Sesampainya di kantor! Reni tak mendapati suaminya, dan Reni sudah bisa menebak ke mana suaminya itu pergi.
"Ck! Jadi bener ya, Mas. Apa yang dikatakan oleh Dewi, jika kamu datang dan pergi sesuka hati ke kantor. Kamu pikir kantorku ini tempat untuk apa, Mas? Untuk main-main," batin Reni, yang lantas memeriksa ruangan yang selama ini Candra tempati. Semuanya nggak ada yang mencurigakan, dekorasinya masih sama seperti dulu saat Reni memimpin perusahaannya. Nggak ada yang berubah, Reni segera duduk di kursi kebesarannya, lalu mengecek semua laci meja. Tak sengaja Reni menemukan cukup banyak struk belanjaan barang branded, mulai dari tas mahal, baju, sepatu, serta alat make up. "Kenapa ada banyak struk belanjaan di sini, mana mahal-mahal lagi harganya?” tanya Reni, seraya mengecek semua nota-nota belanjaan itu, bahkan ada sebuah nota tas limited edition seharga ratusan juta. "Rasanya aku gak pernah dibelikan semua barang-barang ini sama Mas Candra. Si*lan, pasti semua barang-barang ini untuk gundiknya, awas saja kamu, Mas," maki Reni dalam hati. "Permisi," ucap Dewi, seraya mengetuk pintu ruangan Reni. "Iya! Masuk, Wi," titah Reni, sehingga Dewi segera masuk ke dalam. "Maaf, Bu. Saya sudah memberitahukan kepada para petinggi perusahaan, jika pagi ini Bu Reni mengadakan rapat," beritahunya. "Baiklah. Oh iya, Wi. Tolong kamu suruh orang buat mengemasi semua barang-barang milik suami saya, karena mulai sekarang ruangan ini akan saya tempati kembali," titah Reni. "Baik, Bu," jawab Dewi patuh. Dewi segera memanggil seorang OB, untuk membereskan semua barang-barang milik Candra. Setelah itu Reni dan Dewi segera pergi ke ruang rapat. Begitu Reni masuk, semua orang yang berada di ruang rapat segera berdiri untuk menyambut kedatangannya. Semua orang tampak bertanya-tanya ada apakah gerangan? Karena secara tiba-tiba Reni mendadak mengadakan rapat. "Iya! Selamat pagi semuanya, silakan duduk," ujar Reni. "Terima kasih," jawab semuanya, dengan kompak. "Kalian tahu, kenapa saya tiba-tiba mengumpulkan kalian semua disini pagi ini?” tanya Reni. "Maaf, kami semua tidak tahu, Bu," jawab mereka dengan serempak. "Mulai hari ini saya akan kembali mengambil alih untuk memegang perusahaan saya," beritahu Reni. "Lalu bagaimana dengan Pak Candra, Bu?" tanya nya. "Ya otomatis dia sudah gak bekerja di sini lagi, ini perusahaan saya! Jadi saya yang lebih berhak atas perusahaan ini. Dan kalian semua wajib mengikuti semua peraturan yang saya buat, peraturan dari Pak Candra sudah tidak berlaku lagi. Barang siapa nanti yang berani melanggar peraturan di kantor ini saya akan langsung memecatnya," jawab Reni, menjelaskan. "Siapa yang tidak suka dengan keputusan saya, silakan bisa mengundurkan diri," ujar Reni dengan sangat tegas. "Kalau kami sih malah lebih suka kalau Ibu Reni yang mengambil alih kembali perusahaan ini, karena saya lihat perusahaan ini bukannya semakin maju di tangan Pak Candra, yang ada malah semakin berantakan. Bahkan kini perusahan terancam pailit," ujar para petinggi perusahan, yang malah setuju jika perusahaan berada di tangan Reni. "Baiklah, kalau begitu saya anggap kalian semua sudah setuju ya, jika perusahan saya ambil alih. Jujur saya sangat kecewa berat dengan kepemimpinan Pak Candra." Setelah Reni ngomong panjang kali lebar, akhirnya rapat itu pun selesai, dan Reni segera kembali ke ruangannya. Tak lupa Reni meminta laporan keuangan dalam 6 bulan terakhir kepada manajer keuangan. Tak lama seorang manajer keuangan itu datang ke ruangan Reni. Untuk menyerahkan data keuangan yang Reni minta, selama 6 bulan terakhir. Saat Reni mengecek laporan keuangan itu, banyak sekali kejanggalan, karena ada banyak sekali nominal uang dengan nilai yang nggak sedikit