Share

Bab 5

Penulis: Lionel Lussy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-16 15:41:20

Roura menatap Sion dengan kesal, seperti baru saja mendengar lelucon paling tidak lucu di dunia. 

"Tunggu, jadi sekarang aku terjebak dengan hantu CEO yang punya ego sebesar menara Eiffel? Dan logika seperti anak usia lima tahun? Fantastis. Hidupku benar-benar luar biasa."

Sion mengangkat bahu dengan ekspresi tak berdosa. Ia menertawakan kekesalan Roura dan baru saja mengeluhkan hidupnya.

"Yah, kau sangat beruntung sebenarnya. Jarang sekali aku datang untuk meminta bantuan pada orang lain."

Sungguh sikap Sion terlalu menyebalkan bagi Roura, gadis ini mendengus kesal. Menggelengkan kepala tak percaya dengan nasib aneh yang menimpa dirinya.

"Maaf, tuan Sion yang terhormat. Tapi aku terlalu sibuk dengan kemiskinanku untuk peduli. Jadi pergilah!"

Sion mendekat, mendekatkan wajahnya hingga hanya beberapa inci dari wajah Roura. 

Tapi kali ini Roura tidak takut lagi, dia menatap Sion dengan berani, membuat Sion tertawa kecil.

"Keluar dari sini! Atau aku akan ...."

"—Berteriak? Dan mengundang tetangga? Membuat mereka berpikir kalau kau sudah benar-benar kehilangan akal?" 

Sion menyela ucapan Roura dengan nada meledek, lalu berjalan ke sofa dan duduk di sana dengan santai, seolah kamar itu sudah jadi miliknya.

Roura menatapnya dengan ekspresi yang marah, campuran antara frustrasi dan lelah. Tidak ada yang bisa ia lakukan dengan ancaman Sion.

"Kenapa orang-orang aneh dan menyebalkan selalu hadir dalam hidupku? Apa salahku, Tuhan?" ucap Roura mengeluh.

Sion tertawa melihat Roura yang nampak menyerah, ia mengangkat kaki ke meja kecil di depan sofa, menikmati pemandangan itu. Seolah sedang menonton drama sedih yang diperankan oleh aktris papan atas.

Roura terlihat menghela napas, lalu mengusap wajahnya dengan tangan. 

"Oh Tuhan, kalau ini ujian, aku sudah menyerah. Silakan kirim petir sekarang juga."

"Kalau Tuhan mendengar permintaanmu dan benar-benar mengirim petir, apa kau tidak mau kalau aku ada di sini sebagai saksi?" Sion tertawa lagi.

Roura semakin kesal dengan semua ledekan Sion, ia mengambil bantal dari tempat tidurnya, dan melemparkannya pada pria itu.

"Pergi!"

Bantal pertama yang dilempar Roura meluncur tepat ke arah dada Sion—dan langsung menembus tubuhnya, jatuh dengan lemas ke lantai di belakangnya.

Sion semakin tertawa, melipat tangan dengan sombong. "Apa kau serius mencoba menyerang hantu dengan bantal?"

Roura mengambil bantal kedua, melemparkannya lagi ke arah Sion, tapi kali ini lebih keras. 

"Diam kau! Cepat pergi dari sini!" 

Sekali lagi bantal itu menembus tubuh Sion seperti ia hanyalah kabut yang tidak bisa disentuh. Sion malah berjalan santai ke arah pintu, masih tertawa kecil.

"Kau benar-benar lucu, Roura. Aku rasa kita bisa bersenang-senang lebih jauh," kata Sion.

Roura semakin emosi dengan tawa meledek itu, gadis ini meraih kotak pensil dari meja belajarnya. Lalu melempar kotak itu dengan niat penuh, agar bisa menghantam wajah Sion.

Namun, Sion menghilang tepat pada saat terakhir, dan kotak pensil itu terbang melintasi ruangan, hingga menghantam dahi ibunya yang baru saja muncul di ambang pintu.

