Candra segera mengambil HP-nya dari tangan Mira. Sebab, HP-nya terus berdering. Candra langsung mengangkat telepon dari istri pertamanya itu, seraya menyuruh Mira untuk diam.
"Diamlah, aku mau mengangkat telepon dari istriku dulu." "Iya. Halo, Sayang," jawab Candra di seberang sana. "Aduh … Mas, kamu itu ke mana saja sih? Kok sampai malam begini belum pulang juga? Ditelepon juga nggak diangkat?" tanya Reni penasaran. "Ah … maaf, Sayang. Tadi HP-nya aku silent. Jadi, nggak tahu kalau kamu telepon. Maaf, aku belum bisa pulang, Sayang, karena masih lembur," jawab Candra berbohong. Reni langsung mengepalkan tangannya karena marah. Reni sudah tahu jika suaminya telah membohonginya. "Kamu seriusan, Mas? Masih lembur di kantor?” tanya Reni sekali lagi. "I-iya. Iya dong, Sayang," jawab Candra dengan gugup. "Mas, bisa tidak kamu pulang sekarang? Tiba-tiba aku nggak enak badan," keluh Reni berbohong pula. Seorang pembohong harus dibohongi balik. "Apa? Kamu sakit, Sayang?" Candra langsung merasa cemas begitu mendengar jika istrinya sakit. "Iya nih, Mas. Aku sangat butuh kamu sekarang," jawab Reni, yang pura-pura lemah. "Baiklah, Sayang. Sekarang juga aku akan pulang.” "Sayang, kok kamu malah mau pulang sih," protes Mira, begitu Candra bilang mau pulang. Candra langsung melotot ke arah Mira, padahal tadi Candra sudah menyuruhnya untuk diam. "Itu suara siapa, Mas?" tanya Reni, karena tiba-tiba dari balik telepon Reni mendengar ada seorang wanita yang memanggil suaminya dengan sebutan 'Sayang'. "Kok pakai manggil ‘sayang’? Memang siapa yang sedang dia panggil?" lanjutnya. "Biasalah, Sayang. Itu suara karyawan kantor yang masih pada lembur, tahu sendiri kan kalau perusahaan sedang ada masalah," jawab Candra dengan berbohong lagi. "Ya sudah, Sayang. Aku mau langsung pulang." Setelah itu, sambungan telepon pun langsung diputus sepihak oleh Candra. "Jangan bilang kalau kamu akan pulang sekarang, Mas," tebak Mira, saat Candra sudah selesai menerima telepon dari Reni. "Ck, kamu bisa nggak sih, nggak usah manggil ‘sayang-sayang’ di saat aku sedang teleponan dengan Reni? Kalau Reni curiga, bagaimana? Untung saja aku bisa beralasan tadi," omel Candra. "Owh iya, aku harus pulang sekarang, karena Reni sedang sakit dan butuh aku," lanjutnya. "Loh … ya nggak bisa begitu dong, Mas. Katanya, malam ini kamu akan menginap disini, menemaniku? Aku juga butuh kamu, Mas. Aku ini sedang hamil anak kamu. Tega banget kamu mau ninggalin aku sendirian di rumah," marah Mira, egois. "Tapi, aku harus pulang. Kalau aku nggak pulang, Reni bisa curiga," ujar Candra. kepala Candra memdadak jadi pusing karena istri keduanya terus merengek. "ya sudah begini saja, kalau kamu nggak mau sendirian di sini. Lebih baik, kamu tinggal saja sama Mama. Biar ada temannya. Di sana juga ada Bunga," saran Candra, Bunga itu adalah adik perempuannya Candra. "Gak, pokoknya aku mau kamu harus tidur di sini, Mas. Titik! Ini keinginan anak kamu, loh," tolak Mira yang memaksa Candra supaya mau tidur di rumahnya. "Kalau kamu rewel begini terus, aku bisa saja ceraikan kamu, Mira," ancam Candra saking kesalnya sehingga membuat Mira terperanjat saat mendengarnya. "Apa?! Kamu mau nyeraiin aku, Mas?" Mira tidak percaya jika sang suami yang baru menikahinya satu bulan yang lalu, segampang itu mengucapkan kata ‘cerai’. "Iya, makannya nurut kalau dibilangin sama suami. Ingat Mira, posisi kamu itu hanya sebagai istri kedua. Aku harap kamu bisa mengerti. Sudahlah, aku harus pulang." Candra langsung pergi begitu saja meninggalkan Mira di rumah sendirian. Sebenarnya, nggak sendirian banget sih, karena di rumah itu sudah ada asisten rumah tangganya. Mira tidak terima dengan perlakuan suaminya yang lebih mementingkan istri pertamanya, ketimbang dirinya yang