Share

7. Hari Bahagia

“Saya terima nikahnya Chava Lyra Pradikta Binti Wirawan Pradikta, dengan mas kawin tersebut, di bayar tunai!”

“Saksi Sah?”

“SAH!”

Jawaban dari para manusia – manusia yang dengan senang hati hadir di pernikahan Chava dan Alvian, menandakan bahwa kini Chava dan Alvian sudah resmi menjadi pasangan suami – istri. Alvian menghembuskan napas lega, keringat dingin sedari tadi seakan lenyap begitu saja.

Alvian menengadahkan telapak tangannya, mengucapkan kalimat Syukur atas kelancaran ijabnya, lalu mengusapkan ke wajahnya yang tampan. Alvian bahkan menghapal kalimat ijab itu sudah dari satu minggu yang lalu, wajar saja jika Alvian berhasil mengucapkan dalam satu tarikan napas.

“Alhamdulillah Aim, sekarang kamu udah jadi adik ipar aku, baik – baik kamu sama aku!” Teriak Garalen di tengah – tengah para tamu.

Alvian hanya menanggapinya dengan senyuman. Alvian melirik pembawa acara, bahkan dia mengigit bibirnya, dia tidak sabar menunggu acara selanjutnya, yaitu dimana Alvian akan menyambut Chava yang datang padanya. Jangan salahkan Alvian jika Alvian ingin buru – buru melihat Chava, karena Alvian tidak bertemu Chava selama satu minggu ini dengan alasan di pingit.

“Baik, Bapak dan Ibu karena acara ijab kabul sudah terlaksanakan dengan lancar dan baik. Lalu melihat situasi pengantin Pria yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan pengantin Wanita, maka kita akan lanjutkan ke acara berikutnya yaitu menyambut datangnya sang mempelai pengantin Wanita … “

“Untuk Mas Alvian, silahkan berdiri di venue, untuk menyambut sang istri. Lalu untuk para hadirin silahkan berdiri.”

Alvian berdiri dari duduknya dan kini melangkahkan kakinya menuju tempat yang di perintahkan oleh pembawa acara. Sedangkan para tamu pun ikut berdiri seolah menunggu kehadiran Chava.

“Mari kita sambut sang pengantin Wanita, istri dari Alvian Mahesa, Chava Lyra Pradikta … “

Alvian menarik udara ke dalam rongga dadanya dan mengeluarkan secara perlahan, rasa gugup yang tadi sudah hilang kini datang kembali, apalagi ketika melihat pintu yang sedari tadi tertutup mulai terbuka secara perlahan.

Alunan musik yang indah mulai terdengar, Alvian seperti melihat cahaya ketika pintu terbuka, tak lama keluar Chava dari pintu tersebut. Napas Alvian tercekat, jantungnya berdetak sangat kencang sekali, tatapan matanya tak henti – henti melihat istrinya di depan sana.

“Mas Alvian, ini adalah Mbak Chava, istri Mas Alvian, bidadari surganya Mas Alvian. Teman hidupnya Mas Alvian. Yang akan menemani Mas Alvian, seumur hidup.”

Entah kenapa perkataan – perkataan dari pembawa acara itu membuat mata Alvian mengembun, bibirnya bahkan bergetar. Chava yang kini sudah resmi menjadi istrinya, terlihat sangat cantik dengan kebaya berwarna putih dengan siger sunda di kepalanya. Waktu seperti berjalan lambat, bahkan air mata Alvian jatuh perlahan ke pipinya.

“Mbak Chava, langkah demi langkah yang Mbak Chava jalani sekarang akan membawa Mbak Chava ke kehidupan yang baru bersama Mas Alvian, suami Mbak. Pria yang selama ini Mbak Chava cintai menunggu disini.”

