Share

Flash Back

Author: Yani Santoso
last update Last Updated: 2021-01-14 12:26:46

Sudah 3 hari aku mengurung diri dalam kamar.

Keluar hanya ketika ingin ke kamar mandi.

Selama itu pula aku menutup akses komunikasu dengan Zen. Untuk saat ini, jujur, aku belum siap untuk bertemu dengannya. Atau sekedar berbicara lewat telepon. 

Hanya Ningrum yang selalu setia menemani, membawakan makanan, juga mendengarkan semua keluh kesahku.

"Miranti, jangan biarkan dirimu larut dalam kebodohan. Bangkit, carilah kebenaran dan lawan."

Sebuah pesan dari Ningrum beberapa saat setelah dia berangkat kerja tadi pagi. 

Ku buka aplikasi berwarna biru di telepon pintarku. 

Mencoba mencari titik terang tentang semua yang terjadi padaku. 

Wanita itu mengaku banyak tau tentang diriku, dan aku ingin memastikan tentang hal itu. 

Ku buka tiap status dan foto yang pernah aku posting disana, berharap bisa menemukan sesuatu. 

2 Januari 2017

"Bimbinglah aku menjadi bidadari surgamu"

Status yang pernah kutulis waktu itu, sesaat setelah Zen menyatakan siap berkomitmen denganku. 

Hanya ada beberapa teman yang memberikan jempol disana.

Karena, memang aku tidak mempunyai banyak teman di media sosial. Dan yang berteman adalah, mereka yang benar-benar kenal di dunia nyata. Seperti teman-temanku semasa sekolah dulu.

Tapi, tunggu... 

Ada satu akun yang hampir selalu ada di tiap status yang ku posting ataupun foto yang aku unggah.

Aprillia Rahayu. 

Nama akun wanita yang mengirimiku pesan,  dan mengaku sebagai istri dari Mas Zen. 

Jadi selama ini, dia selalu mengikuti aku dan memantau semua kegiatan yang aku posting di akunku ini? 

Oh ... kemana saja aku selama ini? 

Kembali kulanjutkan membuka akunku, tapi kali ini aku mencoba membuka profil Aprillia. 

Kulihat postingan-postingannya dari dua tahun kebelakang. 

Aprillia Rahayu

2 Januari 2017

"Ketika aku berjuang mempertahankan mu,  justru dirimu memperjuangkan hati yang lain."

Degh... 

Jantungku berdebar-debar ketika membaca postingannya. 

Postingan di hari dan tanggal yang sama dimana aku mengungkapkan rasa bahagiaku tatkala Zen ingin meminangku. 

Aprillia Rahayu

10 Februari 2017

"Harapan bersamamu seolah pupus, saat kulihat foto mesramu."

Lagi, Ia membuat tulisan bersama sebuah unggahan foto rantai sepeda yang putus.

Rantai sepeda yang putus...? 

Aku sepertinya pernah melihat foto itu. 

Segera ku buka aplikasi pesan, dengan tangan gemetar, kucoba mencari sebuah pesan yang pernah dikirim padaku beberapa waktu yang lalu. 

Yah ... aku ingat. 

Beberapa waktu yang lalu, pernah kuterima sebuah pesan dari nomer tanpa nama, dalam pesan tersebut hanya berisi sebuah gambar sepeda dengan rantai yang putus. 

Ternyata memang Dia yang mengirim pesan itu. 

Sebuah gambar sepeda yang rantainya putus,  dengan tulisan yang sama persis dengan status yang di posting di akun media sosialnya. 

Kupandangi layar gawaiku dengan tatapan nanar. 

Sungguh, aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat ini. 

Dengan sisa tenaga dan keberanian, kuketik sebuah pesan.

"Selamat siang, Mbak Aprillia, bisa kita bicara sebentar?"

Kupejamkan mataku, sebelum akhirnya kutekan tombol kirim. 

Untuk beberapa saat, segala sesuatu terasa begitu lambat. 

Jarum jam seolah berhenti berputar, bahkan, aku bisa mendengar tiap hembusan nafas dan detak jantungku. 

Detik-detik dimana aku menunggu sebuah jawaban dari sebuah pesan yang baru saja aku kirimkan. 

Drtt... 

Kuraih ponselku, dan segera kubuka pesan yang masuk. 

"Maaf jika pesan saya sebelumnya mengganggu Mbak. Tapi, sungguh, saya tidak bermaksud buruk padamu. Jadi, apa yang membuat Mbak Miranti membalas pesan saya?"

Dengan perasaan campur aduk, kubaca pesan itu. 

Tapi, kenapa sekarang justru aku merasa bingung dan takut. 

Ingin kutanyakan banyak hal padanya, namun jariku terasa kaku. 

