalah. Apa perlu aku membalasnya dengan memakinya juga?" tanya Naina di penuhi kemarahan mengingat bagaimana Helsi terang-terangan tidak menyukai Hawa yang sangat baik.

"Tidak usah Naina! Aku bisa menyelesaikan  masalah rumah tanggaku sendiri. Yang penting Adam selalu memihakku itu sudah cukup bagiku. Lagipula aku juga tidak terlalu ambil pusing karena Mama Helsi tidak tinggal bersamaku." 

Ia merasa harus kuat demi menjalani hidupnya, Hawa yakin suatu saat Helsi akan berubah dan mau menerimanya menjadi menantu. Seberapa kuatkah Hawa akan bertahan? Pertanyaan itu berulang kali terulang di memori otaknya. Ia tidak siap menjalani hidup yang sulit ini.

"Hawa dengarkan aku! Jangan anggap ini masalah enteng, kenapa? banyak perceraian terjadi salah satu faktornya karena ketidakcocokan mertua dan menantu. Kamu pikir hidup berumah tangga itu singkat untuk menjalani lika liku kehidupan. Apa kau pikir Tante Helsi akan diam saja melihat kalian menikah? Aku yakin 1000 persen dia akan berusaha memisahkan kalian," Seru Naina mengguncang pundak sahabatnya. Berusaha meyakinkan sahabatnya bahwa rumah tangga mereka sedang tidak baik-baik saja.

Mendengar penjelasannya Hawa terdiam. Perkataan Naina ada benarnya, pernikahan mereka tidak baik-baik saja. Ia tidak boleh lengah atau pernikahan mereka akan jadi taruhannya. Hawa harus tetap waspada pada mertuanya.

"Kau benar Naina! Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup dan hanya Adam saja cinta sejatiku. Aku tidak mau jadi janda yang di penuhi tuduhan miring oleh tetangga julid." Tangis Hawa semakin menjadi saat mengingat bagaimana nasibnya nanti. Tak ada yang tahu masa depan, jika Adam sampai mengkhianatinya Hawa pasti akan meninggalkan suaminya.

"Hanya ada satu jalan Hawa. Kau tidak boleh lemah dalam pernikahanmu. Jangan biarkan Tante Helsi menginjak-injak dirimu! Kau berhak mempertahankan pernikahanmu dan tidak membiarkan siapapun merusaknya." Naina memeluk sahabatnya yang terisak. Tujuh tahun menjalin hubungan dengan Adam semakin memperumit masalah mereka. Dan Hawa tidak akan mungkin berhenti karena ia sudah memilih melangkah sejauh ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status