Beranda / Rumah Tangga / Perselingkuhan berkedok Iba / 03. Siapa sebenarnya Thika

Share

03. Siapa sebenarnya Thika

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-18 18:52:16

"Brukh."

Tiba tiba ada seorang wanita cantik memeluk tubuh Satria dengan air mata membasahi pipi mulusnya. Bukan memeluk, lebih tepatnya menabrakkan diri pada dada bidang Satria.

Satria hanya diam terpaku melihat sikap wanita cantik yang tak lain adalah mantan kekasihnya selama delapan tahun itu.

Alih alih menolak pelukan karena mereka bukan muhrim, Satria malah mengelus pundak si wanita, sesekali menepuk nepuk punggungnya.

"Menangislah sepuasnya jika itu bisa meringankan beban hidupmu Thika," lirih Satria.

Suara merdu dan sikap welcome dari Satria membuat Thika semakin mengeratkan pelukan dan menangis sepuasnya.

"Hiks."

"Hiks."

"Maaf. Maafkan aku Mas, aku sungguh bingung harus mengadu kemana lagi dan kepada siapa? hiks, hiks."

Thika menangis sesenggukan di pelukan Satria.

Semua sahabatnya ikut menangis haru melihat apa yang kini terjadi di depan mata.

Sahabat Satria terdiri dari sembilan laki laki dan mereka di dampingi istrinya masing masing. Sedangkan Satria sengaja datang sendirian dan Thika juga datang sendiri. Sungguh kebetulan yang benar benar mendukung suasana pertemuan mereka setelah dua belas tahun lamanya.

"Kamu sudah merasa tenang dek?" tanya Satria melihat sang mantan sudah berhenti menangis.

Satria dari dulu memanggil Thika dengan sebutan Adek sehingga saat bertemu pun masih memanggil adek.

Thika mengangguk dan Satria memapah tubuh lemas itu untuk duduk berkumpul bersama teman temannya.

"Bagaimana kabarmu Satria?" tanya teguh, salah satu sahabat yang paling dekat.

"Kabarku baik kok, alhamdulillah."

"Kamu ngilang kemana aja? aku mencarimu? Saat ini aku mengkoordinasikan semua untuk berkumpul bersama karena Thika yang memintanya," imbuh Sholeh.

"Thika telah menceritakan semuanya kepada kami dan,..."

Yuli berhenti berkata dan kembali menangis.

Satria memandang raut wajah para sahabatnya. Mereka terlihat lesu dan sembab membuat Satria menalar logikanya untuk berpikir keras, pasti masalah yang dihadapi Thika sangatlah rumit. Serumit apakah itu?

"Cerita padaku Thika, aku akan berusaha membantumu menyelesaikan masalah yang kamu hadapi dengan bijak dan sesuai kemampuanku," ucap Satria memandang penuh kasih pada wanita yang kini masih berlinang air mata tersebut.

"Mas, aku,.."

"Tidak apa apa, cerita semua kepada mas."

"Begini mas,.."

Flashback 2 tahun yang lalu.

Pov Thika.

Semua bermula dari kejadian Covid 19. Aku dan suamiku mempunyai bisnis restoran di Surabaya. Suamiku orang surabaya dan semenjak menikah aku dibawa ke Surabaya tahun 2008.

Sejak itulah aku putus kontak dengan mas Satria, kekasih yang aku tinggalkan tanpa aku memutus hubungan pacaranku dengannya.

Usia pernikahan dua belas tahun berjalan harus kandas di tengah jalan hanya karena suamiku bangkrut dari bisnis yang dikelola.

Tiada hari tanpa pertengkaran dan setiap bertengkar, suamiku selalu melakukan kdrt kepadaku.

Hidup kami semakin susah karena suamiku sibuk mabuk mabukan.

Karena aku selalu mengalami pertengkaran berujung kekerasan, aku memutuskan untuk berselingkuh dari suamiku. Sebenarnya aku ingin meminta cerai saja namun lagi lagi karena memikirkan kedua anak membuatku bertahan. Hanya bisa mencari kasih sayang dan kepuasan batin dari orang lain.

