Share

Perselingkuhan berkedok Iba
Perselingkuhan berkedok Iba
Penulis: ZuniaZuny

01. Pertengkaran dan Talak

"Maaf, mas!" lirih Shafira mulai terisak.

"Maaf, jika diriku belum bisa mengikuti semua keinginanmu," imbuh Safira memulai pembicaraan pada Satria, suaminya.

Nyatanya hati Safira masih belum bisa menerima keinginan sang suami yang ingin menikahi wanita di masa lalunya.

"Shaf, bukankah aku sudah memberitahukan semua kebenarannya?"

Satria memandang sayu wanita yang berstatus istrinya itu.

Ya memang benar, Satria telah menceritakan semua kejadian yang menimpa wanita bernama Tika yang tak lain adalah mantan kekasih Satria.

Tika datang di tengah kebahagiaan rumah tangga Satria dan Safira.

"Maaf, mas. Maaf."

"Hiks."

"Hiks."

Safira berlari ingin pergi jauh dari rumah ini jika dia mampu. Sayang sekali, kehamilan yang berusia sembilan bulan dan tinggal menunggu hari kelahiran itu membuat Shafira mengurungkan niatnya.

Satria berlari mengejar Shafira yang kini berlari menuju ke taman belakang rumah tempat di mana Shafira sering berdiam diri, mendinginkan pikiran dari beban masalah yang menimpanya akhir- akhir ini.

Dipeluk sang istri dari belakang, pelukan hangat penuh penyesalan.

"Shaf, maafkan aku? Mari kita bicara baik- baik. Jika kamu tidak ikhlas, aku akan membatalkan semua ini demi kamu. Aku pikir dengan membicarakan semuanya denganmu, kamu mau menerimanya? Jika bukan kita yang membantunya, lalu siapa lagi Shaf? Sungguh kasihan sekali dia.

Bukankah agama mengajarkan kita untuk menolong sesama, terlebih dengan keadaan Thika yang seperti ini, sangat memprihatinkan," jelas Satria.

Shafira menggeleng dan menutup telinga, berharap jika sang suami tak lagi membahas nama wanita yang begitu menyakiti telinga dan hati Shafira.

"Kenapa kamu tak mau menerimanya Shaf?" tanya Satria dengan polosnya.

Shafira melepas pelukan Satria dan memandangnya penuh kebencian.

"Aku tak mau di madu mas dan harus aku akui, aku tak bisa menerima Thika di tengah kehidupan kita. Jika kamu ingin menikahinya, silahkan. Kamu bisa melakukannya tapi talak aku mas!? ceraikan aku!?" teriak Shafira mengeluarkan semua unek unek di hatinya.

Baru kali ini Shafira berbicara kasar pada Satria.

Entah nyali dari mana bisa membuat Shafira seberani itu kepada Satria. Kali ini Shafira tak peduli lagi, dia sudah memikirkan hal ini dari awal terjadinya perubahan pada sang suami.

Mempertahankan rumah tangga? Rasanya semua tak ada gunanya lagi.

Sedangkan Satria hanya bisa merendah dan mengalah. Dia tak boleh terpancing emosi dan menuruti ucapan istrinya. Bagaimanapun juga dia merupakan kepala keluarga dan harus bijak dalam menghadapi masalah rumit yang menimpa bahtera rumah tangganya saat ini.

"Aku tak akan menceraikanmu Shafira, camkan itu!"

"Kalau kamu tak mau menceraikanku, akhiri hubunganmu dengan Thika saat ini juga!"

"Aku tak bisa Shafira, dia membutuhkan sosok lelaki yang bisa memegang teguh dirinya. Dia terombang ambing dan rapuh. Dia butuh aku untuk sandaran hidupnya?" elak Satria membuat Shafira semakin geram.

Seketika ekspresi marah Shafira berubah, tersenyum kecut dan air matanya tak lagi menetes. Sudah terlalu banyak air mata yang dikeluarkan dengan sia sia. Untuk apa menangisi lelaki yang lebih memilih mantan daripada istrinya sendiri!?

Kini Shafira semakin yakin dengan keputusannya yaitu pergi jauh dari kehidupan Satria.

"Baiklah mas, jika itu maumu. Aku saja yang angkat kaki dari rumah ini!" gertak Shafira.

Satria memegang erat tangan Shafira.

"Jangan berani kepada imammu! Kesabaranku ada batasnya Shafira!"

"Kamu yang memulainya mas!" jerit Shafira membuat Satria terkejut dan melepas cekalan tangannya.

