共有

Bab 6

作者: Jahe Imut
Setelah Yasmin pergi, Petro juga kehilangan selera makan.

Mengabaikan sikap manja Yara, dia langsung mengambil jaket yang dikembalikan lalu membuangnya ke tempat sampah. Pandangannya menurun tajam, seolah sedang menatap sampah.

"Aku sudah bilang apa sama kamu, kamu lupa, ya?"

"Yara, jangan coba-coba main licik. Jangan pernah punya pikiran aneh. Kamu belum pantas."

Selesai bicara, tanpa peduli pada permohonan maaf Yara, dia menarik Haris yang wajahnya pucat sejak tadi, lalu melangkah keluar dengan cepat.

Tanpa sepatah kata pun, Petro menyalakan mobil dan langsung melaju pulang.

Saat sampai rumah, Yasmin sudah ada di sana.

Bayangan punggung Yasmin saat pergi tadi masih melekat di benak Petro, membuatnya gelisah.

Kini begitu melihat Yasmin nyata di hadapannya, dadanya yang berdebar baru sedikit tenang.

Karena diliputi rasa bersalah, Petro ingin menebusnya. Dia merogoh kantong, kebetulan menemukan sebuah kotak hadiah.

Tanpa ragu, dia membuka bungkusnya dan mengeluarkan sebuah kalung.

"Yasmin, aku bawain kamu hadiah tahun baru."

Dia berjalan perlahan mendekat, tubuhnya condong ke arah Yasmin. Dengan senyum intim, dia menggantungkan kalung itu di depan wajah Yasmin.

Tangannya terhenti di udara, menanti seruan gembira dari Yasmin.

Tapi, setelah lama menunggu, suara itu tidak kunjung datang. Petro heran dan mengangkat wajah. "Nggak suka?"

"Kalung ini bulan lalu baru kamu kasih ke aku."

"Hadiah peringatan."

Dada Petro seketika menegang. Matanya bergetar. Ketika menunduk, dia baru sadar, di leher Yasmin sudah ada kalung yang sama persis dengan yang dia sodorkan.

Benar-benar kalung yang identik.

Ingatannya kembali. Kalung itu sebenarnya Yara yang minta, katanya Yasmin memakainya terlihat cantik. Dia juga ingin punya. Petro merasa itu bukan permintaan berlebihan, jadi dia menyetujuinya.

Siang tadi, asistennya baru menyerahkan kalung itu. Tapi, setelah keributan sore tadi, pikirannya penuh dengan Yasmin sampai melupakan hal itu.

Wajahnya sempat panik. Tapi, pengalaman menutupi kesalahan bertahun-tahun membuatnya cepat kembali tenang. Tanpa ekspresi, dia menarik kembali kalung itu dan melemparkannya ke tempat sampah.

"Pasti pegawai tokonya yang salah bungkus. Sudahlah, toko kayak gitu memang nggak pantas buat kamu. Nanti aku cariin yang terbaik di lelang."

"Beberapa hari lagi kita pergi belanja, sekalian nyiapin tahun baru. Kamu butuh apa, biar aku yang beliin."

Yasmin hanya menyinggungkan senyum tipis, menjawab sekenanya. Tapi, di sudut matanya yang tak terlihat Petro, tatapannya dingin, tenang, benar-benar seperti air mati.

Empat hari kemudian, Petro mengajak Yasmin pergi ke pusat perbelanjaan terdekat.

Yasmin sebenarnya tidak terlalu berminat, tapi Petro sangat bersemangat membelikan barang. Perhiasan, pakaian, sepatu, tas. Selama Yasmin melewati atau melirik sebentar, Petro langsung membayar tanpa ragu.

Suara decak kagum terdengar di sekeliling, disertai pujian yang tidak berhenti-henti.

"Gila, kayanya bukan main! Siapa yang bisa kasih aku cowok sekaya dan seganteng itu."

"Katanya cinta seorang pria ada di mana uangnya dia taruh. Pak Petro pasti sayang banget sama istrinya!"

Yasmin mendengarnya. Tapi, yang muncul di dadanya hanya rasa getir dan ejekan.

Saat Yasmin masuk ke sebuah butik, Petro duduk di sofa. Pandangannya tanpa sengaja melirik keluar, lalu tiba-tiba terhenti.

Itu Yara.

Matanya merah, menatap Petro dengan keras kepala. Dia tidak pergi, tidak bersembunyi, seakan sengaja memperlihatkan dirinya tanpa rasa takut ketahuan.

Petro menggertakkan gigi, melontarkan umpatan pelan, lalu buru-buru berkata singkat pada Yasmin sebelum bergegas ke toilet di lantai bawah.

Dia melangkah dengan cepat, tidak menyadari Yasmin beberapa saat kemudian diam-diam mengikutinya.

Tidak lama menunggu, Yara pun muncul.