Namanya kehidupan, ada istilah "Take and Give" yang berarti "Memberi dan Menerima". Seorang yang memberiku perhatian kali ini adalah Wisnu. Dia lelaki kaya dan tampan, aku tidak tahu jika dia sudah beristri. Dia memberikan semua yang aku minta dari uang, biaya sekolah anakku dan perhatian penuh kasih sayang.

Aku dipuja bak ratu semalam olehnya dan membuatku melambung seolah dia lelaki yang tepat dari Sholeh. Namun dibalik semua itu dia meminta imbalan tubuhku. Dengan senang hati aku memberikan tubuhku karena aku juga merindukan bagaimana rasanya bercinta. Suamiku tak pernah menjamahku. Hal itu membuatku tanpa pikir panjang melakukan dosa zina ini.

6 bulan berjalan.

Aku masih berhubungan dengan Wisnu dan Suamiku masih sama, pulang mabuk dan melakukan kdrt kepadaku. Aku hanya ingin mengambil harta kekayaannya sehingga aku bertahan. Yang aku tahu Sholeh mempunyai banyak aset berupa tanah kavlingan yang diperjualbelikan. 

Aku ingin menjual semuanya dan setelah itu aku akan meminta cerai darinya.

Setidaknya itulah pikiranku selama ini dan aku harus bertahan.

 Ya, aku harus bertahan demi anak anakku. Memikirkan banyak hal untuk masa depan mereka.

Suatu hari ada satu kejadian memalukan di hidupku. 

"Brakh."

Meja Cafe tempatku duduk saat ini di gebrak oleh seorang wanita.

"Ada apa ya mbak?" tanyaku sopan.

"Plakh."

"Plakh."

Wanita itu menampar pipi kanan dan kiriku.

'Perih, ngilu, sakit dan sangat malu'. Itulah yang kurasakan saat ini namun aku berusaha setenang mungkin.

"Mbak, kenapa mbak menamparku?"

Aku kembali bertanya dengan sopan.

"Aaaakh."

Tiba tiba wanita itu menarik kuat rambutku membuatku merasakan sakit yang begitu hebat di ubun ubun.

"Dasar wanita j*l*ng, pel*k*r!"

"Kamu tanya apa salahmu hah?"

"Salahmu adalah merusak rumah tanggaku, kamu rayu suamiku, dasar wanita tak tahu diri kamu!"

"Aaauwh sakit mbak!" 

Aku meringis kesakitan namun dia semakin kuat menarik rambutku.

"Aku peringatkan kamu, jangan ganggu kehidupan rumah tanggaku!"

"Jika kamu masih melakukannya, aku tak segan segan memberitahukan kelakuan bejatmu pada anak anakmu!?"

"Brukh."

Wanita itu melepaskan tangannya dengan mendorongku hingga aku tersungkur ke meja, jus jeruk yang kupesan tumpah ruah di dadaku.

"Semuanya, lihatlah wanita ini, dia adalah pelakor. Pantes saja suamiku tega menghianatiku karena penampilannya saja seperti wanita panggilan!" teriak istri Wisnu kepada semua tamu yang hadir membuatku sangat malu.

Tumpahan jus jeruk membuat dadaku tercetak jelas. Aku merasa malu ditambah kata kata Hinaan yang terlontar.

Aku harus memutuskan hubunganku dengan Wisnu akibat kami ketahuan selingkuh oleh istrinya padahal aku sama sekali tak tahu jika Wisnu sudah beristri.

Penampilanku memang seperti ini, aku suka memakai tanktop dan celana jeans pendek. Rambut juga selalu aku cat warna, aku suka sekali mewarnainya. Dari dulu aku memang seperti ini. Aku tak pernah menyangka jika kali ini penampilanku menjadi petaka bagiku.

Aku kembali berselingkuh, kali ini aku bersama Akhtar, lelaki tampan, anak kuliahan. Bisa disebut berondong muda. Jika dari Wisnu aku bisa mendapatkan uang untuk menafkahi anak anakku berbeda dengan kekasihku saat ini. Aku hanya mendapatkan kebahagiaan jalan bareng, berbagi keluh kesahku dan kepuasan tambahan darinya.

Maklum saja, dia belum bekerja jadi tak bisa memberiku uang tapi selain itu aku merasa bahagia, melupakan masalah rumah tangga yang kini menimpaku.

Enam bulan kami bersama, melakukan hubungan layaknya suami istri. Dia juga akrab dengan anak anakku karena suamiku jarang pulang jadi dia bebas main ke rumah.

