Share

04. Kepergok bercinta

Desahan yang begitu keras dan sepertinya aku tak asing dengan suara si lelaki membuatku tak tahan lagi dan membuka pintu kamar anakku.

"Angel!?"

Aku sungguh syok melihat apa yang terjadi saat ini.

"Dan kamu!?"

Lebih syok lagi saat mataku bersirobok dengan lelaki yang baru saja menoleh padaku.

Ya, Anakku bergumul dengan lelaki yang kukenal.

Akhtar dan Angel sungguh terkejut melihatku.

"Kalian!?"

Aku mundur selangkah dan menabrak pintu kamar. Rasanya sangat sakit melihat orang yang aku cintai melakukan hubungan terlarang dengan wanita lain. 

Dan wanita itu tak lain adalah anakku sendiri, Angel. Sungguh aku tak percaya dan tak pernah membayangkan jika Akhtar tega melakukan hal ini.

"Cepat pakai baju kalian!"

"Ayo kita bicara di ruang tamu!?" ucapku bergetar.

Hampir sepuluh menit mereka baru keluar kamar dan duduk berjajar di sofa panjang.

"Sudah berapa kali kalian melakukannya?" tanyaku memandang nanar Angel.

Aku pikir anakku itu akan takut kepadaku namun nyatanya tidak sna sekali.

"Tiga kali," jawabnya enteng membuatku terpancing emosi.

"Apa benar itu Akhtar?" teriakku pada lelaki yang menyandang gelar kekasihku itu.

Akhtar yang semula menunduk jadi memandangku dengan rasa ketakutan yang begitu besar.

"I- iya Tante."

"Tante?"

Aku mengulang kata Akhtar membuatku segera sadar bahwa aku memang sudah tua dan seharusnya memang di panggil tante olehnya.

Tatapanku beralih pada Angel.

"Apa kamu tidak tahu jika Akhtar ini kekasih mama?"

Angel menatapku tajam. 

"Aku tahu. Mama mengenalkannya padaku."

"Lalu?"

"Lalu kenapa kamu bermain di belakang mama?" teriakku marah.

Angel berdiri, menudingku dan berkata, "karena mama bermain di belakang papa?" 

"Jika tidak suka kenapa tak bercerai saja? Kenapa malah menjadi pelakor dan berselingkuh?" imbuh Angel.

Dirinya sungguh muak melihat sang ibu yang memberikan contoh tak baik kepada anak anaknya.

Bukanlah seorang ibu harus menjadi suri tauladan kepada anak anak bukannya memberi contoh buruk pada mereka?

Dan ucapan Angel sukses menampar batinku, ibu macam apa yang mengajari sang anak masuk jurang kenistaan? sampai melakukan dosa Zina? Sungguh aku sangat malu dengan diriku saat ini.

Aku yang semula berdiri dengan berkacak pinggang kini terduduk lemas, tak bisa berkata apa apa.

Hingga Sholeh, suamiku pulang dengan badan yang tak terurus, rambut acak acakan dan berjalan sempoyongan.

"Ada apa ini, kenapa rame rame?" 

Aku diam, bersiap jika anakku Angel memberitahukan semuanya kepada suamiku.

"Tidak ada apa- apa Pa, aku cuma mau mengenalkan, dia adalah Akhtar kekasihku," ucap Angel sambil melirik Akhtar sekilas.

"Sejak kapan kalian bertemu dan pacaran?" telisik Sholeh karena merasa Angel tak pernah keluar dengan anak cowok.

Angel tersenyum menggaet lengan Akhtar.

"Baru dua bulan Pa tapi Angel sudah nyaman dengan Akhtar dan ingin papa menikahkan kami." 

"Benarkah itu Akhtar?"

Akhtar memandang Angel lalu memandangku sayu seolah meminta bantuan dariku namun seketika rasa ini sudah lenyap dan tak peduli lagi padanya.

"Iya om."

Bagai disambar petir di siang bolong, jawaban Akhtar sungguh membuatku kecewa. Jika Sholeh merestui pernikahan ini akan terasa sangat lucu dimana "kekasih menjadi menantu".

Tapi aku bisa apa?

"Baiklah, aku merestui kalian dan segera kita nikahkan Angel dan Akhtar, bukankah begitu ma?" tanya suami membuat aku gelagapan.

"I- iya pa!"

Aku menerima keputusan suamiku meski aku berat menerimanya.

Setelah kejadian ini aku menjalani kehidupan dengan hampa.

Aku telah selingkuh dengan dua lelaki yang berhasil merebut hatiku.