keluar tanpa alasan yang jelas. "Loh, ini kenapa laporan keuangannya kok hancur begini. Dan ini, kenapa bisa ada pengeluaran uang sebanyak ini tanpa alasan yang jelas?" tanya Reni. "Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya, Bu. Karena Pak Candra sering kali minta uang kantor dengan jumlah yang tak sedikit," jawab Manajer keuangan itu, seraya menundukkan kepalanya, takut. "Jadi, selama ini suami saya sering mengambil uang kantor dalam jumlah yang besar? Dan tanpa alasan yang jelas," tanya Reni. "Iya! Benar, Bu," jawabnya. "Lalu kenapa kamu gak pernah bilang sama saya, kalau aturannya begini. Pantas saja jika perusahaan saya jadi pailit," marah Reni, “seharusnya kamu bilang sama saya, karena uang yang diambil sama suami saya sudah nggak wajar begini. Lihatlah perusahaan ini jadi terancam pailit karenanya, dan ini juga bisa berimbas sama kalian semua loh," lanjutnya. "Maafkan saya, Bu. Saya diancam sama Pak Candra jika saya lapor ke Ibu, maka saya akan dipecat," ujarnya. "Lalu kamu takut dengan ancamannya begitu? Heh, yang punya perusahan ini itu saya, jadi hanya saya yang berhak memecat karyawan di sini. Seharusnya kamu mikir, karena semua karyawan dipertaruhkan pekerjaannya di sini, kalau perusahaan ini sampai bangkrut otomatis kalian semua akan kena PHK," ujar Reni. "Maaf, Bu. Saya tidak berpikiran ke sana. Saya pikir Pak Canda itu suaminya Ibu dan perusahaan ini juga udah Ibu percayakan sama Pak Candra," balas manajer itu, sehingga membuat Reni langsung memijat kepalanya, pusing. Yah! Perkataan manajer keuangan itu benar, karena dia sudah mempercayakan perusahaan itu sama suaminya. Otomatis semuanya nurut sama suaminya. Sungguh selama ini Reni merasa begitu sangat dibodohi. Reni segera mengecek kembali laporan keuangan itu, sampai mata Reni dibuat melotot kala melihat pengeluaran dengan nominal yang begitu fantastis, gak lama ini telah keluar. Nilai itu gak main-main sampai miliaran rupiah. Reni kira perusahaannya sedang ada masalah keuangan yang sepele, dan itu sudah biasa. Eh nggak tahunya itu masalah yang sangat besar, karena perusahaannya hampir bangkrut karena perbuatan suaminya sendiri."Kalau menurut Mira, itu sih ide yang sangat bagus Bu. Biar nggak sok kecantikan lagi itu orang," Seru Mira dengan senyum liciknya."Eh, tapi nanti siapa yang akan melakukannya?" tanya Ratih mengingat ide gil4 Sarti."Biar aku saja yang akan melakukannya, salah siapa dia begitu serakah," jawab Mira."Tapi kamukan lagi hamil, Mbak," ujar Bunga."Halah, lagian kan nggak lakuin yang berat-berat jadi amankah," balas Mira."Oke, Mamah sih setuju-setuju saja. Mamah juga benci banget sama Reni, gara-gara dia hidupku jadi begini," ujar Ratih, padahal Ratih sengsara karena ulahnya sendiri.Terlihat ada Candra pulang ke rumah, untuk sementara Candra kerja gojek sekarang dengan motor bekas yang dibelinya. Kalau siang Candra memilih untuk pulang buat makan siang di rumah, dari pada makan di luar jatuhnya boros, begitu fikir Candra.Nanti rencananya kalau malem Candra mau dagang warung angkringan, dan kalau pagi ngojek. Demi bisa mencukupi keluarganya, begitu Candra masuk ke dalam rumah semuanya l
"Sayang, uangnya. Transfer ya," pinta Seno. Ya, tadi Risa meminta Seno untuk menjemputnya di rumah sakit."Aku aja nggak dapet uangnya, Mas," jawab Risa, karena memang Sekolah yang menyuruh Risa buat mintain uang ke Niko yang kaya.Sebenarnya, sudah lama mereka berdua menjalin berhubungan, tapi Bunga tidak tau kalau Seno punya wanita lain di belakangnya. Tapi sekarang mereka sudah putus, tadinya Seno mau memilih Bunga dan melepaskan Risa, karena Bunga selalu bisa memenuhi permintaannya. Tidak seperti Risa yang harus nunggu transferan dari Niko lebih dahulu.Berhubung Bunga sekarang udah miskin, jadilah Seno memilih bersama dengan Risa. Bahkan keduanya berencana mau mengambil semua hartanya kekayaan Niko."Loh, kok bisa nggak dapet sih? Biasanya kamu mudah sekali loh minta duit sama dia?" Tanya Seno."Katanya M bankingnya sedang bermasalah," jawabnya."Kapan sih, Sayang. Kamu menikah dengannya, dengan begitu kamu pasti akan lebih mudah menguasai hartanya. Nanti kalau kamu sudah berhasi
