共有

Bab 3

作者: Jahe Imut
Petro pergi dari rumah dan tinggal di kantor selama beberapa hari.

Setiap malam pukul sepuluh, dia mengirim pesan singkat padanya.

[Sibuk.]

[Jaga diri baik-baik dan jaga Haris juga.]

Yasmin tidak lagi menanyakan seperti biasa tentang apa yang sedang dia lakukan. Tanpa bertanya pun, dia sudah tahu. Kalau Petro tidak pulang, Yasmin sibuk dengan pekerjaan sendiri.

Kebetulan hari ulang tahun Haris tiba. Biasanya di hari seperti ini, mereka bertiga akan duduk bersama, menikmati kue buatan tangan Yasmin, dan merayakan ulang tahun Haris dengan sederhana tapi bahagia.

Tapi, kali ini Yasmin dan Haris menunggu sampai pukul sepuluh malam dan Petro belum juga pulang.

Haris memandang Yasmin dengan nada kesal.

"Ayah belum pulang juga? Coba telepon lagi deh, kuenya hampir meleleh."

Yasmin mengangkat ponselnya dan menelepon Petro untuk kelima kalinya malam itu.

Setelah berdering cukup lama, baru telepon itu diangkat. Belum sempat Yasmin bicara, Petro sudah lebih dulu menjawab.

"Yasmin, malam ini aku nggak pulang... aah!"

"Kamu temani Haris rayain ulang tahunnya, nanti aku bakal menebusnya setelah pulang. Sudah ya, nggak usah tungguin aku."

Suara Petro terdengar ganjil dan terputus-putus. Dia cepat-cepat mengakhiri panggilan, tidak memberi Yasmin waktu sedetik pun untuk bicara.

Begitu telepon ditutup, Haris langsung mendekat.

"Ayah pulang nggak?"

Begitu Yasmin menggeleng, wajah Haris langsung gelap. Dia membanting hadiah dari Yasmin dan berteriak dengan suara parau.

"Nggak berguna! Kamu nggak becus! Gara-gara kamu ayah jadi nggak mau pulang!"

"Yasmin, kamu sendiri nggak punya keluarga, nggak punya ayah ibu yang sayang sama kamu. Sekarang kamu bikin aku juga jadi nggak punya ayah! Kamu bikin aku jadi kayak kamu! Jijik sekali!"

Suara anak kecil yang seharusnya polos kini terdengar seperti jeritan iblis yang menancap ke telinga dan mengguncang kepala Yasmin, membuatnya pusing luar biasa.

Wajahnya langsung pucat. Dia menatap Haris dengan syok.

Sedangkan Haris sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan kata-katanya. Dia terus menyerang.

"Kenapa aku punya ibu sepayah ini? Kenapa kamu harus jadi ibuku!"

"Ibu orang lain itu dokter, pengacara. Kamu nggak bisa apa-apa. Kerjaannya cuma urus anak-anak miskin dan kotor itu. Orang lain punya kakek nenek. Kamu bahkan nggak punya rumah! Bagaimana orang lain bisa hormati aku!"

Wajah Haris berubah bengis, dengan ekspresi yang sama sekali tidak cocok untuk anak-anak. Dia melemparkan hadiah dengan marah, lalu menghentakkan kaki dan lari ke kamar.

Terdengar suara keras saat pintu dibanting menutup.

Satu menit kemudian, dia kembali berlari keluar dengan wajah marah, lalu melemparkan selembar kertas ke tubuh Yasmin.

"Aku mau putus hubungan sama kamu! Aku nggak mau kenal ibu yang nggak berguna kayak kamu!"

Setelah berteriak, dia membalikkan badan, menghancurkan kue ulang tahun buatan Yasmin, lalu lari kembali ke kamar.

Yasmin berdiri terpaku di tempat, pandangannya kosong. Tapi, ketika matanya menangkap tulisan di atas kertas itu, hatinya langsung terasa remuk.

[Putus hubungan.]

[Saya, Haris, dengan sukarela memutuskan hubungan ibu dan anak dengan Yasmin untuk selamanya.]

Di bawah tulisan yang berantakan dan miring-miring itu, ada cap sidik jari merah, seolah berdarah.

Yasmin berdiri kaku. Dia menatap kertas itu dalam diam seperti tidak percaya. Dada terasa seperti dilindas kendaraan bolak-balik hingga mati rasa.

