Share

04. Kepergok bercinta

Author: ZuniaZuny
last update Last Updated: 2023-07-18 19:06:09

Desahan yang begitu keras dan sepertinya aku tak asing dengan suara si lelaki membuatku tak tahan lagi dan membuka pintu kamar anakku.

"Angel!?"

Aku sungguh syok melihat apa yang terjadi saat ini.

"Dan kamu!?"

Lebih syok lagi saat mataku bersirobok dengan lelaki yang baru saja menoleh padaku.

Ya, Anakku bergumul dengan lelaki yang kukenal.

Akhtar dan Angel sungguh terkejut melihatku.

"Kalian!?"

Aku mundur selangkah dan menabrak pintu kamar. Rasanya sangat sakit melihat orang yang aku cintai melakukan hubungan terlarang dengan wanita lain. 

Dan wanita itu tak lain adalah anakku sendiri, Angel. Sungguh aku tak percaya dan tak pernah membayangkan jika Akhtar tega melakukan hal ini.

"Cepat pakai baju kalian!"

"Ayo kita bicara di ruang tamu!?" ucapku bergetar.

Hampir sepuluh menit mereka baru keluar kamar dan duduk berjajar di sofa panjang.

"Sudah berapa kali kalian melakukannya?" tanyaku memandang nanar Angel.

Aku pikir anakku itu akan takut kepadaku namun nyatanya tidak sna sekali.

"Tiga kali," jawabnya enteng membuatku terpancing emosi.

"Apa benar itu Akhtar?" teriakku pada lelaki yang menyandang gelar kekasihku itu.

Akhtar yang semula menunduk jadi memandangku dengan rasa ketakutan yang begitu besar.

"I- iya Tante."

"Tante?"

Aku mengulang kata Akhtar membuatku segera sadar bahwa aku memang sudah tua dan seharusnya memang di panggil tante olehnya.

Tatapanku beralih pada Angel.

"Apa kamu tidak tahu jika Akhtar ini kekasih mama?"

Angel menatapku tajam. 

"Aku tahu. Mama mengenalkannya padaku."

"Lalu?"

"Lalu kenapa kamu bermain di belakang mama?" teriakku marah.

Angel berdiri, menudingku dan berkata, "karena mama bermain di belakang papa?" 

"Jika tidak suka kenapa tak bercerai saja? Kenapa malah menjadi pelakor dan berselingkuh?" imbuh Angel.

Dirinya sungguh muak melihat sang ibu yang memberikan contoh tak baik kepada anak anaknya.

Bukanlah seorang ibu harus menjadi suri tauladan kepada anak anak bukannya memberi contoh buruk pada mereka?

Dan ucapan Angel sukses menampar batinku, ibu macam apa yang mengajari sang anak masuk jurang kenistaan? sampai melakukan dosa Zina? Sungguh aku sangat malu dengan diriku saat ini.

Aku yang semula berdiri dengan berkacak pinggang kini terduduk lemas, tak bisa berkata apa apa.

Hingga Sholeh, suamiku pulang dengan badan yang tak terurus, rambut acak acakan dan berjalan sempoyongan.

"Ada apa ini, kenapa rame rame?" 

Aku diam, bersiap jika anakku Angel memberitahukan semuanya kepada suamiku.

"Tidak ada apa- apa Pa, aku cuma mau mengenalkan, dia adalah Akhtar kekasihku," ucap Angel sambil melirik Akhtar sekilas.

"Sejak kapan kalian bertemu dan pacaran?" telisik Sholeh karena merasa Angel tak pernah keluar dengan anak cowok.

Angel tersenyum menggaet lengan Akhtar.

"Baru dua bulan Pa tapi Angel sudah nyaman dengan Akhtar dan ingin papa menikahkan kami." 

"Benarkah itu Akhtar?"

Akhtar memandang Angel lalu memandangku sayu seolah meminta bantuan dariku namun seketika rasa ini sudah lenyap dan tak peduli lagi padanya.

"Iya om."

Bagai disambar petir di siang bolong, jawaban Akhtar sungguh membuatku kecewa. Jika Sholeh merestui pernikahan ini akan terasa sangat lucu dimana "kekasih menjadi menantu".

