Share

Sisa Hidup Semakin Singkat

Bab 4

Rumah Dahlia no 1

Cerita ini murni fiktif , kemiripan apapun murni kebetulan dan tidak ada maksud untuk menyindir atau mendeskripsikan peristiwa ,orang ,tempat atau entitas nyata dalam latar cerita ini .

Tak lama ibu Rini, ibunda kak Renata datang menghampiri Tatiana.

"Nak, ini hadiah dari kami terimalah" kata bu Rini sambil menyerahkan sebuah bungkusan kado.

"Loh tante ngga usah repot-repot "ujar Tatiana.

"Sudah terima saja dan buka dulu kadonya" kata bu Rini.

"Ibuku sudah bersusah payah memilihnya, sampai capek tahu menemani ibu berbelanja" kata Tian, kakak kedua Renata.

"Hahahaha, kau ini Tian! Semoga suka yah" kata ibu Rini sambil membelai rambut Tatiana.

"Ibu senang anak perempuan, sayangnya ibu sudah tidak bisa melahirkan lagi" lanjut Tian menambahkan.

"Kalau saja aku masih bisa melahirkan sekali lagi. Ingin rasanya punya anak perempuan seperti mu." kata bu Rini sambil terus mengelus rambut Tatiana.

"Terimakasih tante, hadiahnya sangat bagus." kata Tatiana saat sudah membuka kado nya, di dalam kotak ada pulpen dengan hiasan kristal Swarovski dan sebuah gelang berbentuk kupu-kupu dengan kristal Swarovski juga .

"Coba kau tuliskan nama mu di sini "kata bu Rini memberikan sebuah notes.

Tatiana pun menuliskan nama sendiri dengan tangan kiri, yah dia kidal.

"Wah kau juga kidal sama dong seperti Natan dan suami tante, mereka berdua kidal" kata bu Rini lagi.

"Oh benarkah, kalau di keluarga kami cuma aku saja yang kidal " ucap Tatiana.

"By the way siapa pria di samping mu tidak mau di kenalkan" kata kak Tian sambil melirik ke sebelah.

"Oh ini Ryan, dia adalah teman spesial" ucap Tatiana

"Ryan, ini kak Tian dan bu Rini , keluarga kak Renata" ucap nya kembali memperkenalkan mereka semua.

"Salam kenal tante dan kakak, saya Ryan Cakrawinata" kata Ryan sambil mengulurkan tangan ke kak Tian.

"Oh jadi kau anaknya dokter Rendi Cakrawinata yah. Pantas wajahnya mirip"kata kak Tian sambil membalas uluran tangan Ryan.

"Iya kok kakak tahu ayahku" kata Ryan

"Tentu saja , karena aku adalah dokter junior di rumah sakit yang sama dengan ayahmu , pantas saja wajahmu terasa familiar" kata Tian.

"Wow kak Tian juga dokter yah, hebat donk" puji Tatiana

"Duh belum sehebat ayah Ryan, aku masih dokter baru" kata Tian kembali.

"Sudah dulu yah kami pamit dulu, kalian lanjutkan saja makannya." kata bu Rini

"Sekali lagi, terimakasih banyak yah tante Rini " ucap Tatiana.

"Iya sayang " kata bu Rini sambil berlalu pergi.

"Bu, apa benar anak itu! Memang seh kebiasaan nya sedikit mirip dengan Ayah, tapi kita harus mengujinya" kata Tian

"Tenang saja tadi ibu sempat membelai rambut nya, dan ambil sehelai, coba kau test dulu" perintah bu Rini

"Baiklah bu " kata Tian

Setelah 20 tahun ,cepat atau lambat pasti akan bertemu . Yah seharusnya terjadi biarlah terjadi. Batin bu Rini dalam hatinya.

Semenjak hari ulangtahun kemarin. Ibu Titi semakin jarang sekali terlihat.

Kata Ayah, Ibu sedang liburan bersama adiknya ke luar negeri sekalian pemotretan promisi iklan produk kosmestik dan parfum.

Memang ibu ini sangat spesial. Berbeda karakter dengan ibu lainnya.

Sejak pertemuan dengan bu Rini, Tatiana jadi merasa iri kepada Renata. Bisa punya ibu sebaik beliau ,yah kadang bu Rini video call atau mengirimkan masakan kerumah. Bu Rini lebih perhatian daripada ibu kandung sendiri.

Oia Ayah juga sudah setuju dengan hubungan kak Haris dan kak Renata, jadi setelah surat cerai kak Haris beres di bulan ini. Sekitar 4 bulan lagi mereka akan bertunangan .

Tatiana tahu kalau ibunya masih marah dan mengamuk mendengar berita rencana pertunangan kak Haris. Sebenarnya kami pun bingung dengan alasan ibu menolak kak Renata.

Cuma masalah kesalahpaham di masa lampau tapi masih membenci sampai sekarang. Entah masalah apa.

Sore ini ,ada jadwal kontrol ke rumah sakit.

Dan di sini Tatiana bertemu dengan kak Tian , saat kami sedang mengobrol beberapa suster datang menyapa dan mengatakan kalau dia dan Tian sangat mirip, dan bertanya apakah aku adik nya? 

ehmm memang seh sekilas kami tampak serupa, cuma bedanya Tatiana berambut ikal seperti  ibunya.

"Tatiana, masuklah dokter Rendi sudah menunggu" kata salah satu suster.

"Baiklah, terimakasih suster" jawabnya

"Kak Tian pamit yah, sampai jumpa lagi" kata Tatiana kembali.