sedang hamil muda. "Kenapa sih, selalu saja Mbak Reni. Awas aja, Mas. Aku akan mengadukan perlakuanmu ini sama ibu kamu," gumam Mira, tentu saja Mira langsung mengadukan Candra ke Ibu mertuanya Sesampainya di rumah, Candra langsung mencari keberadaan sang istri, yang katanya sedang nggak enak badan. "Sayang, aku pulang," panggil Candra seraya masuk ke dalam kamarnya. Reni yang sedang berbaring di atas ranjang terlihat begitu cemberut. "Katanya nggak lembur, tapi nyatanya apa.” Reni terlihat marah sehingga Candra segera menghampiri istri tercintanya itu. "Maafkan aku, Sayang. Aku harap kamu bisa mengerti, ya. Perusahaan sedang ada masalah. Mau nggak mau aku harus lembur, Sayang. Aku kan sedang berjuang demi kamu," alasan Candra yang seketika membuat Reni mual, karena kata sekretarisnya, Candra sesuka hati masuk ke kantor. ‘Ck, alasan saja kamu, Mas. Padahal kamu saja tak bertanggung jawab sama perusahaanku. Pasti tadi kamu habis dari rumah gundik kamu itu, kan,’ tebak Reni dalam hati. Hati Reni begitu sakit membayangkan suaminya bersama dengan wanita lain. "Iya deh, aku ngerti kok, Mas. Maaf, ya." Reni lebih memilih untuk mengalah dan menahan emosinya. Sebab, kalau suaminya beneran selingkuh, Reni mau membalasnya dengan cara yang elegan, tapi sangat menyakitkan. "Kamu nggak salah, Sayang. Kenapa mesti minta maaf," ujar Candra, seraya memeluk sang istri. Untuk saat ini, Reni harus bersikap baik dengan suaminya. Dan, malam ini Reni harus berhasil menyadap ponsel milik suaminya.Di rumah sakit kini Mira sudah siuman, di ruangan perawatan Mira sudah ada Sarti, Bunga, Candra dan juga Ratih yang duduk di kursi roda "Ibu," panggil Mira."Mira kamu sudah sadar." Melihat anaknya sudah sadar, Sarti langsung memanggil dokter.Setelah tombol di pencet oleh Sarti, nggak lama ada seorang dokter datang ke ruang perawatan Mira."Dokter anak saya sudah sadar dok," ujar Sarti saat melihat ada dokter datang."Baik Bu, biar saya periksa dulu," dokter itu segera memeriksa Mira."Alhamdulillah keadaan pasien sudah sangat baik. Tinggal masa pemulihan saja," ujar sang dokter."Ibu, Mira Kenapa ini? Kenapa wajah Mira harus di perban. Lalu kenapa perut Mira terasa sakit dan begitu sangat nyeri?" Tanya Mira yang merasa perutnya begitu perih dan sakit, mungkin obat biusnya sudah hilang sehingga jahitan operasinya mulai terasa sakit."Kamu tidak apa-apa Mira, udah kamu istirahat saja," jawab Sarti, tapi Mira yang merasa pegal ingin bangun dan duduk."Auhhh, Mira ingin bangun tapi ke
Risa kini belum bisa menerima kenyataan kalau Niko ternyata sudah menikah dengan wanita lain, rencana Risa dan Seno yang ingin menguasai harta Niko jadi gagal total. Hal itu membuat Risa jadi uring-uringan di kantor, bahkan karyawan lain yang tidak tau apa-apa ikut jadi imbasnya.Contohnya seperti sekarang ini, Risa yang malas mengerjakan pekerjaannya telah melimpahkan pekerjaannya itu sama orang lain. Ya, begitulah Risa suka semena-mena di kantor mentang-mentang Risa itu adalah sekretaris plus pacarnya Niko.Semua Karyawan kantor juga sudah tahu kalau Risa itu adalah pacarnya Niko sang pemilik perusahaan, sehingga semua karyawan kantor tidak ada yang berani membantah perintah Risa."Heh, mana berkas yang aku suruh kerjakan tadi udah selesai apa belum?" Tanya Risa dengan galak, Risa langsung merampas berkas itu dengan cara kasar lalu memeriksanya.Sedetik kemudian Risa malah langsung merah-marah karena isi berkas itu salah semua. "Berkas macam apa begini, kamu ini bisa kerja nggak sih