Tapi aku bisa apa?

"Baiklah, aku merestui kalian dan segera kita nikahkan Angel dan Akhtar, bukankah begitu ma?" tanya suami membuat aku gelagapan.

"I- iya pa!"

Aku menerima keputusan suamiku meski aku berat menerimanya.

Setelah kejadian ini aku menjalani kehidupan dengan hampa.

Aku telah selingkuh dengan dua lelaki yang berhasil merebut hatiku.

Sendirian lagi membuat aku tak nyaman, aku mulai mencari laki- laki yang bisa membuatku nyaman.

Kali ini aku bertemu dengan seorang lelaki bernama Johan melalui sosial media. Merasa nyaman dan sesuai karakter yang ku suka, kami memutuskan untuk bertemu di sebuah restoran terkenal di Surabaya.

Pada pandangan pertama aku langsung jatuh hati kepadanya. Ternyata Johan juga merasakan hal yang sama denganku. 

Tiga bulan berlalu, kami terus berhubungan melalui situs W******p.

Selama suamiku jarang pulang, selama itu pula aku tidak pernah merasakan hangatnya belaian suamiku. Aku merasa kesepian dan mencari kebahagiaan itu dari orang lain. Hal itu aku dapatkan dari Johan mesti hanya dari melalui W******p.

Malam hari.

{Bagaimana jika Malam ini kita ketemuan di cafe kemarin?}

Chat dari Johan membuatku tersenyum sendiri. Dia begitu perhatian meski kita tak bertemu, Johan selalu mentransfer sejumlah uang ke rekeningku. Bisa aku pastikan dia lelaki yang kaya.

{Aku lagi malas keluar rumah, suamiku belum pulang, anak- anakku lagi kerja kelompok dan hang out.}

Hening disana membuatku merasa tak nyaman.

{Oh gitu ya, bagaimana kalau aku bermain ke rumah kamu saja?}

{Em, boleh. Tapi kamu kan tidak tahu rumah aku?}

{Share lock aja, nanti aku kesana lihat gps. Oke!?}

{Baiklah, aku kirim alamat rumahku.}

Chat berakhir.

Aku mengirim lokasi pada Johan.

Setelah satu jam lamanya, ada mobil  panther di depan rumah. Aku intip dari jendela rumahku. Seseorang keluar dari mobil hitam mengkilap tersebut.

Siapakah dia?

Ya lelaki tampan yang ku kenal lewat sosial media itu datang mendekat, hampir menekan bel rumah, untungnya aku langsung membuka pintu rumahku.

"Johan!?"

"Thika!?"

Aku segera menariknya masuk dan mengunci pintu.

"Maaf mas jika aku menarik paksa dirimu."

"Duduk dulu mas," ajakku.

Bukannya duduk, Johan malah mendekat dan mendorong tubuhku ke dinding.

Detik berikutnya,..

Hal yang sama- sama kami inginkan pun terjadi.

Awalnya aku begitu menikmati setiap sentuhan Johan namun lama- kelamaan aku baru sadar jika Johan adalah lelaki hyp*rs*ks yang pernah aku temui.

Dia terus menghajar tanpa kenal lelah bahkan menampar dan mencambuk tubuhku dengan kejam.

"Kamu pikir aku akan memberi 50 juta secara cuma- cuma, hah!?"

"Plakh."

"Aku beri kamu uang dan kamu harus memuaskan diriku!"

"Plakh."

Umpatan demi umpatan terus dilontarkan Johan sambil terus menyiksa dan menamparku.

"Aaakh."

Rambutku ditarik kuat sampai beberapa helai jatuh tersangkut di tangannya.

Johan menggila dan tak terkendali sampai merasa puas.

"Ceklek!"

"Ceklek!"

Tiba- tiba pintu yang terkunci dibuka dan seorang masuk tergesa.

"Thika?"

Teriak seseorang yang begitu kukenal. Ya kami kepergok oleh suamiku.

Seperti digerebek polisi saja, aku segera memakai pakaian begitu juga Johan. Belum selesai kami berpakaian, tiba- tiba Sholeh berjalan mendekat dan,..

"Bugh."

