Pagi itu, Candra bukannya pergi ke kantor, tapi malah ke rumah ibunya. Tadi pagi ibunya menelepon dan marah-marah hanya karena semalam Candra tak jadi tidur di rumah Mira.
"Candra! Keterlaluan kamu, ya. Bisa-bisanya kamu semalam ninggalin istri kedua kamu dan lebih memilih pulang ke rumah wanita mandul itu. Mira itu lagi hamil anak kamu. Kalau terjadi sesuatu dengannya, bagaimana? Mikir dong," omel Ratih. "Maaf, Mah. Tapi, semalam Reni sedang sakit dan tidak mungkin kalau Candra tidak pulang. Reni juga butuh Candra, Mah," kilah Candra. "Halah, dasar manja! Ketimbang nggak enak badan saja kamu sampai segitunya. Sedangkan, Mira ini sedang mengandung anak kamu loh, Dra. Seharusnya kamu utamakan dia. Bukan malah lebih penting Mira, ketimbang istri mandul kamu itu." Candra benar-benar kesal dengan Mira. Dirinya jadi kena marah sang ibu, hanya karena aduan dari istri keduanya itu. "Iya, maaf." Candra lebih memilih mengalah ketimbang ribut sampai ke mana-mana, sedangkan Mira malah senang melihat suaminya diomelin sama ibu mertuanya. "Ya sudah. Kalau begitu, sebagai permintaan maaf, kamu ajaklah Mira untuk berbulan madu. Kasihan dia, sejak kalian menikah tak pernah kamu ajak bulan madu. Untuk kamu ajak keluar, juga jarang," titah Ratih. "Apa?! Bulan madu, Ma? Aduh, kayaknya kalau untuk yang satu itu Candra beneran nggak bisa deh, Mah. Perusahaan itu sedang ada masalah dengan keuangan, dan itu semua karena Candra sering mengambil uang perusahaan untuk menuruti keinginan Mama.” Candra diam sejenak. “Belum lagi, kemarin habis beli rumah dengan harga miliaran pakai uang kantor. Aku nggak mau sampai Reni curiga ya, Mah. Bisa-bisa bangkrut perusahaan Reni karena kita sering mengambil uang kantor." Candra langsung menolak keinginan ibunya. Yah, tentunya itu juga keinginan dari Mira. Istri keduanya itu yang paling dominan. "Halah, sudahlah. Kamu nggak usah terlalu khawatir kalau perusahaan Reni itu akan bangkrut. Perusahaan dia itu kan perusahaan besar. Mana mungkin bisa bangkrut dengan begitu mudahnya," balas Ratih. "Iya, ayo dong, Mas. Ajak aku babymoon! Masak iya, udah nggak honeymoon … babymoon juga nggak? Aku bosen tahu, kalau harus di rumah terus. Bayinya juga pengen refreshing," rengek Mira. "Gak usah minta yang macam-macam deh, Mir. Lagian nggak mungkin aku ninggalin Reni tanpa alasan yang jelas," tolak Candra. "Tapi, itu namanya nggak adil, Mas. Dulu kamu saja ngajak pergi honeymoon Mbak Reni kan, pastinya setelah menikah," ujar Mira. "Loh, kalau itu beda dong, Mir," balas Candra. "Sudah, pokoknya mama nggak mau tahu, Dra. Kamu harus ajakin Mira buat babymoon, sekarang juga. Tadi, mama sudah pesankan tiketnya untuk kalian berdua pergi ke Eropa. Lagian, mama sudah janji sama ibunya Mira untuk membahagiakan Mira kalau menjadi menantu mama. Apalagi sekarang Mira sedang hamil cucu mama," titah Ratih yang nggak bisa dibantah. "Tapi, nanti bagaimana dengan urusan perusahaan, Ma? Gak bisa seenaknya begitu dong," protes Candra. "Urusan kantor bisa kamu serahkan ke sekretaris kamu saja, Dra. Kamu itu bosnya. Jadi, tinggal terima beres saja. Kamu tinggal kasih alasan jika ada perjalan bisnis ke luar negeri ke Reni," papar Ratih. "Tapi ...." "Gak ada tapi-tapian! Kamu jangan jadi anak durhaka gara-gara istri kamu itu," sentak Ratih membuat Candra nggak bisa berkutik lagi. Candra takut jadi anak yang durhaka, bila tak memenuhi perintah ibunya. "Baiklah," jawab Candra, membuat Mira senang banget. "Nah, begitu dong, Mas. Mira jadi makin sayang deh sama Mas Candra," ujar Mira, seraya memeluk Candra sehingga membuat Ratih turut senang kala melihatnya. Ya, Mira ini anak temannya Ratih waktu di kampung dulu. Dan, mereka para orang tua sudah sepakat untuk menjodohkan anak-anaknya. Walaupun Mira harus menjadi istri kedua Candra. Kedua orang tua Mira nggak keberatan. Sebab, sekarang Candra sudah menjadi orang yang kaya raya. Padahal, kekayaan