"Eh, Caca. Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?” tanya Reni, seraya mendekati Caca dari sebelah kanan, karena Risa posisinya ada disebelah kiri Caca dengan Niko. Sementara Nilam duduk di kursi sofa."Caca, udah baikan kok, Mah. Makasih ya udah bawa Caca kerumah sakit," jawab Caca. sedangkan Risa merasa kaget saat dengar Caca memanggil Mamah ke Reni, dan Reni tadi juga memanggil Nilam dengan sebutan Mamah juga."Loh, kok manggilnya Mamah sih?" Tanya Risa."Ah, iya. Nggak tau kenapa Caca malah manggil aku mah, maaf ya," entah kenapa Reni belum ingin memberitahu ke Risa kalau dirinya adalah Istrinya Niko."Sebenernya dia siapanya kamu sih, Mas?" tanya Risa. "Ayo Caca makan ya tante suapi," ujar Risa yang memang sedari tadi berusaha membujuk Caca supaya mau makan, biasalah Risa mau cari muka di depan Niko dan Nilam, sehingga Risa mau sok-sokan menyuapi makan Caca."Ya tentu saja dia ini Mamah aku. Caca ogah ya punya mamah yang jahat seperti, Tante," bentak Caca.Mendengar perkataa
"Eh, Bu. Itu ada Mbak Reni," ujar Mira."Kebetulan kita bertemu dia disini, Mirm kita mau nemuin dia aja susah banget kaya mau ketemu sama presiden saja, ayo kita samperin dia," ajak Sarti, karena kemarin tanpa sepengetahuan Candra, mereka berusaha menemui Reni di rumahnya, tapi bilangnya Reni selalu tak ada di rumah."Iya, ayo Ma." "Eh, Mbak Reni. Kebetulan sekali ya kita bertemu disini," panggil Mira, sedangkan Reni langsung memutar bola matanya malas saat bertemu dengan Reni dan Sarti."Kebetulan ya, kita bisa bertemu disini. Jadi anak aku bisa minta uang 1 M milik Candra dan Ratih di kembalikan, kamu kalau jadi orang itu jangan serakah," pinta Sarti tanpa basa-basi."Ya ampun, mimpi apa sih kamu semalam, Ren. Bisa bertemu orang-orang tak tau diri macam mereka, yang pikirannya duit melulu. Sudah untung loh Reni itu tidak melaporkan kamu dan Chandra ke polisi atas pernikahan tanpa izin," ujar Ana, moodnya langsung berubah ancur kala melihat kehadiran Mira dan Sarti."Aduh, udah deh
"Nah, begitu dong. Tapi awas saja ya kalau kamu nanti malah pergi keluar sama nenek lampir itu," peringkat Nilam, karena percuma saja anaknya itu nggak masuk ke kantor tapi malah pergi sama Risa."Enggak, Ma. Niko nggak bakal pergi sama Risa, lagian nanti katanya Risa yang mau datang kesini buat nengokin Caca," beritahu Niko."Okey, boleh saja dia datang buat nengokin Caca. Tapi awas saja kalau sampai menyakiti perasaan cucuku. Ingat Niko, sekarang kamu itu sudah menikah, kamu harus jaga jarak dengan Risa," peringkat Nilam."Iya, bawel banget sih.”Setelah Reni selesai sarapan, Reni pamit sama mertuanya buat nengokin Ibu temannya yang katanya sedang sakit. Selain itu Reni juga mau sekalian nebus obatnya Caca di apotik, kebetulan sekali ibunya Ana dirawat di rumah sakit yang sama dengan Caca, sehingga Reni bisa lebih mudah mengunjunginya.Tak lupa Reni membawakan buah tangan parsel buah untuk Ibunya Ana yang dibelinya di dekat rumah sakit. Setelah dijenguk, ternyata keadaan Ibunya Ana