"Bugh."

"Mas jangan mas?"

Aku mencoba melerai Sholeh, menariknya ke pelukanku membuat Johan segera memakai baju dan lari masuk mobil. Dengan cepat mobil hitam itu melesat jauh menghilang dari pandangan mata.

Tinggal aku dan mas Sholeh di dalam rumah.

Merasa dikhianati, akupun didorong hingga tersungkur.

"Brukh."

"Plakh."

"Plakh."

"Aaakh."

Sholeh kembali menghajarku dengan kejam. Rasanya tubuhku remuk semua, setelah disiksa Johan, aku di hajar Sholeh, suamiku.

Puas menghajarku, Sholeh mengucapkan kalimat yang begitu sakit di telingaku.

"Mulai detik ini kita berpisah. Aku mentalakmu Thika," ucap Sholeh lantang.

"Mas, jangan talak aku mas, aku mohon?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perselingkuhan berkedok Iba   74. Janji setia

    "Kenapa buru buru? Tidak mau mampir dulu?" sapa Satria yang kini sudah berada di belakang Shafira."Mas Satria?"Shafira kaget bukan main mendengar suara bariton sang suami, segera mendekat dan menjelaskan situasi saat ini. "Mas, aku bisa jelaskan bagaima–""Tidak perlu kamu jelaskan, aku sudah mengerti. Sekarang kamu masuk dan tidurkan Maya," potong Satria sambil menatap Maya yang terlelap di gendongan ibunya."Baik."Shafira melipir ke dalam rumah tanpa berpamitan pada Zico. Dia sungguh takut terjadi hal yang tidak diinginkan karena salah paham. Tak langsung masuk kamar, melainkan mondar mandir di belakang pintu sambil sesekali mengintip Zico dan suaminya. "Sedang apa kamu?"Shahira terjengkang, reflek menoleh ke belakang. "I–ibu."Aini mendekat dan mengelus pelan tangan Maya, "aduh kasihan cucu nenek. Seharian diajak keluar, panas panas gini. Cepat tidurin Maya, badannya pasti sakit semua karena kamu gendong terus."Shafira mengangguk, merasa lega karena ibu mertuanya itu hanya fok

  • Perselingkuhan berkedok Iba   73. Zico dan Shafira

    "Biar Mila, aku yang gendong," ucap seseorang."Kamu …. Zico?"Ya lelaki itu adalah Zico, sahabat Shafira Zico mendekati Shafira dengan langkah ragu. Dia memperhatikan wanita itu yang tengah menggendong bayi di satu tangan dan anak yang lebih tua berpegangan di tangan lainnya. Matanya yang sayu tidak bisa berpaling dari sosok yang dulu pernah dia impikan sebagai pendamping hidupnya."Shafira, kamu terlihat baik," kata Zico, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggurita di dadanya.Shafira menoleh, terkejut namun segera menyusun raut wajahnya menjadi senyum sopan. "Oh, iya Zico. Terima kasih sudah peduli. Kamu, apa kabar?" tanya Shafira, suaranya terdengar lelah namun tetap hangat."Aku baik.""Em, mengapa kamu ada di Jakarta? Bukannya kamu ….""Aku sedang berlibur.""Owh," ucap Shafira sambil mengangguk mengerti dan tersenyum manis.Di balik senyumnya, Zico merasakan pahit. Dia tahu, sebagian dari dirinya iri melihat Shafira yang tampak begitu kuat dan tegar, meski kehidupannya p

  • Perselingkuhan berkedok Iba   72. Siapakah yang datang?

    Aini berdiri tegak dengan tatapan tajam, memancarkan emosi tak terkendali. Ia menatap Shafira dengan pandangan yang menyiratkan kesal dan kecewa. "Shafira, bagaimana kau bisa begitu percaya pada Iva? Kau tahu betul dia hanya akan datang jika membutuhkan sesuatu dari keluarga kita. Sekarang lihatlah kondisi Maya, panas badannya sangat tinggi, dan kau masih saja tidak berangkat ke rumah sakit! Apa kau tidak sayang pada cucuku?"Shafira terdiam, tampak menahan tangis. Ia mencoba menjelaskan, "Tapi Bu... Iva bilang dia akan membantu..."Aini memotong perkataan Shafira dengan suara keras, "Cukup! Jangan sebut-sebut nama Iva lagi! Aku tidak ingin mendengarnya! Sekarang, kau segera bawa Maya ke rumah sakit. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi pastikan dia segera mendapatkan perawatan yang layak."Shafira ingin sekali marah dan berontak. Bagaimana tidak, hanya itu selalu menyalahkan dirinya, tidak mau menyalakan anaknya, Satria. Mestinya seorang ibu akan menyuruh anaknya mengantar sang m