Ada sesuatu disudut hatiku yang tidak menginginkan sebuah jawaban, namun di sisi lain, aku ingin sekali menemukan jawaban atas segala pertanyaan dan keraguan dalam hatiku. 

Setelah beberapa saat, kembali kuputuskan mengetik sesuatu di layar ponselku. 

"Benarkah Mbak Aprillia istri dari Mas Zen?"

Pesan balasan sudah ku kirim. 

Namun, sudah lebih dari 10 menit belum ada balasan darinya. 

Apakah dia berbohong?

Kembali, kegamangan melanda hatiku. 

Menunggu pesan balasan membuat aku benar-benar seperti pesakitan yang menunggu vonis hakim ketua. 

Drttt... drttt....

"Iya, benar. Istri kedua tepatnya.

Mataku kembali berkunang-kunang. Kepalaku begitu berat, bagai dihantam palu godam yang begitu besar setelah membaca pesan itu. 

*****

-Jika cinta sesakit ini, aku akan memilih untuk tidak mengenal apa itu cinta-

Pertengahan tahun 2016.

Pagi itu, sebuah pesan kuterima. 

Dari Mas Zen. 

Dia mengatakan ingin berkunjung ketempat kos ku. 

Tentu saja aku tidak keberatan, toh selama ini kami hanya berkomunikasi melalui media sosial. Aku tidak bisa bilang bahwa kami menjalin hubungan jarak jauh. Karena saat itu,  diantara kami belum ada pernyataan secara resmi sebagai pasangan kekasih, hanya sebatas teman.

Aku berpikir, bahwa pertemuan kami adalah langkah awal untuk mengenal satu sama lain lebih dalam. 

Sekitar pukul 11 siang, seorang pria berkulit sawo matang, dengan postur tinggi dan berbadan tegap, serta wajah yang begitu menawab, berdiri di depan kamar kos. 

Mataku menatapnya dengan rasa tak percaya, bahwa pria yang selama ini begitu inten berkomunikasi denganku di media sosial, saat ini berdiri tepat dihadapanku. 

Dari sudut mataku, Ningrum, yang saat itu berdiri disebelahku pun, menunjukkan ekspresi yang sama dengan ku.

Tapi ... bukan sosok Zen yang membuat mata kami terbeliak. 

Namun, sosok bocah laki-laki yang datang bersamanya saat itu. 

Ketika kami mendengar bocah lelaki itu memanggil Zen, dengan sebutan Ayah. 

"Ayah ... Rayhan kebelet pipis," ucap nya sambil memegan bagian bawahnya. 

Mendengar hal tersebut, Aku memandang Ningrum dengan segudang pertanyaan. Namun sepertinya, Ningrum pun memiliki pertanyaan yang sama denganku. 

Hal itu terlihat dari tatapan matanya saat dia mengangkat bahunya, tanda tak mengerti. 

"Sini, Kakak antar ke toilet," jawabku sambil menggandeng tangan mungilnya kebelakang. 

Kulihat, ada guratan kekhawatiran di wajah Zen. 

Ningrum mengajak Rayhan keluar untuk membeli es krim. 

Sungguh seorang teman yang begitu pengertian. Tanpa aku minta, dia memberi ruang untuk Zen dan aku berbincang. 

"Kamu pasti bertanya-tanya tentang Reyhan, kan?" ucap Zen membuka percakapan. 

"Jujur, iya. Apalagi ketika dia memanggil mu dengan sebutan Ayah," jawabku. 

"Karena Rayhan adalah anakku."

Sejenak, lidahku terasa kelu. Aku tak tau harus berbicara apa. 

Karena, Zen belum pernah sekalipun mengatakan padaku tentang statusnya. Apalagi fakta bahwa dirinya sudah mempunyai anak. 

"Rayhan adalah anakku. Saat ini, dia tinggal bersama neneknya di kampung."

"Kamu sudah me-nikah?"

"Aku pernah menikah. Dan saat ini aku berstatus duda."

Zen berkata sambil menatap lekat kedua mataku. 

Sebuah tatapan penuh permohonan. 

Kehela nafas dalam, berusaha menenangkan segala kesemrawutan yang ada dalam pikiran. 

Kuremas ujung bajuku, tanpa terasa air bening mengalir dari kedua mataku. 

Buru-buru kuseka dengan punggung tanganku. 

Perlahan, Zen mendekat kearahku. 

Meraih kedua tanganku, menariknya dan meletakkan di dadanya. 

"Kamu pasti kecewa, tapi ... tak bisakah kamu memberi ku kesempatan, bahwa aku layak menjadi yang terbaik buatmu?" ucapnya lirih. 