Tak ada yang curiga jika dia main kerumah. Mungkin karena usianya yang masih muda dan lebih pantas menjadi kekasih anakku. Terlebih lagi, saya tinggal di perumahan jadi rasa solidaritas sesama tetangga benar-benar telah hilang.

Buktinya saya yang mengalami kdrt setiap hari dan berteriak minta tolong saja, tak ada satu warga yang datang melerai dan membantuku.

Suatu hari,

Saat aku pulang dari acara arisan bersama teman temanku, aku mendengar suara desahan orang bergumul dari dalam kamar putriku.

Siapakah itu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perselingkuhan berkedok Iba   74. Janji setia

    "Kenapa buru buru? Tidak mau mampir dulu?" sapa Satria yang kini sudah berada di belakang Shafira."Mas Satria?"Shafira kaget bukan main mendengar suara bariton sang suami, segera mendekat dan menjelaskan situasi saat ini. "Mas, aku bisa jelaskan bagaima–""Tidak perlu kamu jelaskan, aku sudah mengerti. Sekarang kamu masuk dan tidurkan Maya," potong Satria sambil menatap Maya yang terlelap di gendongan ibunya."Baik."Shafira melipir ke dalam rumah tanpa berpamitan pada Zico. Dia sungguh takut terjadi hal yang tidak diinginkan karena salah paham. Tak langsung masuk kamar, melainkan mondar mandir di belakang pintu sambil sesekali mengintip Zico dan suaminya. "Sedang apa kamu?"Shahira terjengkang, reflek menoleh ke belakang. "I–ibu."Aini mendekat dan mengelus pelan tangan Maya, "aduh kasihan cucu nenek. Seharian diajak keluar, panas panas gini. Cepat tidurin Maya, badannya pasti sakit semua karena kamu gendong terus."Shafira mengangguk, merasa lega karena ibu mertuanya itu hanya fok

  • Perselingkuhan berkedok Iba   73. Zico dan Shafira

    "Biar Mila, aku yang gendong," ucap seseorang."Kamu …. Zico?"Ya lelaki itu adalah Zico, sahabat Shafira Zico mendekati Shafira dengan langkah ragu. Dia memperhatikan wanita itu yang tengah menggendong bayi di satu tangan dan anak yang lebih tua berpegangan di tangan lainnya. Matanya yang sayu tidak bisa berpaling dari sosok yang dulu pernah dia impikan sebagai pendamping hidupnya."Shafira, kamu terlihat baik," kata Zico, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggurita di dadanya.Shafira menoleh, terkejut namun segera menyusun raut wajahnya menjadi senyum sopan. "Oh, iya Zico. Terima kasih sudah peduli. Kamu, apa kabar?" tanya Shafira, suaranya terdengar lelah namun tetap hangat."Aku baik.""Em, mengapa kamu ada di Jakarta? Bukannya kamu ….""Aku sedang berlibur.""Owh," ucap Shafira sambil mengangguk mengerti dan tersenyum manis.Di balik senyumnya, Zico merasakan pahit. Dia tahu, sebagian dari dirinya iri melihat Shafira yang tampak begitu kuat dan tegar, meski kehidupannya p

  • Perselingkuhan berkedok Iba   72. Siapakah yang datang?

    Aini berdiri tegak dengan tatapan tajam, memancarkan emosi tak terkendali. Ia menatap Shafira dengan pandangan yang menyiratkan kesal dan kecewa. "Shafira, bagaimana kau bisa begitu percaya pada Iva? Kau tahu betul dia hanya akan datang jika membutuhkan sesuatu dari keluarga kita. Sekarang lihatlah kondisi Maya, panas badannya sangat tinggi, dan kau masih saja tidak berangkat ke rumah sakit! Apa kau tidak sayang pada cucuku?"Shafira terdiam, tampak menahan tangis. Ia mencoba menjelaskan, "Tapi Bu... Iva bilang dia akan membantu..."Aini memotong perkataan Shafira dengan suara keras, "Cukup! Jangan sebut-sebut nama Iva lagi! Aku tidak ingin mendengarnya! Sekarang, kau segera bawa Maya ke rumah sakit. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi pastikan dia segera mendapatkan perawatan yang layak."Shafira ingin sekali marah dan berontak. Bagaimana tidak, hanya itu selalu menyalahkan dirinya, tidak mau menyalakan anaknya, Satria. Mestinya seorang ibu akan menyuruh anaknya mengantar sang m