  • Perselingkuhan berkedok Iba   71. Sakitnya anak, hanya Ibu yang tahu

    Iva menjawab panggilan dengan pelan, "Halo Mbak Safira, ada apa apa?""Va, kamu baik-baik saja kan?""Iya, aku baik."Ahmad mengambil alih ponsel Iva dan menekan tombol speaker."Syukurlah jika kamu baik-baik saja, Va. Aku takut jika Ahmad menghajarmu lagi."Ahmad melotot tajam pada Iva."Tidak kok, mbak. Dia sudah tidur."“Ya sudah kalau begitu. Oh ya Va, mengenai Mas Satria yang tak mau menemui kamu, aku benar-benar minta maaf ya, Va."Ahmad semakin geram, tangannya mengepal erat. Semua pertanyaan yang ditujukan pada Iva, terjawab sudah. Segera disahut ponsel, dimatikan panggilan dan dibanting keras ke kasur. Untung saja tidak ke lantai.Iva hanya bisa melihat semuanya dengan mata sembab, air mata sudah kembali menetes dari sudut matanya.Srekh.Bugh.Bugh.Ahmad kembali melakukan KDRT pada Iva dan parahnya Iva menerima dengan lapang.Baginya, sudah cukup dia berusaha keluar dari masalah dengan meminta bantuan pada orang lain. Pada kenyataannya dia akan kembali ke rumah kontrakan in

  • Perselingkuhan berkedok Iba   70. Ternyata sama saja

    Iva terdiam mendengar ucapan Shafira, menimang nimang kembali keputusannya. "Aku yakin Mbak, Ahmad gak akan berani memukulku. Mbak Shafira tenang saja. Jika dia memukulku, aku akan melawannya."Shafira tersenyum dan berkata, "bagus itu, kamu harus berani menentang hal yang salah. Jangan biarkan Ahmad terus menindasmu." Dipeluk erat adik yang menjadi teman suka dan duka Shafira selama ini.Iva pergi dengan was was menuju rumah kontrakan. Disana Ahmad sudah menunggu. "Dari mana kamu?"Shafira terdiam sesaat, langkahnya dipercepat masuk kamar. Jika biasanya Iva akan bersalaman dan mencium punggung tangan Ahmad, kali ini tidak dilakukan. Ada rasa nyeri menyelubungi hatinya "Va, jawab pertanyaanku? Apa susahnya menjawabnya? Jangan membuat aku marah," ucap Ahmad sambil berlari mengejar Iva. Hampir saja pintu ditutup namun Ahmad sempat menggapai pinggiran pintu."Aku mau istirahat Mas.""Jawab dulu pertanyaanku." Melihat Iva terdiam, Ahmad tahu darimana istrinya itu pergi. "Kamu dari rumah

  • Perselingkuhan berkedok Iba   69. KDRT

    Shafira terduduk di kursi dengan malas sambil memegang secangkir teh hangat, pandangannya kosong menatap jendela rumah yang terbuka lebar. Dalam lamunan, ia teringat akan memori indah bersama almarhumah ibunya, membuat wingko babat dengan resep ibunya. Hasil eksekusi pertama waktu digigit seperti batu, alotnya minta ampun.Setelah diteliti lagi, ternyata adonan tidak diberi air sehingga tekstur menjadi keras seperti batu. Mungkin saat itu sang ibu sudah pikun padahal usianya enam puluh sembilan tahun. Mereka tertawa bersama mengingat Adonan yang kekurangan air seperti mereka yang kekurangan cairan, butuh Aqua.Shafira tersenyum kecil, mengenang saat-saat bahagia ketika sang ibu masih ada di sisinya.Namun, lamunan Shafira harus terhenti saat Mira, putri sulungnya, memanggil namanya, "Ma, mama" dan menggoyangkan tubuhnya pelan. "Ada apa, sayang?" tanya Shafira dengan suara lembut, berusaha menyembunyikan kesedihan yang tengah menghampirinya."Mama melamun, ya?" tanya Mira dengan polos