Begitu melihat Petro, dia langsung berlutut. Tidak peduli lantainya kotor atau tidak, dia memeluk kaki Petro sambil menangis tersedu.

"Kak Petro, aku benar-benar sadar salah."

"Tolong kasih aku satu kesempatan lagi. Waktu itu aku khilaf. Mulai sekarang aku janji tahu posisi. Aku cuma bakal muncul waktu kamu butuh. Aku janji nggak akan pernah muncul di depan Yasmin lagi, boleh kan?"

"Aku pasti sembunyi baik-baik. Jangan buang aku."

Hanya dalam beberapa hari, Yara terlihat jauh lebih kurus. Lingkar hitam di matanya mencolok, suara tangisnya bergetar, tubuhnya juga gemetar hebat, penuh ketakutan.

Petro menatap wajah rapuh itu lama sekali. Akhirnya dia menghela napas berat.

Saat Yara terisak, nada suaranya mirip Yasmin. Petro tidak bisa menolak, hatinya kembali luluh.

"Ingat, karena kamu sudah ikut aku beberapa tahun, kali ini aku maafin."

"Tapi, jangan ada lagi yang kedua."

Begitu kata-kata itu keluar, Yara langsung menubruk Petro, menangis sambil menunduk dan mencium wajahnya.

"Aku ngerti. Mulai sekarang aku bakal nurut. Aku pasti jadi yang paling nurut."

Kepatuhan dan manja Yara selalu jadi yang paling disukai Petro. Dia tersenyum tipis, membalas pelukan di pinggangnya. Setelah tangis Yara mereda, barulah dia membuka pintu untuk pergi.

Baru saja keluar dari toilet, tiba-tiba sebuah bayangan jatuh di depannya. Petro menengadah, pupilnya mengecil drastis, wajahnya seketika pucat.

"Yasmin, kok kamu di sini? Sudah lama, ya?"

Suara Petro dibuat lebih keras, berharap Yara di dalam mendengar dan tidak keluar. Karena terlalu tegang, nada suaranya ikut bergetar tanpa dia sadari.

Untungnya Yara paham. Dia tetap bersembunyi di dalam.

Udara seolah menipis. Yasmin menatap Petro lama sekali. Telapak tangannya yang tersembunyi sudah berlumur darah akibat genggaman erat, tapi dia hanya tersenyum tipis.

"Toilet di atas rusak, jadi aku baru saja turun."

"Tunggu sebentar, aku cuci tangan dulu. Kita jalan bareng."
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 21

    Saat Petro tahu, semuanya sudah terlambat untuk ditangani.Yara kembali menyebarkan sebuah video.Dalam video itu, dia dengan jelas mengatakan bahwa Petro demi mendapatkan kembali Yasmin, memaksanya menggugurkan anaknya.Lalu, dia juga merilis sebuah rekaman.Rekaman suara ibu Petro yang menyuruhnya pergi dengan tenang, sekaligus memberinya kartu bank.Sekali lagi, bukti perselingkuhan dan tindakannya memperlakukan orang lain dengan kejam membuat nama Petro melesat ke trending teratas.Dalam waktu singkat, mendominasi trending teratas.Petro memang mengeluarkan uang untuk menurunkan berita itu. Tapi, baru hilang sebentar, topik itu kembali naik. Sama sekali tak bisa dikendalikan.Berdiri di depan jendela kaca kantornya, Petro menghancurkan vas kedua dengan brutal, lalu kembali menelpon Yara.Panggilan kelima, tetap tidak ada jawaban.Sakit kepala karena marah, Petro segera memanggil sekretaris.Tatapannya penuh kebencian, giginya terkatup rapat. "Cari dia, secepat mungkin. Aku harus ke

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 20

    Jeritan pilu menggema keras di tangga rumah sakit.Perawat panik mendorong Yara masuk ke ruang operasi. Kandungannya memang kembar dan sudah rapuh. Terjatuh dari delapan anak tangga membuat janin langsung gugur tanpa perlu tindakan.Saat dokter keluar, Petro hanya mendengar satu kalimat, "Anak itu sudah tiada."Wajahnya tetap datar tanpa emosi. Dia hanya mengangguk, lalu berbalik untuk pergi.Namun, ketika baru saja melangkah, dari dalam kamar terdengar lagi teriakan parau yang penuh kebencian."Yang membiayai aku itu kamu! Yang berkali-kali meninggalkan Yasmin demi datang ke aku juga kamu! Sekarang Yasmin jijik sama kamu, mau cerai, bukannya itu memang pantas kamu terima?""Kamu kira dengan membunuh anakku, mengusirku, Yasmin bakal balik ke pelukanmu? Aku kasih tahu, nggak mungkin! Kamu sudah kotor, dia sudah lama buang kamu!""Petro, orang sepertimu, Yasmin melihat sekali saja sudah jijik! Masih berani mimpi mau rujuk? Mimpi!"Koridor rumah sakit langsung hening. Petro berhenti di te