"AAAAHHH!!" 

Jeritan ibu tirinya menggelegar, diikuti oleh tatapan kematian yang langsung ia lemparkan ke arah Roura.

"ROURA! APA KAU SUDAH GILA?!" 

Ibunya membentak, sambil memegangi dahinya yang memerah. Membuat Roura terkejut dan ketakutan, gadis ini mundur selangkah. 

"Itu—itu bukan salahku! Tadi ada hantu di sini, dan aku coba mengusirnya, aku bersumpah!"

"Jangan mulai dengan omong kosong itu! Hantu apa? Kau hanya mencari alasan untuk bersikap kasar padaku kan?!" tuduh Bu Martha.

Ibunya tirinya ini mendekat dengan wajah merah padam. Nampak kemarahan membara di sana.

Ayah Roura muncul di belakang ibunya, tampak bingung dengan keributan itu. 

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Pak Mike dengan marah.

Roura menunjuk ke arah tempat Sion berdiri sebelumnya, yang tentu saja sekarang kosong. 

"Ada hantu di kamarku, ayah! Dia berdiri di sana barusan! Aku bersumpah, Ayah, aku tidak mengada-ada!"

Ayahnya menghela napas panjang, memijat pelipisnya, dan merasa kecewa dengan sikap anak gadisnya.

"Roura, cukup. Tidak ada yang ingin mendengar cerita khayalanmu. Minta maaf pada ibumu. Sekarang!" pinta Pak Mike.

"Ayah, aku serius! Dan aku tidak sengaja melemparkan itu pada bu Martha. Aku tadinya mau melempar hantu itu." 

Ayah Roura tentu saja tidak percaya. "Kau tidur di luar malam ini."

"Apa?!" 

Roura jelas terkejut dengan keputusan ayahnya, apalagi udara di luar sangat dingin. Tidak mungkin dia bisa tidur dengan nyenyak.

"Tapi ayah, apa salahku?" Roura merengek.

"Kau melemparku dengan kotak pensil, dan membuat dahiku memar, itu sangat kurang ajar. Aku rasa hukuman itu terlalu ringan untuk sikapmu yang tidak pernah bisa dewasa," omel bu Martha.

Debat panjang pun terjadi, penuh dengan adu argumen yang akhirnya dimenangkan oleh otoritas orang tua. 

Akhirnya, dengan bibir terbungkam dan darah yang mendidih, Roura menyeret selimutnya ke luar apartemen, Ia merebahkan diri di kursi panjang depan pintu masuk, dengan dengusan frustrasi ia menerima hukuman dari ayahnya.

"Fantastis! Hidupku resmi menjadi sitcom terburuk di dunia."

"Setidaknya aku menjadikan hidupmu jauh lebih menarik, bukan?" Suara akrab itu terdengar lagi, tapi sosoknya belum terlihat.

Roura menoleh ke kanan, dan mendapati Sion duduk di sebelahnya. Bersandar dengan santai, seperti tamu VIP yang diundang.

"Kau lagi?!" 

Roura berbisik keras, takut orang tuanya mendengar. Sementara Sion mengangkat bahu sambil tersenyum meledek.

"Cukup Pak hantu! Aku tidak butuh kamu untuk menghiburku." kata Roura.

"Tapi aku membutuhkanmu, jadi aku akan tetap di sini. Oh, ya ampun ... Kau sangat lucu kalau marah." 

Sion semakin meledek, membuat Roura semakin serba salah. Roura hanya menenggelamkan wajahnya ke bantal lalu menutup dirinya dengan selimut, berharap agar Sion segera pergi dari sana. Roura berkata dengan kesal.

"Oh, Tuhan. Ambil saja nyawaku sekarang."

*

*

*

Keesokan harinya, Di kelas.

Papan tulis di depan kelas dipenuhi diagram dan penjelasan matematis yang rapi, disertai suara monoton sang profesor yang sibuk menjelaskan materi kepada mahasiswa. 