  • Perselingkuhan berkedok Iba   68. Minta uang pengadaian

    Shafira menatap Aini, mertuanya, dengan kecewa mendalam ketika mendengar ucapan wanita itu. "Kamu harus menjual apa saja yang kamu miliki!"Shafira merasa bingung dan tidak mengerti apa maksud di balik kata- kata itu.Sampai malam larut, Shafira terjaga di kamarnya, berpikir keras tentang apa yang bisa dijual untuk memenuhi permintaan Aini. Pilihan jatuh pada gelang emas seberat lima gram yang pernah diberikan Satria, sebagai hadiah saat mereka merayakan ulang tahun pernikahan pertama. Meskipun berat hati, Shafira memutuskan untuk membawa gelang tersebut ke pegadaian demi menjaga keharmonisan keluarga.Keesokan harinya.Di pegadaian, Shafira menghadapi perdebatan sengit dengan pemilik pegadaian yang awalnya menawarkan harga jauh dibawah nilai gelang tersebut. "Maaf Bu, saya hanya bisa memberi dua juta.""Ya Allah pak, saya belinya pas dollar naik pak, kenapa cuma dapat segitu," keluh Shafira."Tapi memang dapatnya segitu, Bu."Shafira menahan air matanya sambil berusaha menjelaskan

  • Perselingkuhan berkedok Iba   67. Jual yang kamu miliki!

    Satria baru saja pulang dari perusahaan barunya dengan raut wajah murung dan tatapan hampa. Dia merasa kecewa karena kembali dipecat dan harus menghadapi kenyataan bahwa dia kembali menjadi pengangguran. Langkah kakinya terasa berat seiring pikirannya yang melayang tentang bagaimana kehidupan rumah tangganya ke depan.Shafira, istrinya, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu, langsung menyambut Satria dengan wajah cemas. Begitu melihat ekspresi Satria, ia langsung bisa merasakan bahwa sesuatu yang buruk baru saja terjadi."Mas Satria, ada apa? Kamu kenapa?" tanya Shafira dengan nada khawatir.Lelaki tampan itu hanya bisa menghela nafas panjang, lalu ia menggenggam tangan Shafira erat. "Aku dipecat lagi, Shaf. Aku benar- benar tidak tahu harus bagaimana lagi," ungkap Satria dengan suara parau. Mendengar hal tersebut, Shafira merasa seakan jantungnya teriris. Namun, rasa cemas dan kecewa itu mulai bercampur menjadi amarah. Kekhawatiran akan keuangan yang menipis dan masa depan mereka

  • Perselingkuhan berkedok Iba   66. Pengangguran banyak acara

    Satria baru saja kembali ke rumahnya setelah mengalami hari yang sangat berat di kantor. Dia baru saja dipecat dari pekerjaannya karena perusahaan mengetahui berita tentangnya.Dengan berat hati, Satria harus memberitahu istrinya."Shafira, aku mau bicara sebentar.""Bicaralah, Mas."Shafira menghentikan aktivitas memotong sayur, sore ini Shafira berniat membuat tumis kangkung."Em, maaf ya. Mas dipecat dari perusahaan.""Apa Mas?!"Mendengar kabar tersebut, Shafira merasa sangat kaget, kecewa dan kesal. Selama ini, dia selalu mendukung Satria untuk bekerja keras demi mencapai karir yang lebih baik. Namun, sekarang, semua usaha tersebut seakan sia-sia. Shafira merasa cemas tentang masa depan mereka, terutama anak anak karena mereka baru saja mempunyai bayi dan belum memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi situasi seperti ini."Maaf Shafira, Maafkan aku," ucap Satria merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi."Aku janji, aku akan mencari pekerjaan baru dengan segera," imbuh S

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status