itu milik Reni. Candra aslinya hanyalah orang kampung dengan kehidupan yang sederhana. Dulu, Reni bisa kenal Candra karena pernah menolongnya dari jambret. Kejadiannya terjadi saat Candra baru saja merantau ke kota untuk mengadu nasib. Sejak saat itu, Candra langsung terpikat dengan kecantikan, keramahan, dan kebaikan dari seorang Reni. Orang kaya, tapi begitu rendah hati. Dulu, orang tuanya Reni setuju-setuju saja, saat Candra mau meminang Reni untuk jadi istrinya. Candra terlihat sangat baik. Begitu pun juga dengan keluarganya. Bahkan, Candra yang saat itu nggak punya kerjaan, langsung dikasih kerjaan sama ayahnya Reni di kantornya. Sayang, setelah satu tahun pernikahannya, ayah Reni meninggal dunia akibat penyakit komplikasi yang dideritanya. Ibu Reni sudah meninggal saat Reni masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas akibat kecelakaan. Reni sendiri hanya anak tunggal sehingga Reni hanya hidup dengan sang ayah. Setelah sang ayah meninggal, Reni yang mengambil alih perusahaan. Sampai pada suatu hari, Candra memberi saran ke Reni agar sang istri diam di rumah saja, jangan kecapaian. Siapa tahu dengan begitu, mereka bisa segera dikaruniai seorang anak. Dan Reni pun menurut, karena perkataan dari suaminya itu ada benarnya juga. Selama ini, Reni selalu sibuk bekerja sehingga ia susah hamil. Pikir Reni, siapa tahu dengan beristirahat di rumah dan menyerahkan perusahaan itu kepada suaminya, dirinya bisa cepat hamil. Namun, pada kenyataannya, sudah 1 tahun dirinya menjadi ibu rumah tangga, tetap tak kunjung hamil juga. Reni sebenarnya ingin sekali mengajak sang suami untuk periksa ke dokter, tapi niat itu belum disampaikan ke suaminya. Eh, malah Reni udah mencium bau perselingkuhan suaminya duluan. Bersambung.Di rumah sakit kini Mira sudah siuman, di ruangan perawatan Mira sudah ada Sarti, Bunga, Candra dan juga Ratih yang duduk di kursi roda "Ibu," panggil Mira."Mira kamu sudah sadar." Melihat anaknya sudah sadar, Sarti langsung memanggil dokter.Setelah tombol di pencet oleh Sarti, nggak lama ada seorang dokter datang ke ruang perawatan Mira."Dokter anak saya sudah sadar dok," ujar Sarti saat melihat ada dokter datang."Baik Bu, biar saya periksa dulu," dokter itu segera memeriksa Mira."Alhamdulillah keadaan pasien sudah sangat baik. Tinggal masa pemulihan saja," ujar sang dokter."Ibu, Mira Kenapa ini? Kenapa wajah Mira harus di perban. Lalu kenapa perut Mira terasa sakit dan begitu sangat nyeri?" Tanya Mira yang merasa perutnya begitu perih dan sakit, mungkin obat biusnya sudah hilang sehingga jahitan operasinya mulai terasa sakit."Kamu tidak apa-apa Mira, udah kamu istirahat saja," jawab Sarti, tapi Mira yang merasa pegal ingin bangun dan duduk."Auhhh, Mira ingin bangun tapi ke
Risa kini belum bisa menerima kenyataan kalau Niko ternyata sudah menikah dengan wanita lain, rencana Risa dan Seno yang ingin menguasai harta Niko jadi gagal total. Hal itu membuat Risa jadi uring-uringan di kantor, bahkan karyawan lain yang tidak tau apa-apa ikut jadi imbasnya.Contohnya seperti sekarang ini, Risa yang malas mengerjakan pekerjaannya telah melimpahkan pekerjaannya itu sama orang lain. Ya, begitulah Risa suka semena-mena di kantor mentang-mentang Risa itu adalah sekretaris plus pacarnya Niko.Semua Karyawan kantor juga sudah tahu kalau Risa itu adalah pacarnya Niko sang pemilik perusahaan, sehingga semua karyawan kantor tidak ada yang berani membantah perintah Risa."Heh, mana berkas yang aku suruh kerjakan tadi udah selesai apa belum?" Tanya Risa dengan galak, Risa langsung merampas berkas itu dengan cara kasar lalu memeriksanya.Sedetik kemudian Risa malah langsung merah-marah karena isi berkas itu salah semua. "Berkas macam apa begini, kamu ini bisa kerja nggak sih