Tak kalah dengan Alvian, dari mulai pintu terbuka, mata Chava sudah basah oleh air mata kebahagiaan. Dia berjalan bukan pada Alvian yang selama ini menganggap dia sebagai adiknya, tapi kini Chava berjalan pada kehidupannya yang baru, pada suami nya yang selama ini dia cintai dengan sepenuh hati.

Bahu Chava bergetar, kakinya seakan lemas, Pria yang selama ini selalu ada menemani setiap suka dan dukanya kini sudah menjadi milik Chava. Kenangan – kenangan bersama Alvian seakan berputar sekarang, seiring dengan musik yang mengalun indah.

“Silahkan Mbak Chava, mencium punggung tangan suaminya.”

Chava bahkan tidak sadar bahwa kini dia sudah berada di hadapan Alvian. Chava dapat melihat air mata yang mengalir pada pipi Alvian. Chava mengambil satu tangan Alvian, lalu mencium punggung tangan Alvian, tentu dengan air mata yang tak dapat di hentikan.

Sedangkan Alvian mengelus rambut Chava. Bibirnya seakan tertutup rapat, dia tidak bisa mengutarakan bagaimana perasaan bahagianya sekarang. Tanpa menunggu perintah dari pembaca acara, setelah Chava mencium punggung tangannya, dia menangkup pipi Chava dengan kedua tangannya.

Kemudian mendekatkan bibirnya pada kening Chava, mencium dengan penuh rasa sayang Chava. Sudut bibir Chava terangkat, tersenyum dengan pipi yang kemerahan.

“Woy Aim, jangan curi start duluan! Belum di suruh sama MC nya!” lagi – lagi Garalen berteriak, seakan menghidupkan suasana.

Selesai mencium kening Chava, Alvian menatap Chava penuh haru, tak lupa menghapus jejak air mata nya yang sedari tadi mengalir.

“Hai, istri ku yang cantik, selamat datang di kehidupan kita yang baru.” Ujar Alvian, menyambut kehadiran Chava.

Chava tersenyum hingga menampilkan deretan giginya. “Hai juga, suami aku yang ganteng. Terima kasih sudah menyambut istri mu yang cantik ini. Aku enggak sabar untuk menjalani kehidupan bersama kamu selamanya.”

“Tentu, aku juga.”

Lagi – lagi tanpa menunggu intruksi dari sang pembawa acara, Alvian menarik pelan pinggang Chava untuk lebih mendekat padanya. Di tatapnya mata Chava yang indah itu, lalu mengelus pipi Chava yang lebih merona karena tersipu malu. Kemudian Alvian mendekatkan bibirnya pada bibir Chava, lalu menciumnya.

Mata Chava terbuka lebar, terkejut dengan perilaku Alvian. Benar saja perkataan Alvian yang akan melanjutkan ciumannya setelah Sah menjadi suami – istri, dia lakukan sekarang, di hadapan banyak orang.

“Aim, kamu tuh benar – benar ya! Nanti malam aja ciumannya, duh. Tolong hargai yang jomblo!” Suara Garalen kembali terdengar, dengan nada yang tinggi.

“Mantap Bang Aim! Cepat – cepat kasih Dylan, keponakan sebelas!” Teriak Dylan — adik Garalen dan Chava yang kini semangat melihat adegan tersebut.

Dunia milik berdua, yang lain mengontrak. Kata – kata itu sepertinya sangat cocok untuk mengambarkan Chava dan Alvian. Meski Garalen dan Dylan berteriak, mereka seakan tuli, tidak mendengarkan. Bahkan yang mereka rasakan sekarang, disini hanya ada mereka berdua.

Hari ini, akan selalu mereka kenang sebagai hari terindah di sepanjang hidup mereka. Awal kehidupan yang baru, di mulai dari sekarang. Mereka berharap, mereka masih bisa berpegangan tangan dengan kuat, menghadapi ujian pernikahan yang akan datang.

***

Bersambung ...

January yeoja

Hallo? Terima kasih sudah membaca cerita ini. Saya harap kalian suka dengan cerita saya!

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status