"Rayhan saat ini berumur lima tahun, dia butuh sosok orang tua yang bisa melindunginya. Dan aku menemukan sosok seorang Ibu, ada pada dirimu."

Lembut, dia berkata padaku. 

Semua ini begitu tiba-tiba bagiku. 

Tak pernah sekali pun dalam hidupku, bahwa aku akan menjadi seorang ibu sambung, seorang ibu tiri. 

"Lalu, dimana istrimu sekarang?" tanyaku penuh selidik. 

"Di Ponorogo, dia sudah menikah."

"Oh ... begitu ya," jawabku. Ada sedikit rasa lega mendengar jawabannya saat itu. 

Kalau memang istrinya sudah menikah lagi, berarti dia sudah punya kehidupan sendiri. Kehidupan yang baru. 

"Jadi, maukah kamu memberiku kesempatan untuk menjadi yang terbaik buatmu? Aku berjanji, walau kamu bukan yang pertama, tapi akan menjadikan mu yang terakhir," ucapas Zen sambil membawa tubuhku dalam pelukannya.

Tak sanggup aku untuk menolak pelukan Zen, bahkan saat dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. 

Begitu dekat hingga tak bersekat. 

Yang kurasakan berikutnya adalah rasa hangat, bukan hangat, tapi panas yang menjalar keseluruh tubuhku tatkala bibirnya mengecup bibirku. 

Rasa ragu, kesal dan kecewa yang beberapa saat lalu mengombang ambingkan perasaan, kini lenyap entah kemana. 

Tok tok tok.... 

Sebuah ketukan dipintu membuyarkan angan yang sesaat yang lalu sempat melayang. 

Dari balik pintu, Ningrum muncul dengan beberapa kantong kresek ditangannya. 

Sementara di sebelahnya, bocah lelaki itu,  Rayhan, dengan mata bening nya menatap ke arahku. 

"Ini buat Bunda."

Rahyan menyodorkan permen lolipop kearahku. 

Wajah polosnya begitu menggemaskan. 

"Buat Bun--da?" 

Tergagap ku ulang perkataan Rayhan. 

"Iya, buat Bunda. Kata Ayah, Tante Miranti sebentar lagi akan jadi Bundanya Rayhan."

Ku ulurkan tanganku untuk menerima lolipop dari tangannya. 

Ah ... Bunda? 

Aku akan jadi seorang Ibu?

****

Setelah baca, jangan lupa tinggalkan komen dan reviewnya ya 😊

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lysa_Yovita22
lanjut baca.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   End Well

    Hari ini, rencananya mas Bayu akan datang ke rumah.Aku sudah bersiap-siap sejak pagi, karena semalam tidur awal, bahkan sejak sore, membuat tubuhku terasa lebih segar.Terlebih aku juga menadapat kabar bagus dari Ningrum ketika membuka ponselku."Ranti, Zen sudah dipindah ke kantor cabang, aku tidak bisa memecat dia karena urusan pribadi, terlebih, kita ada perjanjian kontrak dengannya. Jadi jalan terbaik adalah, memindahkan dia. Sementara Adele, aku merumahkannya untuk sementara waktu, sambil menunggu surat pemecatan dari HRD."Pesan yang di kirim Ningrum dan kubaca tadi pagi ketika bangun tidur.Ningrum benar, dan keputusan yang diambilnya juga sudah tepat.Lalu, dengan cepat aku menulis pesan balasan untuknya."Terima kasih, Ningrum. Kamu memang yang terbaik."Sambil kububuhi emo hati di pesan balasanku.Sekarang, aku tinggal bersiap-siap untuk menunggu kedatangan mas Bayu dan kejutan yang akan dibawanya hari ini.Kupilih

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   All Well

    Aku meninggalkan ruanganku dengan perasaan campur aduk, rasanya, sulit sekali untuk memaafkan orang yang sama dan telah berkali-kali melukai hati dan perasaan.Aku lelah sekali, tak sanggup jika harus berurusan lagi dengan Zen.Aku dan dia sudah lama berakhir, dan akhir dari hubungan kami sangat tragis dan begitu menyakitkan, baik buatku ataupun dia. Dan aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Biarlah Ningrum yang akan mengurus semuanya, tentang keberadaannya di kantor, Ningrum lebih tahu apa yang harus dilakukan.Begitu juga dengan Adele, dia juga tidak bisa berlama-lama ataupun dipertahankan keberadaannya.Aku mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Ningrum, semakin cepat dia menyelesaikannya, semakin baik."Ningrum, tolong kamu urus semuanya, aku tak sanggup lagi jika harus berlama-lama berhadapan dengan mereka.""Kamu baik-baik saja, kan, Ranti?" Tanya Ningrum khawatir."Aku baik-baik saja, Ningrum. Aku hanya butuh sedikit waktu

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Siapa Kamu Sebenarnya?