Roura berusaha keras untuk fokus, mencatat dengan penuh konsentrasi.

Namun tiba-tiba, ia menangkap sosok yang tidak seharusnya ada di samping profesor.

Sion berdiri dengan santai, melambai-lambai ke arahnya seperti seorang anak kecil yang mencari perhatian.

Roura memelototinya, berusaha mengabaikan. Namun semakin Roura mencoba fokus, semakin Sion melakukan gerakan yang mengganggu, bahkan mulai berpura-pura menulis di papan tulis 'Tolong aku, ku mohon!' 

Akhirnya, rasa kesal memuncak. Roura meletakkan pena, berdiri, dan berteriak. "Minggir dari sana, dasar hantu bodoh!" 

Kelas mendadak hening. Seluruh mata tertuju pada Roura, termasuk sang profesor, yang kini menatapnya dengan alis terangkat.

“Hantu bodoh?” sang profesor mengutip ucapan Roura, dengan penuh alis berkerut.

Roura tersentak, menyadari kesalahan fatalnya. 

“Itu bukan untuk Anda, Prof! Tapi ....”

Namun sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, sang profesor bicara. "Cukup, Roura. Keluar dari kelas saya sekarang."

Roura kembali terkejut, tidak ada alasan masuk akal untuk membela diri. Tatapan dingin profesor sudah cukup jelas. tidak ada kesempatan untuk diskusi. Dengan enggan, ia mengemasi bukunya dan berjalan keluar diiringi bisik-bisik dari teman sekelasnya.

“Oh, dan satu hal lagi. Nilaimu untuk semester ini adalah C. Anggap itu konsekuensi atas sikap tidak sopanmu pada seorang pengajar,” ucap profesor itu.

Roura berhenti di ambang pintu, menatap profesor dengan frustrasi. "Tapi Prof, saya bisa jelaskan—"

"Tidak perlu. Silakan pergi." tegas sang professor.

Roura akhirnya menyerah, ia mendesah kesal sepanjang perjalanan, gadis ini menendang kerikil kecil di jalan. Ia berjalan ke taman universitas, mencari tempat untuk melampiaskan rasa kesalnya. Roura duduk di bangku kayu, pandangannya tertuju ke depan.

Dari sudut matanya, ia melihat gerakan. Membuat Roura menoleh ke kiri, ia mendapati Sion duduk santai di bangku yang sama, tersenyum dengan wajah menyebalkan.

“Apa kau puas, Tuan Sion?" ucap Roura kesal.

Sion menghela nafasnya dengan berat. “Aku tidak akan mengganggumu, kalau kau mau membantuku.”

Roura memijit pelipisnya, berusaha sabar dengan gangguan aneh yang menimpa hidupnya.

Roura menatap Sion kali ini. “Baiklah, jika aku membantu, kau harus berjanji tidak akan menggangguku lagi. Mengerti? Tidak akan lagi muncul di kelasku, di apartemenku, atau di mana pun aku berada. Kau berjanji?”

Sion tersenyum kecil, mengulurkan tangan seolah ingin berjabat tangan. “Deal!”

"Berjanjilah!" pinta Roura.

Sion tersenyum lagi. "Baiklah-baiklah! Aku berjanji."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Hantu CEO   Bab 6