Samar-samar, dia masih bisa mendengar suara percakapan dari dalam kamar.

"Kak Yara, kamu kapan nikah sama ayah? Aku mau jadi pembawa bunga buat kalian."

"Ibu itu nggak berguna, makanya ayah nggak mau pulang. Tapi kalau kamu yang jadi ibu aku, ayah pasti bakal pulang. Aku sampai mimpi kamu jadi ibu aku tahu."

Aliran darah dalam tubuh Yasmin seperti melambat. Tubuhnya terasa dingin. Mungkin memang benar, keberadaannya membuat Haris jijik.

Status dirinya membuat Haris merasa malu. Pekerjaannya membuat anak itu enggan mengakuinya di depan orang lain. Dia bahkan tidak bisa mempertahankan figur ayah yang baik itu. Maka dari itu, Haris terus memanggil Yara dengan sebutan "kakak baik", sementara kepadanya, hanya ada kutukan.

Sebuah senyuman pahit terbit di wajah Yasmin.

Dengan langkah lunglai, dia kembali ke kamar. Dia mengambil kertas pemutusan hubungan itu, menandatangani namanya, lalu melipatnya dengan rapi dan memasukkannya ke dalam kantong hadiah.

Dia menaruhnya bersama tumpukan hadiah ulang tahun Haris.

Dia yakin, saat Haris membukanya nanti, dia pasti akan merasa senang dan puas.
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 21

    Saat Petro tahu, semuanya sudah terlambat untuk ditangani.Yara kembali menyebarkan sebuah video.Dalam video itu, dia dengan jelas mengatakan bahwa Petro demi mendapatkan kembali Yasmin, memaksanya menggugurkan anaknya.Lalu, dia juga merilis sebuah rekaman.Rekaman suara ibu Petro yang menyuruhnya pergi dengan tenang, sekaligus memberinya kartu bank.Sekali lagi, bukti perselingkuhan dan tindakannya memperlakukan orang lain dengan kejam membuat nama Petro melesat ke trending teratas.Dalam waktu singkat, mendominasi trending teratas.Petro memang mengeluarkan uang untuk menurunkan berita itu. Tapi, baru hilang sebentar, topik itu kembali naik. Sama sekali tak bisa dikendalikan.Berdiri di depan jendela kaca kantornya, Petro menghancurkan vas kedua dengan brutal, lalu kembali menelpon Yara.Panggilan kelima, tetap tidak ada jawaban.Sakit kepala karena marah, Petro segera memanggil sekretaris.Tatapannya penuh kebencian, giginya terkatup rapat. "Cari dia, secepat mungkin. Aku harus ke

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 20

    Jeritan pilu menggema keras di tangga rumah sakit.Perawat panik mendorong Yara masuk ke ruang operasi. Kandungannya memang kembar dan sudah rapuh. Terjatuh dari delapan anak tangga membuat janin langsung gugur tanpa perlu tindakan.Saat dokter keluar, Petro hanya mendengar satu kalimat, "Anak itu sudah tiada."Wajahnya tetap datar tanpa emosi. Dia hanya mengangguk, lalu berbalik untuk pergi.Namun, ketika baru saja melangkah, dari dalam kamar terdengar lagi teriakan parau yang penuh kebencian."Yang membiayai aku itu kamu! Yang berkali-kali meninggalkan Yasmin demi datang ke aku juga kamu! Sekarang Yasmin jijik sama kamu, mau cerai, bukannya itu memang pantas kamu terima?""Kamu kira dengan membunuh anakku, mengusirku, Yasmin bakal balik ke pelukanmu? Aku kasih tahu, nggak mungkin! Kamu sudah kotor, dia sudah lama buang kamu!""Petro, orang sepertimu, Yasmin melihat sekali saja sudah jijik! Masih berani mimpi mau rujuk? Mimpi!"Koridor rumah sakit langsung hening. Petro berhenti di te