Dari yang minta shopping, beli barang–arang mahal, inta sejumlah uang, dan bahkan belakangan ini pacarnya minta dibelikan mobil baru."Wah, sepertinya omongan Reni ini ada benarnya juga. Aku harus menyelidiki Risa nih, apa benar jika dia yang sudah sengaja memberikan aku obat tidur untuk menjebakku," batin Niko dalam hati."Ehmm, malam ini dia minta ketemuan. Katanya kangen, menurut kamu apa aku harus memutuskan hubungan aku dengannya?" tanya Niko, yang ingin tahu pendapat Reni."Kamu itu sudah dewasa dan udah gede, kamu bisa lah memutuskan sendiri. Nanti kalau aku jawab kamu salah paham lagi sama aku," jawab Reni, yang langsung pergi dengan begitu saja sehingga membuat Niko jadi kesal."Eh buset, cuma dia loh wanita yang begitu galak dan cuek denganku. Mana pakai ngatain aku bego lagi, biasanya wanita diluaran sana itu pada berlomba-lomba untuk mengejarku, secara aku ini adalah duren alias duda keren. Memang aneh cewek satu itu," gerutu Niko dalam hati.Malam harinya, Niko sudah ber
"Aku ingetin ya, kamu itu nggak usah berharap banyak deh sama pernikahan ini. Aku itu cuma terpaksa nikahi kamu," ujar Niko, saat dirinya berada didalam kamar sama Reni."Eh, siapa yang berharap lebih sama pernikahan ini. Aku juga terpaksa menikah sama kamu, asal kamu tau ya! Aku itu masih merasa trauma sama yang namanya pernikahan.Emang dasarnya semua laki laki didunia ini itu sama saja, sama sama brengsek," balas Reni dengan berapi-api, kala mengingat pernikahannya yang terdahulu."Jangan-jangan kamu mau menikah denganku, karena tau kalau aku ini orang kaya ya. Kamu mau jadi nyonya Saputra? iya" tuduh Niko, nggak tau saja kalau Reni itu juga orang kaya."Ya ampun, omongan kamu itu sangat ngelantur sekali. Kamu pikir aku ini orang miskin begitu," sentak Reni yang kesel banget sama perkataan Niko yang seenaknya.Sedangkan Niko, malah mengamati Reni dari atas sampai bawah. Baju yang dikenakan oleh Reni cukup mahal, karena Niko cukup tau merk baju yang dipakai oleh Reni itu adalah merk
Candra segera menatanya di dapur, tak lupa Candra juga beli tabung gasnya. Ada wajan penggorengan, panci, sendok dan lain-lain yang sekiranya penting buat Candra. Setelah selesai menata semuanya, Candra langsung keluar dari dapur, kebetulan ada Mamanya, istrinya dan juga Ibu mertuanya sedang pada ngumpul di ruang depan, sehingga Candra langsung ikutan buat gabung."Owh! Iya, Ma. Ini ada uang buat pegangan Mamah," ujar Candra seraya memberikan uang sebanyak 1 juta rupiah ke Ratih."Dan ini uang buat kamu, Mir. Buat belanja kebutuhan rumah, kamu pergunakanlah uang itu dengan baik. Yang hemat jangan boros-boros," pesan Candra seraya memberikan uang sebesar 2 juta rupiah ke Mira."Loh, ini apa-apaan kamu, Ndra. Ngasih uang ke Mamah kok cuma 1 juta, uang segini bisa buat apa. Mamah maunya 6 juta, Mamah harus bayar arisan besok, kemarin saja sudah nunggak-nunggak dan udah ditanyain sama teman-teman Mamah. Bisa malu nanti Mamah," protes Ratih begitu menghitung jumlah uangnya yang hanya ada 1
Mendengar berita itu membuat Caca merasa senang, karena Caca tidak akan memiliki Mamah tiri yang jahat seperti Risa."Hah, yang bener nek?" tanya Caca."Iya, Sayang. Kamu maukan kalau Tante Reni yang jadi mamah kamu?” jawab Nilam dengan balik bertanya."Mmmm, Caca belum tau juga sih. Kan Caca belum kenal sama Tannte Reni. Tapi mendingan, daripada Papaku nikah sama Tante jahat," jawab Caca, sehingga Reni langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan Caca."Caca, kok manggilnya masih Tante sih, panggil Mamah dong, kan sekarang tante udah jadi Mamah kamu. Mamah janji bakal menjadi Mamah yang baik buat kamu," ujar Reni."Baik, Mamah Reni," balas Caca yang langsung mau memanggil Reni mamah."Awas saja nanti kalau kamu sampai jahatin anak aku," peringat Niko yang membuat Reni memutar bola matanya malas."Sorry, aku bukan pacar kamu yang katanya jahat itu ya. Aku suka sama anak kecil, bahkan sudah dari dulu aku menginginkan seorang anak, tapi sayangnya tuhan belum memberikannya," balas Ren