Karena Mumun tak mau memberikan uangnya, Sarti langsung mengancam mau lapor polisi sehingga Mumun yang ketakutan langsung memberikan uang 50 juta itu sama Sarti dengan cara di transfer. Sebenarnya uang itu udah kepake sama mumun, tapi untunglah tidak banyak sehingga Mumun bisa menggantinya.Tapi walaupun Mumun sudah memberikan uang itu ke Sarti tetap saja Mumun masih untung banyak, karena Mumun sudah sering dibelanjakan sama Bejo dan sering diajak makan mewah. Bahkan Mumun juga sempat dibelikan kalung berlian sama Bejo.Setelah dapet uangnya, Sarti langsung pergi dari kediaman Mumun dengan begitu saja. Untung saja keributan itu tak sampai terdengar ke para warga, palingan juga hanya beberapa warga saja yang tahu."Aduh, Mas Bejo. Kok uangnya malah diambil lagi sih sama istri kamu itu, uang itukan sudah jadi milik Mumun bagaimana sih," ujar Mumun dengan merajuk, sehingga Bejo yang tak bisa jauh dari Mumun langsung berusaha membujuknya.Bejo memang sudah dibutakan oleh cintanya Mumun, s
"Aduh, Pak. Katanya Candra tidak mau membayarkan biaya operasinya Mira, karena Candra nggak ada uang sebanyak itu, belum lagi jeng Ratih pakai acara pingsan lagi di rumah sakit, sehingga Candra harus memikirkan keadaan Ratih," balas Sarti."Sudahlah, Bu. Kita nggak usah keluar uang, jangan mau buat bayar operasinya Mira, biar semua itu di tanggung sama Candra selaku suaminya. Jadi suami itu harus bertanggung jawab," ujar Bejo yang tidak mau menyerahkan uang itu ke Sarti, lagian uang mana yang akan Bejo berikan ke istrinya karena uang itu sudah habis."Kalau harus nungguin Candra kelamaan, ini menyangkut soal nyawa anak kita, Pak. Lagian Candra udah nggak punya barang berharga yang bisa di jual, udah sini pokoknya ibu minta sisa uang penjualan rumah.""Waduh, gawat ini. Uangnya kan sudah habis," gumam Bejo dalam hati.Sementara Sarti yang melihat gelagat aneh dari suaminya perasaannya jadi tidak enak. "Uang itu masih aman di tangan bapak kan?" Tanya Sarti dengan curiga."Ya ..... ya t
Seketika dada Sarti terasa begitu sesak saat melihat suaminya bersama dengan seorang wanita dengan begitu mesra. "Kurang Ajar kamu, Bejo. Bisa-bisanya kamu malah asyik-asyik di sini dengan janda kampung itu," gumam Sarti seraya mengepalkan tangannya, cemburu dan marah menjadi satu.Setelah Sarti lihat lebih dekat, ternyata suaminya sedang bersama dengan seorang janda pedagang warung kopi yang tak jauh dari kontrakannya."Owh, pantas ya sekarang kamu jadi suka pergi pergian melulu. Jadi ini alasannya," sembur Sarti yang membuat Bejo kaget melihat kedatangan istrinya."Loh, Ibu. Kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya bejo yang langsung melepaskan tangannya dari pinggang ramping janda pedagang warung kopi itu."Oh, jadi karena janda g4tal ini kamu sampai selingkuh dari ku. Dasar wanita murahan," Sarti yang merasa cemburu dan sakit hati langsung menyerang janda itu dengan membabi buta.Dijambak Lah itu rambutnya sampai si janda itu berteriak kesakitan. "Auh sakit, lepaskan b0doh." "Akan ak
Di ruangan dokter, Candra dibuat semakin pusing karena kata dokter Mira harus segera dioperasi dan membutuhkan biaya banyak. Sementara Ratih yang mendengar itu tiba-tiba malah jatuh tak sadarkan diri.Candra dan Bunga yang melihat Ibunya pingsan langsung berusaha menolongnya sehingga saat ini Ratih dalam penanganan dokter, Candra dan Bunga menunggu dengan cemas karena tadi ibunya jatuh lumayan keras dan tak sengaja tubuhnya terbentur meja."Candra, kamu jangan hanya diam saja dong. Bagaimana dengan biaya operasinya Mira?" Tanya Sarti yang hanya mengkhawatirkan anaknya saja, bahkan Sarti terlihat tidak begitu peduli dengan keadaan Ratih."Maaf, Bu. Candra tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar biaya operasinya Mira," jawab Candra.Biaya operasinya Mira sebanyak 50 juta sedangkan uang yang dipegang oleh Candra tidak ada segitu. Candra juga harus menanggung biaya rumah sakit Ibunya nanti, sehingga Candra lebih mementingkan Ibunya dibandingkan dengan Mira."Nggak bisa begitu dong,