    Kali ini, aku memastikan semua rencanaku berjalan dengan lancar.Aku tidak ingin menjadi pecundang dua kali dengan kasus yang sama, dan kupastikan, mereka yang terlibat tidak akan kuberi ampun.Hari ini, aku menunggu kabar dari orang yang kupercaya untuk mencari tahu tentang Adele, baru sehari bekerja, dia sudah mengirimiku beberapa laporan yang membuatku tersenyum. Kerjanya begitu cepat, hanya dalam hitungan jam, dia sudah memberiku beberapa informasi penting, termasuk siapa saja orang-orang yang dekat dengannya.Aku tertawa melihat salah satu foto yang kudapat darinya.Seperti yang kuduga dari awal, semua pasti berhubungan dengan Zen, dan itu juga menguatkan dugaan Andika yang pernah dikatakan padaku beberapa waktu lalu.Kupandangi layar laptopku sekali lagi, kemudian aku manggil Adele dan Ningrum ke ruanganku."Bu Ranti memanggil saya?" tanya Adele yang datang lebih dulu."Iya, aku membutuhkan bantuanmu untuk melakukan sesuatu untukku,

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   I Got You

    Aku masih tak percaya dengan pemaparan dari hasil investigasi Revan.Beberapa kali aku membaca huruf demi huruf yang tertera di atas kertas yang di serahkan Revan.Adele? Kenapa harus dia?Aku sama sekali tidak mengenalnya, bahkan sebelum ini.Kualihkan tatapanku pada Ningrum, berharap dia mempunyai jawaban untukku.Namun sia-sia, kulihat Ningrum malah mengangkat kedua bahunya."Baiklah, satu-satunya jalan untuk memastikan data itu milik Adele, kita harus kembali ke kantor.Dan ini tugasmu, Ningrum."Aku menatap Ningrum sambil tersenyum, karena semua data karyawan Ningrum yang pegang."Aha ... itu baru bener," ujar Revan sambil menjentikkan jarinya."Kenapa aku ga kepikiran sampai ke situ, ya?" gumam Ningrum."Minum ini dulu, biar jernih pikiran."Revan menyodorkan gelas berisi es teh pada Ningrum.Aku hanya tersenyum melihat tingkah dua orang temanku ini. Dari dulu, mereka memang tidak akur."Jadi bagaimana Nona-Nona? A

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Titik Terang

    "Aku tahu, kamu makin ketakutan."Berkali-kali aku mengeja kalimat itu, mencoba memahami maksud dari status yang diposting Adele.Namun tetap saja, aku tidak mengerti maksud di balik kalimat tersebut.Seperti tersengat belut listrik, mataku membulat dengan lebar begitu aku teringat sesuatu.Aha ....Kurasa, aku tahu maksud kalimat tersebut.Bukankah kalimat tersebut sering ditujukan pada orang-orang dengan tujuan mengintimidasi? Dan itu adalah perasaan yang beberapa hari terakhir ini menghantuiku.Aku ditakut-takuti dengan cara mengirim pesan, dan mengoyak masa laluku.Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut pada diriku.Apakah Adele?Drtt ... drrtt ....Ponsel yang ku simpan di dalam laci bergetar.Sebuah pesan masuk dalam aplikasi berwarna hijau."Aku sudah menemukan siapa pemilik nomer tersebut, Ranti."Wow ... cepat sekali kerja Revan.Dia hanya butuh waktu kurang dari setengah hari untuk menemukan pemilik n

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Adele

    Pagi ini, kepalaku sedikit berdenyut, karena hampir semalaman aku tidak tertidur.Pesan dari nomer tak di kenal begitu menyita waktu istirahatku.Dia seolah benar-benar ingin membuatku merasa tidak tenang dengan pesan-pesan yang dikirimkannya."Ningrum, hari ini aku datang ke kantor agak siang. Kepalaku sedikit pusing."Aku memutuskan untuk ke kantor sedikit terlambat, dan memberitahukan pada Ningrum. Hal itu kulakukan karena Ningrum bisa mengambil tugasku untuk sementara, selama aku belum datang. Ningrum adalah orang kepercayaanku.Lima menit kemudian, masuk pesan balasan dari Ningrum."Hayo ... ngapain aja kamu semalam?"Aiih ... Ningrum sepertinya sedang meledekku.Ada emo curiga di akhir pesannya. Dia pasti berpikir negatif tentangku."Kepalaku pusing bukan karena keluyuran, tapi karena teror pesan dari nomer tidak di kenal," balasku cepat.Drttt ... drtt....Ningrum menelponku.Rupanya pesan balasanku membuatnya tergerak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status