Karena Mumun tak mau memberikan uangnya, Sarti langsung mengancam mau lapor polisi sehingga Mumun yang ketakutan langsung memberikan uang 50 juta itu sama Sarti dengan cara di transfer. Sebenarnya uang itu udah kepake sama mumun, tapi untunglah tidak banyak sehingga Mumun bisa menggantinya.Tapi walaupun Mumun sudah memberikan uang itu ke Sarti tetap saja Mumun masih untung banyak, karena Mumun sudah sering dibelanjakan sama Bejo dan sering diajak makan mewah. Bahkan Mumun juga sempat dibelikan kalung berlian sama Bejo.Setelah dapet uangnya, Sarti langsung pergi dari kediaman Mumun dengan begitu saja. Untung saja keributan itu tak sampai terdengar ke para warga, palingan juga hanya beberapa warga saja yang tahu."Aduh, Mas Bejo. Kok uangnya malah diambil lagi sih sama istri kamu itu, uang itukan sudah jadi milik Mumun bagaimana sih," ujar Mumun dengan merajuk, sehingga Bejo yang tak bisa jauh dari Mumun langsung berusaha membujuknya.Bejo memang sudah dibutakan oleh cintanya Mumun, s
"Aduh, Pak. Katanya Candra tidak mau membayarkan biaya operasinya Mira, karena Candra nggak ada uang sebanyak itu, belum lagi jeng Ratih pakai acara pingsan lagi di rumah sakit, sehingga Candra harus memikirkan keadaan Ratih," balas Sarti."Sudahlah, Bu. Kita nggak usah keluar uang, jangan mau buat bayar operasinya Mira, biar semua itu di tanggung sama Candra selaku suaminya. Jadi suami itu harus bertanggung jawab," ujar Bejo yang tidak mau menyerahkan uang itu ke Sarti, lagian uang mana yang akan Bejo berikan ke istrinya karena uang itu sudah habis."Kalau harus nungguin Candra kelamaan, ini menyangkut soal nyawa anak kita, Pak. Lagian Candra udah nggak punya barang berharga yang bisa di jual, udah sini pokoknya ibu minta sisa uang penjualan rumah.""Waduh, gawat ini. Uangnya kan sudah habis," gumam Bejo dalam hati.Sementara Sarti yang melihat gelagat aneh dari suaminya perasaannya jadi tidak enak. "Uang itu masih aman di tangan bapak kan?" Tanya Sarti dengan curiga."Ya ..... ya t
Seketika dada Sarti terasa begitu sesak saat melihat suaminya bersama dengan seorang wanita dengan begitu mesra. "Kurang Ajar kamu, Bejo. Bisa-bisanya kamu malah asyik-asyik di sini dengan janda kampung itu," gumam Sarti seraya mengepalkan tangannya, cemburu dan marah menjadi satu.Setelah Sarti lihat lebih dekat, ternyata suaminya sedang bersama dengan seorang janda pedagang warung kopi yang tak jauh dari kontrakannya."Owh, pantas ya sekarang kamu jadi suka pergi pergian melulu. Jadi ini alasannya," sembur Sarti yang membuat Bejo kaget melihat kedatangan istrinya."Loh, Ibu. Kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya bejo yang langsung melepaskan tangannya dari pinggang ramping janda pedagang warung kopi itu."Oh, jadi karena janda g4tal ini kamu sampai selingkuh dari ku. Dasar wanita murahan," Sarti yang merasa cemburu dan sakit hati langsung menyerang janda itu dengan membabi buta.Dijambak Lah itu rambutnya sampai si janda itu berteriak kesakitan. "Auh sakit, lepaskan b0doh." "Akan ak
Di ruangan dokter, Candra dibuat semakin pusing karena kata dokter Mira harus segera dioperasi dan membutuhkan biaya banyak. Sementara Ratih yang mendengar itu tiba-tiba malah jatuh tak sadarkan diri.Candra dan Bunga yang melihat Ibunya pingsan langsung berusaha menolongnya sehingga saat ini Ratih dalam penanganan dokter, Candra dan Bunga menunggu dengan cemas karena tadi ibunya jatuh lumayan keras dan tak sengaja tubuhnya terbentur meja."Candra, kamu jangan hanya diam saja dong. Bagaimana dengan biaya operasinya Mira?" Tanya Sarti yang hanya mengkhawatirkan anaknya saja, bahkan Sarti terlihat tidak begitu peduli dengan keadaan Ratih."Maaf, Bu. Candra tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar biaya operasinya Mira," jawab Candra.Biaya operasinya Mira sebanyak 50 juta sedangkan uang yang dipegang oleh Candra tidak ada segitu. Candra juga harus menanggung biaya rumah sakit Ibunya nanti, sehingga Candra lebih mementingkan Ibunya dibandingkan dengan Mira."Nggak bisa begitu dong,