Share

02. Awal pertemuan dengan Thika

"Chat dari siapa mas?" tanya Shafira penasaran dengan sikap sang suami.

Satria tak menanggapi, dia masih terus senyam senyum sendiri menatap layar pada benda pipih yang di pegang.

"Mas Satria?" bentak Shafira membuat Satria kaget.

"Ada apa?"

Shafira menggeleng, merasa heran karena Satria tak pernah mengabaikannya.

"Ah ini ma, dari teman lama. Aku tanya siapa dia dan sudah di balas kok. Dia dapat nomorku mungkin dari grup Smp."

"Siapa?"

"Dari Thika."

Shafira merasa asing dengan nama wanita yang dilontarkan Satria. Selama ini Satria selalu menceritakan tentang siapa klien dan teman lamanya.

Baru kali ini Satria mengatakan nama "Thika" membuatnya penasaran, teman lama seperti apa seorang Thika bagi Satria.

"Siapa Thika mas?"

"Thika itu teman lamaku ma. Dia menghubungiku karena ada masalah dan memintaku memberikan solusi."

Satria menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Jari lentiknya dengan lihai terus menekan nekan layar gawainya.

"Oh begitu."

Shafira hanya bisa menjawab simpel karena memang tak ada perasaan apapun di hatinya. Dia kembali memasak dan tak memikirkan percakapan yang baru saja terjadi.

Shafira tidak tahu Jika hal inilah yang menjadi awal mula penyebab terjadinya perselingkuhan pada sang suami.

Mereka makan bersama dengan tenang di dampingi kedua anaknya. Sungguh terlihat sangat harmonis. Orang yang melihatnya pasti iri melihat kebahagiaan Satria dan Shafira.

Kehidupan penuh kebahagiaan, tak pernah ada pertengkaran besar di dalam rumah tangga mereka. Itulah yang dilihat banyak orang luar padahal pertengkaran kecil sering terjadi karena Satria memang mudah marah dan jika sang suami marah, Shafira selalu merendah dan diam membuat masalah cepat terselesaikan.

Pertengkaran dalam rumah tangga adalah hal yang biasa terjadi, tergantung bagaimana kita menyikapi semua masalah yang datang.

"Jangan terlarut dalam masalah. Jika bisa, masalah besar dikecilkan dan masalah kecil dihilangkan".

Itulah ucapan Satria yang selalu diingat Shafira.

Esok hari.

Rutinitas pagi hari adalah menyiapkan sarapan untuk keluarga tercinta.

Shafira sudah bangun sejak pukul 04.00 pagi hari, masak dengan penuh cinta berharap sang suami betah tinggal di rumah dan kebutuhan gizi anak anaknya terpenuhi. Shafira sering mengikuti pengajian agama, sedikit banyak dia mengetahui tentang adab seorang istri sholehah terhadap suami.

Karena sejatinya kebahagiaan rumah tangga tercipta dari bagaimana kedua insan itu berkolaborasi memberi kebahagiaan, rasa nyaman dan komunikasi yang baik akan tumbuh ketentraman di dalam keluarga itu sendiri. Hal inilah yang dijadikan prinsip hidup berumah tangga oleh Shafira.

Satria biasa berangkat kerja siang hari ke Perusahaan. Dia menjadi salah satu konselor kepercayaan di Perusahaan terbesar di Jakarta namun dia tak terpaku pada Perusahaan tersebut. Lebih tepatnya Perusahaan tersebut membutuhkan jasanya hanya untuk konsultasi beberapa masalah Perusahaan.

Satria sering berada di rumah bersama anak dan istri.

"Mira, Mila, ayo kita sarapan?" ucap Shafira memanggil kedua anaknya.

Mereka datang dan duduk berdampingan.

"Ma, hari ini diantar sekolah siapa?"

Shafira memandang Mira yang bertanya dengan polosnya.

"Ya diantar Mama sayang," jawab Shafira sambil menyuguhkan sepiring nasi plus telur ceplok kesukaan Mira.

"Tapi Ma?" keluh Mira.

"Sssttt, sudah jangan bicara lagi dan makan."

'Aku kasihan sama Mama, perutnya sudah besar tapi harus mengantar jemput aku dan adik,' keluh Mira di dalam hatinya.

Mira kesal bukan main pada ayahnya yang masih tidur saat ini.

Seharusnya Satria yang mengantar mereka karena Shafira sedang hamil tua.

