Setelah suaminya tertidur dengan nyenyak, Reni segera mengambil HP suaminya.
Untuk membuka HP itu, dengan gerakan pelan Reni menyentuhkan jari suaminya pada layar sehingga HP suaminya berhasil terbuka. Entah kenapa, Reni mendadak deg-degan saat membuka HP suaminya. Pertama kali yang Reni buka adalah bagian pesan. Paling atas, ada pesan dari nomor yang dikasih nama ‘Dadang’. Dari kemarin, itulah yang membuat Reni sangat penasaran. Sebab, nomor itulah yang mengirim pesan ke suaminya dengan kata-kata ‘sayang’. Begitu dibuka, dada Reni langsung terasa begitu sesak. Bagaimana tidak, karena ternyata nomor itu adalah nomor seorang wanita yang tidak Reni kenali. Dan isi pesannya malah memanggil suaminya dengan kata ‘sayang’. Terlihat bahwa suaminya selama ini sering mentransfer sejumlah uang ke wanita itu. Tak hanya itu. Suaminya juga mengirim sejumlah uang ke ibu mertua dan adik iparnya, dengan jumlah yang tak sedikit. Padahal setiap bulan Reni sudah menjatah uang bulanan buat ibu mertuanya sebanyak 5 juta rupiah, dan untuk adik iparnya senilai 3 juta rupiah. Yang membuat Reni begitu marah adalah dalam pesan itu juga mengatakan kalau wanita itu sedang hamil anak suaminya. "Owh, jadi begitu kelakuanmu, Mas. Bagaimana perusahaan aku tidak bangkrut, kalau kamu seenaknya saja mentransfer uang buat ibu, adik, dan juga gundikmu itu," gumam Reni seraya menggenggam HP suaminya dengan begitu kuat. Sungguh, hati Reni merasa begitu sakit saat mengetahui suaminya punya wanita simpanan. Dan, sekarang wanita itu sedang hamil. Air mata Reni seketika langsung luruh tanpa bisa ditahan. "Keterlaluan sekali kamu Mas. Jadi selama ini kamu sudah mengkhianatiku. Sampai-sampai membuat gundikmu hamil. Di belakangku, kamu juga sering memberinya sejumlah uang dengan nominal yang tak sedikit. Enak banget kamu, Mas. Membiayai dan menyenangkan gundikmu, juga keluargamu itu menggunakan uangku," ujar Reni seraya menekan dadanya yang terasa begitu sesak. Tanpa pikir panjang, Reni segera mengirim bukti chat suaminya dan gundiknya itu ke ponsel miliknya. Siapa tahu suatu hari nanti Reni membutuhkannya. Setelah itu Reni segera menghapus jejaknya, lalu Reni segera menyadap HP suaminya. Selesai itu, Reni segera keluar dari kamarnya dan memilih untuk pergi rooftop untuk menenangkan diri. "Apa kurangku, Mas? Sehingga kamu sangat tega mendua di belakangku. Aku sungguh tidak terima ini, Mas. Aku sudah mengangkat derajatmu dan keluargamu dari kemiskinan. Tapi, malah begini balasanmu. Kamu begitu pintar menyembunyikannya dariku, sehingga aku tak pernah merasa curiga denganmu," ujar Reni seraya menyeka air matanya. Reni pikir, dirinya harus bertindak dengan cepat. Reni tidak rela jika uangnya digunakan sang suami untuk membiayai dan menyenangkan gundiknya. "Apa karena wanita itu, perusahaanku sekarang berada di ambang kebangkrutan." Reni ingin merebut semua harta miliknya kembali meskipun sudah diberikan kepada selingkuhan dan juga keluarga suaminya. "Oke. Mulai besok, aku akan mengambil alih perusahaan itu. Aku akan memeriksanya, kenapa bisa perusahaanku yang awalnya baik-baik saja, sampai seperti ini." Reni segera menelepon Dewi. Untunglah Dewi mengangkat teleponnya, meski hari sudah malam. "Iya, halo. Selamat malam, Bu Reni. Apa ada yang bisa saya bantu?" sahut Dewi di seberang sana. "Iya, Wi. Maaf ya, jika saya mengganggumu malam-malam begini," ujar Reni. "Ah … nggak ganggu kok, Bu. Kebetulan, saya memang belum tidur. Ada apa ya, Bu?" tanya Dewi. "Tolong besok pagi, kamu kumpulkan semua para petinggi perusahaan. Karena akan ada rapat besar. Saya akan mengambil alih perusahaan," titah Reni. "Baik, Bu. Tapi, bagaimana dengan Pak Candra?" tanyanya. "Perusahaan itu milik saya, Wi. Jadi, saya lebih berhak atas perusahaan itu. Semua yang menggaji karyawan, juga saya. Jadi, kalian semua harus nurut sama saya. Jika ada yang tidak suka, bisa keluar saja," jawab Reni tegas. "Ah … baik, Bu. Besok saya