共有

Bab 8

作者: Jahe Imut
Pintu belum sempat tertutup, Yasmin mendengar suara manja seorang perempuan.

"Jangan berisik." Suara Petro terdengar rendah sambil menutup mulutnya.

"Takut apa? Semua orang sudah tidur. Justru makin seru, 'kan?"

"Apalagi, kamu suka kalau aku manggil begitu."

Petro tidak membantah. Diamnya sudah cukup menjadi jawaban.

Yasmin baru sadar, Petro terlalu terburu-buru hingga pintu kamarnya dengan Yara tidak tertutup rapat.

Hanya dengan sedikit mengangkat kepala, dia bisa jelas melihatnya.

Wajah dingin Petro kini berbeda, tersapu rona merah.

Tatapannya pada Yara penuh kelembutan dan hasrat.

Sama persis dengan cara dia dulu menatap Yasmin.

Sudah lama Yasmin tidak pernah dipandang begitu lagi.

Baru kali ini Yasmin berani mengakui, mata penuh cinta itu masih ada, hanya saja tidak lagi ditujukan padanya.

Hatinya yang lama mati rasa kembali bergetar.

Sesak pahit meledak di dadanya. Nafasnya tersendat sampai nyaris tercekik.

Dia kira sudah kebal. Tapi, menyaksikan sendiri perselingkuhan itu tetap membuatnya hancur.

Akhirnya Yasmin mengalihkan pandangan, menutup pintu, lalu bersembunyi di balik selimut.

Entah suara dari kamar sebelah yang terlalu jelas, atau pendengarannya yang terlalu peka, setiap desahan tetap lolos masuk lewat celah pintu.

Setiap bunyi menusuk hati.

Esok paginya, Yasmin turun dengan wajah pucat dan muram.

Petro mendekat dengan hati-hati. "Yasmin, kamu semalam nggak bisa tidur? Apa suara kembang api terlalu bising?"

Yasmin sudah tidak punya tenaga untuk berdebat. Dia menggeleng lalu menjawab datar, "Nggak. Aku tidur cepat, cuma mimpi buruk."

Sikapnya tenang, itu cukup membuat Petro lega.

Baru setelah itu dia menyesali kegilaan semalam. Rasa cemas menghantam, membuatnya buru-buru bilang akan membawa Yasmin dan Haris pulang.

Yasmin tidak keberatan. Tinggal di sana lebih lama hanya membuat kepalanya makin berat. Dia butuh istirahat.

Namun, sebelum mereka sempat beranjak, Yara tiba-tiba menutup mulut dan perutnya. Wajahnya pucat, tubuhnya melengkung kesakitan.

"Ugh!"

"Perutku sakit… sakit sekali…"

"Sakitnya datang bergelombang… ah! Seperti… berdarah…"

Dahi Petro mengerut. Entah apa yang terpikir, ekspresinya berubah suram. Dia cepat-cepat menyodorkan kunci mobil ke tangan Yasmin lalu bergegas menggendong Yara.

"Yasmin, kamu nyetir sendiri pulang. Hati-hati."

"Aku antar Yara ke rumah sakit. Nggak lama aku nanti balik."

Setelah berkata begitu, dia langsung membawa Yara ke garasi. Haris pun tanpa disuruh ikut berlari di belakang.

Yasmin menatap kunci mobil di tangannya. Senyum sinis terbit di wajah. Dengan kondisinya sekarang, mengemudi sama saja mencari mati.

Dia meletakkan kunci, lalu memesan taksi untuk pulang dan beristirahat.

Saat terbangun, yang membangunkannya adalah teriakan Haris dan rasa sakit tumpul yang menjalar di tubuhnya.

"Kamu tahu nggak kalau Kak Yara hamil?"

"Dia hamil anak kembar! Aku sebentar lagi bukan lagi satu-satunya anak ayah. Aku nggak punya apa-apa lagi!"

"Kenapa kamu nggak cerai aja sama ayah? Kenapa nggak pergi? Kalau kamu pergi, ayah pasti pulang. Kak Yara juga bilang dia bakal anggap aku anak kandung. Aku ini anak sulung, semua tetap jadi milikku!"

"Ibu! Bisa nggak jangan egois begitu? Kamu tahu semua orang benci sama kamu tapi masih terus nempel sama ayah. Pergilah! Anggap aja demi aku, bisa nggak?"