    Roura menghela nafas lelah. "Baiklah, kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?" "Temukan tubuhku, dan pastikan aku sudah mati atau belum," jawab Sion, kali ini ia bicara serius tanpa sebuah senyuman.Roura agak bingung dengan permintaan itu. "Bagaimana aku tau soal tubuhmu, tuan Sion?"Sion berdiri dari sana, menatap jauh ke depan, seolah akan mengatakan sebuah strategi yang sangat penting."Kamu harus melakukan penyelidikan, cari tau dimana tubuhku berada. Dan ingat, Kau harus mulai melakukan penyelidikan ini secepatnya,” perintah Sion.Roura tertawa kecil sambil melipat tangan. “Hari ini aku harus bekerja.”Sion mendadak meledak dalam tawa, seperti baru mendengar lelucon terlucu sepanjang hidupnya—atau kematiannya. “Lupakan pekerjaan dengan gaji kecil itu, Rou,” kata Sion.Roura menatapnya tajam, lalu menggelangkan kepala. “Yang kau bilang kecil itu, Tuan Kaya Raya. Itu cukup untuk menghidupiku, tahu.”“Oh, ya? Berapa gajimu di sana, kalau boleh tahu? Satu digit? Dua digit? Atau sek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Pesona Hantu CEO   Bab 7

    Pria itu kembali mengomel pada Roura. "Apa urusannya denganmu, nona? Berani sekali kau menanyakan soal tuan Sion. Memangnya siapa kau? Hanya seorang wartawan kecil."Roura menghela napas dalam-dalam, ia masih belum menyerah. Sekali lagi ia mencoba menenangkan diri, dan bicara lagi pada pria di hadapannya.“Dengar, pak. Aku hanya mencari informasi. Tidak ada hubungannya dengan stasiun TV atau—”“Aku tidak peduli! Terkadang para wartawan menutupi jati diri mereka! Jadi sekali lagi aku mohon pergilah! Tempat ini masih berbahaya. Tidak akan ada yang bertanggung jawab jika reruntuhan mungkin akan menimpamu.” bentak pria itu.Akhirnya Roura menyerah, gadis ini berjalan meninggalkan area gedung Robin Group dengan langkah berat. Mulutnya terus saja mengomel sendiri.“Saat aku dimarahi begini, kemana perginya hantu konyol itu? Enak sekali dia hilang saat aku butuh dukungan.”Setelah naik bus kota lagi, akhirnya Roura tiba di apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Pesona Hantu CEO   Bab 8

    Roura terdiam mendengarkan semua yang pria itu sampaikan, dia sudah menduga, kalau momen ini pasti akan datang cepat atau lambat.“Tapi, pak. Bisakah saya mendapatkan sedikit waktu tambahan? Saya sedang mencoba untuk mengumpulkan uang.” pinta Roura.Pria itu menggeleng dengan tegas, memberikan selembar surat kepada Roura.“Sayangnya kebijakan universitas sangat jelas dalam hal ini. Kami telah memberikan cukup banyak peringatan. Jika pembayaran tidak dilakukan dalam dua minggu, nama Anda akan dikeluarkan dari daftar mahasiswa aktif.”Roura menghela napas, mencoba bernegosiasi. “Tapi saya hampir tidak bisa membayar sewa apartemen, bagaimana saya bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu sangat singkat?”“Saya mengerti kesulitan Anda, tapi kami juga harus menjalankan kebijakan yang berlaku. Mungkin Anda bisa mempertimbangkan mengambil pinjaman pelajar, atau berbicara dengan keluarga Anda untuk minta bantuan.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Pesona Hantu CEO   Bab 9

    Roura menarik napas dalam, merapikan penampilannya sejenak, lalu mulai melangkah masuk ke area kantor.Sesampainya di dalam gedung, ruangan dalam gedung tersebut memancarkan aura elegansi dan kekuasaan. Lantainya terbuat dari marmer hitam mengkilap dengan pola emas yang seakan dirancang khusus untuk menegaskan status penghuninya. Dindingnya dipenuhi panel kayu mahoni yang dipoles sempurna, dihiasi lukisan-lukisan abstrak bernilai jutaan dolar. Sebuah lampu gantung kristal besar menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya lembut yang menciptakan suasana mewah.“Waw!” Roura seakan tersihir dengan kemewahan gedung ini, padahal ini hanya kantor cabang dari menara utama Robin Group.Roura di bimbing masuk ke dalam sebuah ruangan, yang merupakan ruangan tuan Marco.Di tengah ruangan, terdapat meja besar dari kaca berwarna hitam dengan tepi perak, dihiasi ornamen kecil berupa jam antik dengan pena emas. Di su