Sendirian lagi membuat aku tak nyaman, aku mulai mencari laki- laki yang bisa membuatku nyaman.

Kali ini aku bertemu dengan seorang lelaki bernama Johan melalui sosial media. Merasa nyaman dan sesuai karakter yang ku suka, kami memutuskan untuk bertemu di sebuah restoran terkenal di Surabaya.

Pada pandangan pertama aku langsung jatuh hati kepadanya. Ternyata Johan juga merasakan hal yang sama denganku. 

Tiga bulan berlalu, kami terus berhubungan melalui situs W******p.

Selama suamiku jarang pulang, selama itu pula aku tidak pernah merasakan hangatnya belaian suamiku. Aku merasa kesepian dan mencari kebahagiaan itu dari orang lain. Hal itu aku dapatkan dari Johan mesti hanya dari melalui W******p.

Malam hari.

{Bagaimana jika Malam ini kita ketemuan di cafe kemarin?}

Chat dari Johan membuatku tersenyum sendiri. Dia begitu perhatian meski kita tak bertemu, Johan selalu mentransfer sejumlah uang ke rekeningku. Bisa aku pastikan dia lelaki yang kaya.

{Aku lagi malas keluar rumah, suamiku belum pulang, anak- anakku lagi kerja kelompok dan hang out.}

Hening disana membuatku merasa tak nyaman.

{Oh gitu ya, bagaimana kalau aku bermain ke rumah kamu saja?}

{Em, boleh. Tapi kamu kan tidak tahu rumah aku?}

{Share lock aja, nanti aku kesana lihat gps. Oke!?}

{Baiklah, aku kirim alamat rumahku.}

Chat berakhir.

Aku mengirim lokasi pada Johan.

Setelah satu jam lamanya, ada mobil  panther di depan rumah. Aku intip dari jendela rumahku. Seseorang keluar dari mobil hitam mengkilap tersebut.

Siapakah dia?

Ya lelaki tampan yang ku kenal lewat sosial media itu datang mendekat, hampir menekan bel rumah, untungnya aku langsung membuka pintu rumahku.

"Johan!?"

"Thika!?"

Aku segera menariknya masuk dan mengunci pintu.

"Maaf mas jika aku menarik paksa dirimu."

"Duduk dulu mas," ajakku.

Bukannya duduk, Johan malah mendekat dan mendorong tubuhku ke dinding.

Detik berikutnya,..

Hal yang sama- sama kami inginkan pun terjadi.

Awalnya aku begitu menikmati setiap sentuhan Johan namun lama- kelamaan aku baru sadar jika Johan adalah lelaki hyp*rs*ks yang pernah aku temui.

Dia terus menghajar tanpa kenal lelah bahkan menampar dan mencambuk tubuhku dengan kejam.

"Kamu pikir aku akan memberi 50 juta secara cuma- cuma, hah!?"

"Plakh."

"Aku beri kamu uang dan kamu harus memuaskan diriku!"

"Plakh."

Umpatan demi umpatan terus dilontarkan Johan sambil terus menyiksa dan menamparku.

"Aaakh."

Rambutku ditarik kuat sampai beberapa helai jatuh tersangkut di tangannya.

Johan menggila dan tak terkendali sampai merasa puas.

"Ceklek!"

"Ceklek!"

Tiba- tiba pintu yang terkunci dibuka dan seorang masuk tergesa.

"Thika?"

Teriak seseorang yang begitu kukenal. Ya kami kepergok oleh suamiku.

Seperti digerebek polisi saja, aku segera memakai pakaian begitu juga Johan. Belum selesai kami berpakaian, tiba- tiba Sholeh berjalan mendekat dan,..

"Bugh."

"Bugh."

"Mas jangan mas?"

Aku mencoba melerai Sholeh, menariknya ke pelukanku membuat Johan segera memakai baju dan lari masuk mobil. Dengan cepat mobil hitam itu melesat jauh menghilang dari pandangan mata.

Tinggal aku dan mas Sholeh di dalam rumah.

Merasa dikhianati, akupun didorong hingga tersungkur.

"Brukh."

"Plakh."

"Plakh."

"Aaakh."

Sholeh kembali menghajarku dengan kejam. Rasanya tubuhku remuk semua, setelah disiksa Johan, aku di hajar Sholeh, suamiku.

Puas menghajarku, Sholeh mengucapkan kalimat yang begitu sakit di telingaku.

"Mulai detik ini kita berpisah. Aku mentalakmu Thika," ucap Sholeh lantang.

"Mas, jangan talak aku mas, aku mohon?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status