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 19

    Suara Yasmin memang tidak keras, tapi cukup jelas terdengar oleh semua orang di sekitar.Begitu tahu bahwa dia bukan perebut suami orang, beberapa yang tadi paling ribut buru-buru melangkah pergi meninggalkan tempat itu.Kerumunan bubar, Yasmin pun tidak ingin berlama-lama.Utamanya, dia tidak ingin berlama-lama dengan Petro.Tatapan penuh perasaan di mata Petro dia anggap tidak ada. Di hadapannya, Yasmin melangkah mundur, lalu menutup gerbang panti.Untuk terakhir kalinya, dia menegaskan dengan sungguh-sungguh. "Petro, jangan datang lagi mencariku.""Kamu tahu, kalau aku sudah memutuskan sesuatu, aku nggak akan pernah berubah pikiran."Sekali memilih, Yasmin tidak akan menyesal.Petro selalu tahu itu.Tubuh Petro sempat goyah, matanya penuh penolakan dan duka.Dia ingin bicara lagi, tapi, Yasmin sudah menghilang dari pandangannya. Tak peduli seberapa keras Petro memanggil, Yasmin tetap tidak menoleh.Petro kembali ke mobil dengan jiwa kosong. Sebelum dia sempat menuntut Yara, perempua

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 18

    Setelah menolak Petro, Yasmin kembali ke panti.Dia menghubungi calon orang tua angkat, mengawasi persediaan makanan, memperhatikan kondisi anak-anak, memastikan semua pekerjaan berjalan.Rutinitas yang sederhana tapi penting terus dia selesaikan setiap hari.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dua hari kemudian, tiba-tiba terdengar keributan di depan gerbang panti.Yasmin sempat bingung, sampai rekannya, Felly, berlari panik masuk sambil menunjuk ke arah luar, napasnya terengah. "Kak Yasmin, ada orang cari kamu di depan.""Seorang perempuan hamil, sambil nangis katanya kamu sudah hancurkan keluarganya. Dia bahkan mau sujud di depanmu. Cepat lihat sendiri!"Perempuan hamil, tuduhan menghancurkan keluarga.Begitu mendengar itu, Yasmin langsung punya firasat.Dia mengangguk, membereskan dokumen, lalu melangkah cepat keluar.Bahkan sebelum Yasmin mendekat, orang itu sudah melihatnya dan menangis lebih keras. Sambil berlari ke arahnya, seakan hendak menubruk.Begitu jelas wajah Yara

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 17

    Turun dari mobil, Yasmin meregangkan pergelangan tangannya yang membiru bekas cengkraman. Dia segera menarik lengan baju ke bawah untuk menutupi luka itu, agar tidak membuat calon orang tua angkat khawatir.Setelah meminta maaf dan memberi penjelasan singkat, mereka pun berpisah.Yasmin tidak menghiraukan mobil Petro yang masih terparkir di depan pintu. Dia melambaikan tangan pada taksi dan pulang langsung ke rumah.Malam itu, Petro sempat muncul di depan rumahnya, mengetuk dua kali, tapi buru-buru pergi sebelum Yasmin sempat membuka pintu.Saat Yasmin keluar, dia hanya menemukan hadiah, obat-obatan, dan seikat bunga di lantai. Di atas bunga ada sebuah kartu.Isinya tetap sama. Permintaan maaf, penyesalan, permohonan untuk dimaafkan, dan ajakan rujuk.Yasmin hanya melirik sekilas, lalu meletakkannya kembali di tempat semula. Tidak dia sentuh, tidak dia hiraukan. Pintu kembali tertutup, dia memilih istirahat.Tidur semalam penuh membuat tubuhnya pulih. Setelah sarapan sederhana, Yasmin

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 16

    Restoran.Calon orang tua angkat itu seorang pria muda.Karena istrinya tidak bisa hamil, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak. Setelah menyiapkan segalanya, sang istri justru jatuh sakit mendadak sehingga tidak bisa hadir.Untuk mengurangi rasa kecewa, pria itu menelpon istrinya lewat video, memberi kabar bahwa semua berjalan lancar dan meminta dia tidak khawatir. Besok mereka sudah bisa membawa anak itu pulang.Sebagai ayah baru, dia agak gugup, lalu meminta Yasmin banyak membimbingnya.Yasmin selalu sabar menghadapi orang tua angkat yang tulus. Dia menjelaskan banyak hal, semua detail dan teori, apa pun yang dia tahu, semuanya dia bagikan tanpa ragu.Tanpa terasa, dua jam sudah berlalu.Melihat anak kecil itu terus menguap, Yasmin baru sadar waktu sudah sangat larut.Saat hendak pamit, tiba-tiba lengannya ditarik kuat membuatnya terhempas keluar.Begitu menoleh, dia melihat wajah Petro yang muram dengan mata merah."Petro, kamu ngapain?"Yasmin langsung kesal, reaksi pertamanya a

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status