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 19

    Suara Yasmin memang tidak keras, tapi cukup jelas terdengar oleh semua orang di sekitar.Begitu tahu bahwa dia bukan perebut suami orang, beberapa yang tadi paling ribut buru-buru melangkah pergi meninggalkan tempat itu.Kerumunan bubar, Yasmin pun tidak ingin berlama-lama.Utamanya, dia tidak ingin berlama-lama dengan Petro.Tatapan penuh perasaan di mata Petro dia anggap tidak ada. Di hadapannya, Yasmin melangkah mundur, lalu menutup gerbang panti.Untuk terakhir kalinya, dia menegaskan dengan sungguh-sungguh. "Petro, jangan datang lagi mencariku.""Kamu tahu, kalau aku sudah memutuskan sesuatu, aku nggak akan pernah berubah pikiran."Sekali memilih, Yasmin tidak akan menyesal.Petro selalu tahu itu.Tubuh Petro sempat goyah, matanya penuh penolakan dan duka.Dia ingin bicara lagi, tapi, Yasmin sudah menghilang dari pandangannya. Tak peduli seberapa keras Petro memanggil, Yasmin tetap tidak menoleh.Petro kembali ke mobil dengan jiwa kosong. Sebelum dia sempat menuntut Yara, perempua

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 18

    Setelah menolak Petro, Yasmin kembali ke panti.Dia menghubungi calon orang tua angkat, mengawasi persediaan makanan, memperhatikan kondisi anak-anak, memastikan semua pekerjaan berjalan.Rutinitas yang sederhana tapi penting terus dia selesaikan setiap hari.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dua hari kemudian, tiba-tiba terdengar keributan di depan gerbang panti.Yasmin sempat bingung, sampai rekannya, Felly, berlari panik masuk sambil menunjuk ke arah luar, napasnya terengah. "Kak Yasmin, ada orang cari kamu di depan.""Seorang perempuan hamil, sambil nangis katanya kamu sudah hancurkan keluarganya. Dia bahkan mau sujud di depanmu. Cepat lihat sendiri!"Perempuan hamil, tuduhan menghancurkan keluarga.Begitu mendengar itu, Yasmin langsung punya firasat.Dia mengangguk, membereskan dokumen, lalu melangkah cepat keluar.Bahkan sebelum Yasmin mendekat, orang itu sudah melihatnya dan menangis lebih keras. Sambil berlari ke arahnya, seakan hendak menubruk.Begitu jelas wajah Yara

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 17

    Turun dari mobil, Yasmin meregangkan pergelangan tangannya yang membiru bekas cengkraman. Dia segera menarik lengan baju ke bawah untuk menutupi luka itu, agar tidak membuat calon orang tua angkat khawatir.Setelah meminta maaf dan memberi penjelasan singkat, mereka pun berpisah.Yasmin tidak menghiraukan mobil Petro yang masih terparkir di depan pintu. Dia melambaikan tangan pada taksi dan pulang langsung ke rumah.Malam itu, Petro sempat muncul di depan rumahnya, mengetuk dua kali, tapi buru-buru pergi sebelum Yasmin sempat membuka pintu.Saat Yasmin keluar, dia hanya menemukan hadiah, obat-obatan, dan seikat bunga di lantai. Di atas bunga ada sebuah kartu.Isinya tetap sama. Permintaan maaf, penyesalan, permohonan untuk dimaafkan, dan ajakan rujuk.Yasmin hanya melirik sekilas, lalu meletakkannya kembali di tempat semula. Tidak dia sentuh, tidak dia hiraukan. Pintu kembali tertutup, dia memilih istirahat.Tidur semalam penuh membuat tubuhnya pulih. Setelah sarapan sederhana, Yasmin

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 16

    Restoran.Calon orang tua angkat itu seorang pria muda.Karena istrinya tidak bisa hamil, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak. Setelah menyiapkan segalanya, sang istri justru jatuh sakit mendadak sehingga tidak bisa hadir.Untuk mengurangi rasa kecewa, pria itu menelpon istrinya lewat video, memberi kabar bahwa semua berjalan lancar dan meminta dia tidak khawatir. Besok mereka sudah bisa membawa anak itu pulang.Sebagai ayah baru, dia agak gugup, lalu meminta Yasmin banyak membimbingnya.Yasmin selalu sabar menghadapi orang tua angkat yang tulus. Dia menjelaskan banyak hal, semua detail dan teori, apa pun yang dia tahu, semuanya dia bagikan tanpa ragu.Tanpa terasa, dua jam sudah berlalu.Melihat anak kecil itu terus menguap, Yasmin baru sadar waktu sudah sangat larut.Saat hendak pamit, tiba-tiba lengannya ditarik kuat membuatnya terhempas keluar.Begitu menoleh, dia melihat wajah Petro yang muram dengan mata merah."Petro, kamu ngapain?"Yasmin langsung kesal, reaksi pertamanya a

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status