Suara Haris melengking, tapi, ucapannya jelas. Yasmin segera paham apa yang sebenarnya terjadi.

Rupanya sakit perut Yara karena dia hamil.

Dan yang dikandungnya anak kembar.

"Yasmin, kamu benar-benar mau bikin aku mati, ya?"

"Kamu percaya nggak, kalau kamu nggak pergi juga, aku lompat dari balkon! Biar ayah benci kamu, biar nenek usir kamu!"

Dalam beberapa detik Yasmin tertegun. Haris menjatuhkan mainannya lalu berlari ke balkon. Satu tangan menggenggam pagar, satu kaki sudah terangkat. Wajahnya dipenuhi benci.

Saat itu Yasmin kehilangan kata-kata. Dia hanya menatap anak yang mengancam nyawanya sendiri demi mengusirnya. Yang tersisa dalam dirinya hanyalah lelah dan tak berdaya.

Lama kemudian, dia membuka mulut. "Baik, aku pergi."

Bagaimanapun juga, cepat atau lambat memang akan begini.

Lagi pula, dia sudah tidak berniat tinggal.
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 21

    Saat Petro tahu, semuanya sudah terlambat untuk ditangani.Yara kembali menyebarkan sebuah video.Dalam video itu, dia dengan jelas mengatakan bahwa Petro demi mendapatkan kembali Yasmin, memaksanya menggugurkan anaknya.Lalu, dia juga merilis sebuah rekaman.Rekaman suara ibu Petro yang menyuruhnya pergi dengan tenang, sekaligus memberinya kartu bank.Sekali lagi, bukti perselingkuhan dan tindakannya memperlakukan orang lain dengan kejam membuat nama Petro melesat ke trending teratas.Dalam waktu singkat, mendominasi trending teratas.Petro memang mengeluarkan uang untuk menurunkan berita itu. Tapi, baru hilang sebentar, topik itu kembali naik. Sama sekali tak bisa dikendalikan.Berdiri di depan jendela kaca kantornya, Petro menghancurkan vas kedua dengan brutal, lalu kembali menelpon Yara.Panggilan kelima, tetap tidak ada jawaban.Sakit kepala karena marah, Petro segera memanggil sekretaris.Tatapannya penuh kebencian, giginya terkatup rapat. "Cari dia, secepat mungkin. Aku harus ke

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 20

    Jeritan pilu menggema keras di tangga rumah sakit.Perawat panik mendorong Yara masuk ke ruang operasi. Kandungannya memang kembar dan sudah rapuh. Terjatuh dari delapan anak tangga membuat janin langsung gugur tanpa perlu tindakan.Saat dokter keluar, Petro hanya mendengar satu kalimat, "Anak itu sudah tiada."Wajahnya tetap datar tanpa emosi. Dia hanya mengangguk, lalu berbalik untuk pergi.Namun, ketika baru saja melangkah, dari dalam kamar terdengar lagi teriakan parau yang penuh kebencian."Yang membiayai aku itu kamu! Yang berkali-kali meninggalkan Yasmin demi datang ke aku juga kamu! Sekarang Yasmin jijik sama kamu, mau cerai, bukannya itu memang pantas kamu terima?""Kamu kira dengan membunuh anakku, mengusirku, Yasmin bakal balik ke pelukanmu? Aku kasih tahu, nggak mungkin! Kamu sudah kotor, dia sudah lama buang kamu!""Petro, orang sepertimu, Yasmin melihat sekali saja sudah jijik! Masih berani mimpi mau rujuk? Mimpi!"Koridor rumah sakit langsung hening. Petro berhenti di te