"Yah sampai jumpa adik manisku" seru Tian.

Tatiana pun masuk dan menyapa "Sore Dokter Rendi."

"Sore Tatiana, bagaimana kabarmu?" tanya Dokter Rendi.

"Dok, kenapa sekarang kalau ada luka sulit sembuh yah, kadang juga timbul ruam ruam kebiruan?"

"Itulah gejala Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang), karena itu kamu membutuhkan donor sumsum tulang belakang. Sebenarnya saya agak bingung kenapa hasil test terhadap anggota keluarga mu tidak ada yang cocok yah. Bahkan golongan darah berbeda." ucap dokter Rendi. 

"Ehmm sebenarnya Ayah saya berbeda dengan kakak yang lainnya, tapi ibu tidak mau memberitahu siapa ayah kandung saya." ungkap Tatiana menjelaskan.

"Jadi itu alasan nya, maafkan om yah Tatiana kalau pertanyaan tadi membuka luka di hati mu " lanjut Dokter Rendi.

"Tidak apa-apa, memang itulah kenyataannya" ucap Tatiana.

"Lalu bagaimana usaha ayahmu, apakah sudah ada orang yang cocok?" Tanya dokter Rendi.

"Belum ada dok, kira-kira berapa lama lagi saya akan bertahan dok?" tanya Tatiana.

"Paling lama setahun, karena kondisi jantungmu juga sudah kurang baik. Kita harus segera menemukan pendonor yang tepat." Papar dokter Rendi.

"Baiklah dokter, terimakasih atas penjelasannya. Tolong rahasia kan ini dari siapapun, termasuk juga ke Ryan." pintaku.

"Baiklah Tatiana, jaga kondisi mu baik-baik kalau rasa ada yang tidak beres langsung telepon om yah." Perintah dokter Rendi.

"Siap! terimakasih banyak yah om atas bantuannya selama ini" ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan.

Tatiana berjalan ke halaman parkir dan memilih menangis di sana.

Di belakang rumah sakit, menangisi keadaannya. Mengapa dia harus lahir seperti ini.

Sakit-sakitan, tidak berguna bahkan sang Ibu juga membencinya.

Apa gunanya dia lahir, Tuhan tolong bantu! Sebaiknya dia meninggal saja sekarang, Batinnya dalam hati.

Tanpa dirinya sadari ternyata Renata berjalan mendekat.

"Dek, sedang apa di sini?" Tanya kak Renata

"Kak, huaaa... hiks... hiks" rintihnya tanpa sadar terus menerus menangis di pelukan Renata, meluapkan segala beban yang mengganjal di hati. 

Selama ini hanya di pendam sendirian. Bahkan Ryan tidak tahu apapun mengenai sikap ibu dan rahasia siapa ayah kandungnya.

Entah mengapa dia bisa curahkan semua ke kak Renata.

"Sudahlah dek, Tuhan sudah berikan kamu kesempatan untuk hidup, maka hiduplah dengan baik! Tidak perlu menyesal dan jangan dendam kepada ibumu. Seburuk-buruknya sikapnya, dia tetaplah ibu yang melahirkan mu ke dunia ini dengan berkorban nyawa. Kita tidak pernah bisa memilih siapa yang akan menjadi orangtua kita. Yang pasti belajar ikhlas saja dan berusaha memahami keadaan yang ada. Setiap masalah pasti ada maksud Tuhan, dan ingatlah Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan melebihi kekuatan manusia, saat kau tidak sanggup DIA akan datang menolong mu, kamu sekarang pulanglah dan berdoa kepada Tuhan, dia akan buka jalan untukmu. Cepat atau lambat masalahmu pasti akan bisa selesai" tutur Renata dan menasehati.

Entah mengapa perkataan nya meneduhkan diri. Hati yang sudah mulai putus asa tadi, seperti mendapat sedikit cahaya. Tatiana kembali memupuk harapan! Jangan sampai putus asa dan mudah menyerah.

"Terimakasih yah kak, tolong rahasiakan ini dari siapapun yah. Tatiana pulang dulu," ucapnya sambil melambaikan tangan.

"Ada sopir kan atau mau kakak antar pulang?" tanya Renata

"Ngga usah kak, ada kang Narji kok! Lagipula kak Renata mau jemput kak Tian kan." Jawabku.

"Iya seh, sekarang mau makan malam keluarga. Makanya kakak jemput Tian dulu. Yah sudah ,kamu hati-hati di jalan! Bilang sama kang Narji jangan ngebut" ucap Renata.

"Iya tenang saja kak, sampai jumpa" balas Tatiana sambil menuju ke arah mobilnya.

Sebenarnya saat itu mereka tidak sadar kalau ada sosok lain yang juga memperhatikan kedua nya dari tadi.

Dia adalah ibu Rini , ibunda Renata yang ikut menjemput anaknya ke rumah sakit . Bu Rini langsung menanyakan kepada Renata apa yang membuat diriku menangis dan Renata pun menceritakan kepada ibunya. Karena dia tahu kalau ibunya juga sangat menyayangi Tatiana, seperti anak kandungnya sendiri.

Bu Rini menunjukkan ekspresi terkejut! Dia baru tahu mengenai sakit Tatiana dan perlakuan ibu kandungnya, ada sedikit rasa geram di hatinya. Tapi karena ada anaknya, dia berusaha meredam dan mencoba bersikap biasa .

#PerumahanBejo23

#NezhaHauw

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status