akan mengatur semuanya," jawab Dewi. "Satu lagi, Wi. Tolong kamu bekukan semua kartu kredit milik Mas Candra. Jika dia mengambil uang kantor, harus ada izin dari saya. Mulai hari ini, saya tidak memperbolehkan siapa pun mengambil uang kantor tanpa persetujuan dari saya," titah Reni. "Baik, Bu. Sesuai perintah dari Bu Reni," jawab Dewi yang sejujurnya lebih suka berada di bawah pimpinan Reni ketimbang Candra. Sebab menurut Dewi, Candra kurang bertanggung jawab dalam bekerja. Pria itu suka seenaknya sendiri dengan karyawan. Memang Candra itu pimpinannya. Namun, Candra hanya bisa menyuruh, tidak seperti Reni yang langsung ikut turun tangan sendiri. Nggak hanya mengandalkan karyawannya saja, seperti Candra. "Ya sudah, itu aja. Terima kasih ya, Wi," ujar Reni. "Iya, Bu. Sama-sama. Lagian, saya malah senang kalau perusahaan Ibu yang pegang kembali. Ketimbang Pak Candra yang jarang berada di kantor akhir-akhir ini. Para karyawan jadi bingung jika mau meminta keputusan yang mendesak," balas Dewi. "Iya, Wi. Dan, saya harap kamu berada di pihak saya. Ya sudah, selamat malam." Setelah itu, Reni langsung mengakhiri teleponnya. *** Pagi harinya, Candra pamit sama Reni kalau harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Ia beralasan ada masalah kantor yang harus segera diselesaikan. Reni hanya mengiyakannya sebab Reni tahu jika suaminya sedang membohonginya. Bahkan suaminya tak sempat sarapan. "Sebegitunya kamu ingin cepat bertemu dengan gundikmu itu, Mas? Sampai sepagi ini kamu sudah membohongiku," batin Reni. Begitu suaminya pergi dari rumah, Reni segera bersiap pergi ke kantor. Reni berdandan dengan sangat cantik, bahkan gundik suaminya saja lewat jauh. Mira berkulit sawo matang dengan badan yang agak gendut. Tidak seperti Reni yang berkulit begitu putih dan mulus, dengan tubuh proporsionalnya. Bersambung.Di rumah sakit kini Mira sudah siuman, di ruangan perawatan Mira sudah ada Sarti, Bunga, Candra dan juga Ratih yang duduk di kursi roda "Ibu," panggil Mira."Mira kamu sudah sadar." Melihat anaknya sudah sadar, Sarti langsung memanggil dokter.Setelah tombol di pencet oleh Sarti, nggak lama ada seorang dokter datang ke ruang perawatan Mira."Dokter anak saya sudah sadar dok," ujar Sarti saat melihat ada dokter datang."Baik Bu, biar saya periksa dulu," dokter itu segera memeriksa Mira."Alhamdulillah keadaan pasien sudah sangat baik. Tinggal masa pemulihan saja," ujar sang dokter."Ibu, Mira Kenapa ini? Kenapa wajah Mira harus di perban. Lalu kenapa perut Mira terasa sakit dan begitu sangat nyeri?" Tanya Mira yang merasa perutnya begitu perih dan sakit, mungkin obat biusnya sudah hilang sehingga jahitan operasinya mulai terasa sakit."Kamu tidak apa-apa Mira, udah kamu istirahat saja," jawab Sarti, tapi Mira yang merasa pegal ingin bangun dan duduk."Auhhh, Mira ingin bangun tapi ke
Risa kini belum bisa menerima kenyataan kalau Niko ternyata sudah menikah dengan wanita lain, rencana Risa dan Seno yang ingin menguasai harta Niko jadi gagal total. Hal itu membuat Risa jadi uring-uringan di kantor, bahkan karyawan lain yang tidak tau apa-apa ikut jadi imbasnya.Contohnya seperti sekarang ini, Risa yang malas mengerjakan pekerjaannya telah melimpahkan pekerjaannya itu sama orang lain. Ya, begitulah Risa suka semena-mena di kantor mentang-mentang Risa itu adalah sekretaris plus pacarnya Niko.Semua Karyawan kantor juga sudah tahu kalau Risa itu adalah pacarnya Niko sang pemilik perusahaan, sehingga semua karyawan kantor tidak ada yang berani membantah perintah Risa."Heh, mana berkas yang aku suruh kerjakan tadi udah selesai apa belum?" Tanya Risa dengan galak, Risa langsung merampas berkas itu dengan cara kasar lalu memeriksanya.Sedetik kemudian Risa malah langsung merah-marah karena isi berkas itu salah semua. "Berkas macam apa begini, kamu ini bisa kerja nggak sih