  • Perselingkuhan berkedok Iba   71. Sakitnya anak, hanya Ibu yang tahu

    Iva menjawab panggilan dengan pelan, "Halo Mbak Safira, ada apa apa?""Va, kamu baik-baik saja kan?""Iya, aku baik."Ahmad mengambil alih ponsel Iva dan menekan tombol speaker."Syukurlah jika kamu baik-baik saja, Va. Aku takut jika Ahmad menghajarmu lagi."Ahmad melotot tajam pada Iva."Tidak kok, mbak. Dia sudah tidur."“Ya sudah kalau begitu. Oh ya Va, mengenai Mas Satria yang tak mau menemui kamu, aku benar-benar minta maaf ya, Va."Ahmad semakin geram, tangannya mengepal erat. Semua pertanyaan yang ditujukan pada Iva, terjawab sudah. Segera disahut ponsel, dimatikan panggilan dan dibanting keras ke kasur. Untung saja tidak ke lantai.Iva hanya bisa melihat semuanya dengan mata sembab, air mata sudah kembali menetes dari sudut matanya.Srekh.Bugh.Bugh.Ahmad kembali melakukan KDRT pada Iva dan parahnya Iva menerima dengan lapang.Baginya, sudah cukup dia berusaha keluar dari masalah dengan meminta bantuan pada orang lain. Pada kenyataannya dia akan kembali ke rumah kontrakan in

  • Perselingkuhan berkedok Iba   70. Ternyata sama saja

    Iva terdiam mendengar ucapan Shafira, menimang nimang kembali keputusannya. "Aku yakin Mbak, Ahmad gak akan berani memukulku. Mbak Shafira tenang saja. Jika dia memukulku, aku akan melawannya."Shafira tersenyum dan berkata, "bagus itu, kamu harus berani menentang hal yang salah. Jangan biarkan Ahmad terus menindasmu." Dipeluk erat adik yang menjadi teman suka dan duka Shafira selama ini.Iva pergi dengan was was menuju rumah kontrakan. Disana Ahmad sudah menunggu. "Dari mana kamu?"Shafira terdiam sesaat, langkahnya dipercepat masuk kamar. Jika biasanya Iva akan bersalaman dan mencium punggung tangan Ahmad, kali ini tidak dilakukan. Ada rasa nyeri menyelubungi hatinya "Va, jawab pertanyaanku? Apa susahnya menjawabnya? Jangan membuat aku marah," ucap Ahmad sambil berlari mengejar Iva. Hampir saja pintu ditutup namun Ahmad sempat menggapai pinggiran pintu."Aku mau istirahat Mas.""Jawab dulu pertanyaanku." Melihat Iva terdiam, Ahmad tahu darimana istrinya itu pergi. "Kamu dari rumah

  • Perselingkuhan berkedok Iba   69. KDRT

    Shafira terduduk di kursi dengan malas sambil memegang secangkir teh hangat, pandangannya kosong menatap jendela rumah yang terbuka lebar. Dalam lamunan, ia teringat akan memori indah bersama almarhumah ibunya, membuat wingko babat dengan resep ibunya. Hasil eksekusi pertama waktu digigit seperti batu, alotnya minta ampun.Setelah diteliti lagi, ternyata adonan tidak diberi air sehingga tekstur menjadi keras seperti batu. Mungkin saat itu sang ibu sudah pikun padahal usianya enam puluh sembilan tahun. Mereka tertawa bersama mengingat Adonan yang kekurangan air seperti mereka yang kekurangan cairan, butuh Aqua.Shafira tersenyum kecil, mengenang saat-saat bahagia ketika sang ibu masih ada di sisinya.Namun, lamunan Shafira harus terhenti saat Mira, putri sulungnya, memanggil namanya, "Ma, mama" dan menggoyangkan tubuhnya pelan. "Ada apa, sayang?" tanya Shafira dengan suara lembut, berusaha menyembunyikan kesedihan yang tengah menghampirinya."Mama melamun, ya?" tanya Mira dengan polos

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status