Meskipun sering di rumah, Satria tak pernah mengantar jemput sekolah anak anaknya. Shafira lah yang selalu mengantar jemput sekolah kedua anaknya. Dimana Anak pertama bernama Mira, kelas 6 SD. Anak kedua bernama Mila, TK B.

Semua dilakukan Shafira sendiri, mengantar jemput kedua anaknya meski dia sedang hamil tua.

Saat mengantar mengaji ke TPQ dengan jarak 2 kilometer dari rumah, Shafira dengan menahan sakit mengantar kedua anaknya

Hal itu dilakukan Shafira demi masa depan anak anaknya. Jika bukan dia lalu siapa yang melakukannya?

Mengingat sang suami yang kurang tanggap terhadap prioritas anak anaknya.

Jika bisa mengeluh, Shafira ingin sekali mengeluh namun dalam hidup ini, Shafira hanya ingin kebahagiaan di dalam rumah tangga sehingga dia rela mengalah dan mengorbankan diri menjadi wanita yang tangguh, tak mengeluh dan tegar.

******

"Mas, besok aku waktunya kontrol kandungan," ucap Shafira memulai pembicaraan saat duduk bersama di taman belakang. Mereka selalu meluangkan waktu untuk bersama, saling berbagi dan berkeluh kesah.

"Baiklah, besok aku akan mengantarmu ke Rumah Sakit. Aku juga ingin melihat bayi kita," jawab Satria antusias membuat Shafira sangat bahagia.

Satria memeluk penuh kasih sayang pada Shafira. Bisa dibilang Satria bukan lelaki yang romantis, tidak seperti lelaki umumnya namun Satria adalah suami yang peduli dan bertanggung jawab. Dan selama ini Satria memang penuh perhatian dan sayang pada Shafira.

Namun detik berikutnya, Satria mengucapkan kalimat yang membuat Shafira kecewa.

"Oh ya sayang, aku lupa jika besok aku ada acara halal bihalal sesama rekan sekolah SMP. Bagaimana ini?" ucap Satria merasa ragu dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

"Kami sudah sangat lama tak bertemu karena kondisi covid 19. Nah sekarang baru diadakan lagi jadi apa aku boleh menghadiri acara tersebut?"

Shafira berfikir sejenak.

"Apa tidak bisa ditunda mas?" keluh Shafira.

"Aku ingin mas mengantarku kali ini?" imbuhnya.

"Tapi aku harus hadir di acara ini sayang. Semua teman mas sudah menunggu selama dua tahun dan kami tak pernah bertemu," jawab Satria membuat Shafira begitu kecewa.

Andai bisa berkata, Shafira ingin sekali mengatakan jika dirinya melarang Satria dalam acara reuni dan mengantarnya pergi cek kandungan.

"Baiklah jika mas tidak bisa mengantar, aku akan berangkat sendiri besok."

Dengan berat hati Shafira membiarkan Satria pergi ke acara halal bihalal. 

Sebelumnya, selama pertemuan reuni dan moment temu lebaran, Shafira selalu di ajak Satria namun kali ini entah mengapa sang suami tak mengajaknya. Mungkin kehamilan delapan bulan yang dihadapi Shafira, atau mungkin juga ada hal lain yang Satria sembunyikan. Yang pasti, hanya Allah SWT yang tahu apa yang terjadi.

Rumah makan Smarapura Traditional Resto.

Satria kini berada di tempat yang menjadi titik temu acara halal bihalal dan reuni bersama teman temanya SMP. Memakai kaos hitam dipadu kemeja kotak kotak dengan celana jeans bersabuk army, sepatu putih dipadu padankan dengan warna topinya. Kacamata hitam dan sling bags menyempurnakan penampilan seorang Satria.

Dengan ragu, Satria berjalan menuju gazebo nomor 5.

Di sana terlihat ramai sekali, ada candaan dan tawa dari wajah wajah yang cukup familiar.

Senyum terukir di bibir tipis Satria saat tatapannya bertemu dengan wanita cantik dan anggun di usianya yang 34 tahun itu.

"Thika."

Thika menoleh pada Satria yang memanggilnya.

"Degh."

Degup jantung Satria berdetak kencang seperti mobil melaju kencang dan remnya tiba tiba blong.

"Mas Satria."

Thika mendekati Satria dan,..

"Brukh."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status