Karena Mumun tak mau memberikan uangnya, Sarti langsung mengancam mau lapor polisi sehingga Mumun yang ketakutan langsung memberikan uang 50 juta itu sama Sarti dengan cara di transfer. Sebenarnya uang itu udah kepake sama mumun, tapi untunglah tidak banyak sehingga Mumun bisa menggantinya.Tapi walaupun Mumun sudah memberikan uang itu ke Sarti tetap saja Mumun masih untung banyak, karena Mumun sudah sering dibelanjakan sama Bejo dan sering diajak makan mewah. Bahkan Mumun juga sempat dibelikan kalung berlian sama Bejo.Setelah dapet uangnya, Sarti langsung pergi dari kediaman Mumun dengan begitu saja. Untung saja keributan itu tak sampai terdengar ke para warga, palingan juga hanya beberapa warga saja yang tahu."Aduh, Mas Bejo. Kok uangnya malah diambil lagi sih sama istri kamu itu, uang itukan sudah jadi milik Mumun bagaimana sih," ujar Mumun dengan merajuk, sehingga Bejo yang tak bisa jauh dari Mumun langsung berusaha membujuknya.Bejo memang sudah dibutakan oleh cintanya Mumun, s
"Aduh, Pak. Katanya Candra tidak mau membayarkan biaya operasinya Mira, karena Candra nggak ada uang sebanyak itu, belum lagi jeng Ratih pakai acara pingsan lagi di rumah sakit, sehingga Candra harus memikirkan keadaan Ratih," balas Sarti."Sudahlah, Bu. Kita nggak usah keluar uang, jangan mau buat bayar operasinya Mira, biar semua itu di tanggung sama Candra selaku suaminya. Jadi suami itu harus bertanggung jawab," ujar Bejo yang tidak mau menyerahkan uang itu ke Sarti, lagian uang mana yang akan Bejo berikan ke istrinya karena uang itu sudah habis."Kalau harus nungguin Candra kelamaan, ini menyangkut soal nyawa anak kita, Pak. Lagian Candra udah nggak punya barang berharga yang bisa di jual, udah sini pokoknya ibu minta sisa uang penjualan rumah.""Waduh, gawat ini. Uangnya kan sudah habis," gumam Bejo dalam hati.Sementara Sarti yang melihat gelagat aneh dari suaminya perasaannya jadi tidak enak. "Uang itu masih aman di tangan bapak kan?" Tanya Sarti dengan curiga."Ya ..... ya t
Seketika dada Sarti terasa begitu sesak saat melihat suaminya bersama dengan seorang wanita dengan begitu mesra. "Kurang Ajar kamu, Bejo. Bisa-bisanya kamu malah asyik-asyik di sini dengan janda kampung itu," gumam Sarti seraya mengepalkan tangannya, cemburu dan marah menjadi satu.Setelah Sarti lihat lebih dekat, ternyata suaminya sedang bersama dengan seorang janda pedagang warung kopi yang tak jauh dari kontrakannya."Owh, pantas ya sekarang kamu jadi suka pergi pergian melulu. Jadi ini alasannya," sembur Sarti yang membuat Bejo kaget melihat kedatangan istrinya."Loh, Ibu. Kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya bejo yang langsung melepaskan tangannya dari pinggang ramping janda pedagang warung kopi itu."Oh, jadi karena janda g4tal ini kamu sampai selingkuh dari ku. Dasar wanita murahan," Sarti yang merasa cemburu dan sakit hati langsung menyerang janda itu dengan membabi buta.Dijambak Lah itu rambutnya sampai si janda itu berteriak kesakitan. "Auh sakit, lepaskan b0doh." "Akan ak
Di ruangan dokter, Candra dibuat semakin pusing karena kata dokter Mira harus segera dioperasi dan membutuhkan biaya banyak. Sementara Ratih yang mendengar itu tiba-tiba malah jatuh tak sadarkan diri.Candra dan Bunga yang melihat Ibunya pingsan langsung berusaha menolongnya sehingga saat ini Ratih dalam penanganan dokter, Candra dan Bunga menunggu dengan cemas karena tadi ibunya jatuh lumayan keras dan tak sengaja tubuhnya terbentur meja."Candra, kamu jangan hanya diam saja dong. Bagaimana dengan biaya operasinya Mira?" Tanya Sarti yang hanya mengkhawatirkan anaknya saja, bahkan Sarti terlihat tidak begitu peduli dengan keadaan Ratih."Maaf, Bu. Candra tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar biaya operasinya Mira," jawab Candra.Biaya operasinya Mira sebanyak 50 juta sedangkan uang yang dipegang oleh Candra tidak ada segitu. Candra juga harus menanggung biaya rumah sakit Ibunya nanti, sehingga Candra lebih mementingkan Ibunya dibandingkan dengan Mira."Nggak bisa begitu dong,