"Aku hanya kasihan pada Thika. Aku tak akan melakukan apapun. Lalu apa maksudmu aku yang memulai?" cerca Satria tak mengerti ucapan Shafira.

"Tak usah mengelak lagi mas. Aku sudah tahu semuanya. Tega sekali kamu mas? Tega sekali kamu membohongi aku?"

Satria mengernyitkan kening semakin tak paham.

"Shafira, aku berbohong apa padamu?"

"Semuanya. Kamu mengawali semuanya dengan kebohongan. Kamu tega mas? Kamu tak peduli dengan perasaanku mas?" teriak Shafira emosi tak terkontrol. 

Satria menghela nafas berat.

Dirinya tak menginginkan keributan seperti ini. Semua bisa dijelaskan secara baik baik, dengan kepala dingin, bukan dengan Emosi.

"Terserah padamu Shaf, aku sudah mengatakan secara jujur padamu?"

"Jujur apa? Atas perselingkuhan yang kamu lakukan?"

"Apa!?"

Flashback satu bulan lalu. 

"Ma, lihatlah siapa ini?" tanya Satria menyodorkan ponsel pada istrinya. Ponsel beralih di tangan Shafira, terlihat chat dari seseorang wanita dengan nomor baru. Dilihat detail profil WA, dimana seorang wanita berparas cantik sedang duduk di ayunan, memakai kacamata coklat dan tersenyum sangat manis.

Shafira menggeleng pelan, "maaf mas aku tak tahu."

Diulurkan kembali ponsel milik Satria.

"Siapa ya wanita ini? Kok kirim pesan cuma Assalamualaikum saja?" tanya Satria pada diri sendiri dan masih penasaran siapa sebenarnya wanita ini.

Shafira memandang mimik Satria membuatnya ingin tersenyum, "mas Satria, gimana kalau kamu balas saja chatnya, tanya siapa dia dan ada urusan apa?"

"Bener juga kamu sayang. Kenapa aku tak terpikirkan untuk membalas dan tanya langsung ya? hehe," kekeh Satria mulai mengetik beberapa kata, membalas pesan WA dari nomor baru tersebut.

Shafira kembali ke dapur untuk melanjutkan aktivitas dan tak menghiraukan lagi sang suami yang tengah asyik dengan ponsel pintarnya. Sementara Satria menunggu balasan chat WA sambil terus memandangi foto profil si wanita, berusaha mengingat ingat siapa wanita yang kini ditatap intens pada layar ponselnya.

"Bip."

Bunyi chat balasan dan Satria dengan cepat membuka pesan tersebut.

{Mas Satria, aku Thika. Apa kamu ingat aku mas? Maaf sebelumnya jika aku menghubungi mas Satria, aku sedang ada masalah dan tak tahu harus mengeluh kepada siapa lagi mas? Mbak Dina bercerita jika kamu menjadi Konselor saat ini jadi aku ingin meminta bantuanmu mas untuk memberiku saran dalam menyelesaikan masalahku saat ini. Apakah mas bisa membantuku?}

Ya, saat ini Satria menjabat sebagai Konselor yaitu profesi seseorang yang mendengarkan, berempati, menyemangati, dan membantu seseorang atau klien untuk menghadapi situasi sulit.

Terlibat dalam berbagai metode percakapan untuk mengidentifikasi tantangan atau masalah yang dihadapi oleh klien.

{Iya de, aku ingat kamu kok. Nanti kita atur pertemuan biar kamu bisa sharing kepadaku.}

Dua detik kemudian.

"Bip."

{Baik kalau begitu mas, aku tak sabar bertemu sama kamu mas, aku ingin menceritakan semuanya kepadamu.}

{Ya sudah sampai ketemu nanti.}

Satria mengakhiri dahulu chat dengan Thika.

'Thika.'

Pikiran Satria dilempar jauh pada memory bahagia saat dirinya bersama wanita yang pernah menjadi tambatan hati selama tujuh tahun itu.

Satria tersenyum bahagia mengingat masa masa indah tersebut. 

Entah mengapa Satria merasa kembali ke masa muda lagi, dimana rasa yang begitu menggebu gebu akan cinta kembali menyeruak di benaknya. Satria tak menyadari jika Shafira memandang tingkah aneh sang suami, terus tersenyum memandang profil Thika, cinta pertamanya.

Merasakan perilaku aneh sang suami dan tak seperti biasa, Shafira mendekat dan bertanya, "chat dari siapa mas?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status