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 19

    Suara Yasmin memang tidak keras, tapi cukup jelas terdengar oleh semua orang di sekitar.Begitu tahu bahwa dia bukan perebut suami orang, beberapa yang tadi paling ribut buru-buru melangkah pergi meninggalkan tempat itu.Kerumunan bubar, Yasmin pun tidak ingin berlama-lama.Utamanya, dia tidak ingin berlama-lama dengan Petro.Tatapan penuh perasaan di mata Petro dia anggap tidak ada. Di hadapannya, Yasmin melangkah mundur, lalu menutup gerbang panti.Untuk terakhir kalinya, dia menegaskan dengan sungguh-sungguh. "Petro, jangan datang lagi mencariku.""Kamu tahu, kalau aku sudah memutuskan sesuatu, aku nggak akan pernah berubah pikiran."Sekali memilih, Yasmin tidak akan menyesal.Petro selalu tahu itu.Tubuh Petro sempat goyah, matanya penuh penolakan dan duka.Dia ingin bicara lagi, tapi, Yasmin sudah menghilang dari pandangannya. Tak peduli seberapa keras Petro memanggil, Yasmin tetap tidak menoleh.Petro kembali ke mobil dengan jiwa kosong. Sebelum dia sempat menuntut Yara, perempua

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 18

    Setelah menolak Petro, Yasmin kembali ke panti.Dia menghubungi calon orang tua angkat, mengawasi persediaan makanan, memperhatikan kondisi anak-anak, memastikan semua pekerjaan berjalan.Rutinitas yang sederhana tapi penting terus dia selesaikan setiap hari.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dua hari kemudian, tiba-tiba terdengar keributan di depan gerbang panti.Yasmin sempat bingung, sampai rekannya, Felly, berlari panik masuk sambil menunjuk ke arah luar, napasnya terengah. "Kak Yasmin, ada orang cari kamu di depan.""Seorang perempuan hamil, sambil nangis katanya kamu sudah hancurkan keluarganya. Dia bahkan mau sujud di depanmu. Cepat lihat sendiri!"Perempuan hamil, tuduhan menghancurkan keluarga.Begitu mendengar itu, Yasmin langsung punya firasat.Dia mengangguk, membereskan dokumen, lalu melangkah cepat keluar.Bahkan sebelum Yasmin mendekat, orang itu sudah melihatnya dan menangis lebih keras. Sambil berlari ke arahnya, seakan hendak menubruk.Begitu jelas wajah Yara

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 17

    Turun dari mobil, Yasmin meregangkan pergelangan tangannya yang membiru bekas cengkraman. Dia segera menarik lengan baju ke bawah untuk menutupi luka itu, agar tidak membuat calon orang tua angkat khawatir.Setelah meminta maaf dan memberi penjelasan singkat, mereka pun berpisah.Yasmin tidak menghiraukan mobil Petro yang masih terparkir di depan pintu. Dia melambaikan tangan pada taksi dan pulang langsung ke rumah.Malam itu, Petro sempat muncul di depan rumahnya, mengetuk dua kali, tapi buru-buru pergi sebelum Yasmin sempat membuka pintu.Saat Yasmin keluar, dia hanya menemukan hadiah, obat-obatan, dan seikat bunga di lantai. Di atas bunga ada sebuah kartu.Isinya tetap sama. Permintaan maaf, penyesalan, permohonan untuk dimaafkan, dan ajakan rujuk.Yasmin hanya melirik sekilas, lalu meletakkannya kembali di tempat semula. Tidak dia sentuh, tidak dia hiraukan. Pintu kembali tertutup, dia memilih istirahat.Tidur semalam penuh membuat tubuhnya pulih. Setelah sarapan sederhana, Yasmin

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 16

    Restoran.Calon orang tua angkat itu seorang pria muda.Karena istrinya tidak bisa hamil, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak. Setelah menyiapkan segalanya, sang istri justru jatuh sakit mendadak sehingga tidak bisa hadir.Untuk mengurangi rasa kecewa, pria itu menelpon istrinya lewat video, memberi kabar bahwa semua berjalan lancar dan meminta dia tidak khawatir. Besok mereka sudah bisa membawa anak itu pulang.Sebagai ayah baru, dia agak gugup, lalu meminta Yasmin banyak membimbingnya.Yasmin selalu sabar menghadapi orang tua angkat yang tulus. Dia menjelaskan banyak hal, semua detail dan teori, apa pun yang dia tahu, semuanya dia bagikan tanpa ragu.Tanpa terasa, dua jam sudah berlalu.Melihat anak kecil itu terus menguap, Yasmin baru sadar waktu sudah sangat larut.Saat hendak pamit, tiba-tiba lengannya ditarik kuat membuatnya terhempas keluar.Begitu menoleh, dia melihat wajah Petro yang muram dengan mata merah."Petro, kamu ngapain?"Yasmin langsung kesal, reaksi pertamanya a

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status