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Pesona Hantu CEO   Bab 10

    Namun tidak ada pergerakan apapun di sana, ruangan tetap hening tanpa ada suara dari benda ataupun dari mulut seseorang.Andrew mengurut pelipisnya yang agak pusing, pria tua ini benar-benar menganggap Roura sudah kehilangan akal sehatnya. "Sudah cukup! Marco, tolong usir dia sebelum aku benar-benar kehilangan akal sehatku seperti dia."Marco hanya tertawa, tampaknya ia menikmati tontonan ini, Marco menganggap gadis di hadapannya ini cukup lucu dan menghibur, Marco hanya menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. "Tunggu, ayah. Apa yang salah dengan dia? Memang ada beberapa orang yang suka tepat dalam mengkhayal," ucap Marco."Ayolah, nak. Jangan biarkan ayahmu yang tua ini harus menyelesaikan kekacauan." Andrew memprotes sikap Marco.Roura berdiri di tengah situasi ini, dengan ekspresi tak berdosa, ia mengedipkan mata polos ke arah Marco. "Jadi aku harus keluar?" tanya Roura. Suaranya terdengar seperti

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Pesona Hantu CEO   Bab 11

    Roura menatap Sion dengan bingung, alisnya bertaut rapat. “Apa maksudmu tadi? Apa yang ingin kau coba katakan?”Sion hanya menghela napas dan mengangkat bahu. “Sudahlah, lupakan saja. Yang lebih penting sekarang, informasi apa yang kau dapat di sana tadi?”Roura menepuk kepala Sion dengan keras, membuatnya mengeluh sambil mengusap tempat yang dipukul. “Rasakan itu! Apa kau tuli atau bagaimana? Kau dengar sendiri tadi, tubuhmu belum ditemukan. Itu berita paling besar yang aku dapatkan!”Sion memutar matanya, menghela napas kesal. “Sudah kuduga, sia-sia saja meminta bantuan darimu.”Mendengar itu, Roura berhenti melangkah, matanya berbalik tajam, dan menatap Sion dengan sengit. “Apa? Sia-sia? Hey, tuan hantu! Aku datang ke sini dengan uangku sendiri, tahu?! Bahkan kau tidak memberiku sepeser pun untuk sekedar naik bus, lihat ini!” Roura mengeluarkan uang yang diberikan Marco, dan melambaikannya di depan wajah Sion

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Pesona Hantu CEO   Bab 12

    Hujan deras mengguyur Kota Mayro sejak dini hari, membasahi jalanan dan memburamkan kaca jendela apartemen kecil yang ditempati Roura. Di kamar sempitnya, Roura merapikan tas kuliah dengan cepat. Pagi ini dia harus mengejar jadwal kuliah yang sudah menumpuk karena minggu lalu sibuk, dengan pekerjaan di kedai kecil tempatnya bekerja.Setelah memastikan semuanya lengkap, Roura melangkah keluar kamar, berjalan menuju meja makan. Bau roti panggang samar-samar tercium di udara, meski tidak ada tanda-tanda makanan lain yang lebih menggugah selera.“Pagi ayah? ibu?”“Pagi, nak!” sahut ayahnya.Louisa, kakak tirinya, sudah duduk manis di meja makan dengan piring berisi roti panggang dan sepotong daging sapi yang masih mengepul hangat. Dia menggigit kecil daging itu sambil tersenyum puas, matanya tertuju pada layar ponsel.Ibu tirinya Roura berdiri di sudut dapur dengan celemek kusam terikat di pinggang, membawa sebuah piring yang ia letakkan di depan Roura. Piring itu hanya berisi kulit rot

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • Pesona Hantu CEO   Bab 13

    Roura masih terdiam, seolah tersihir oleh wajah tampan Sion. Dalam kesempatan itu, Sion mendekatkan bibirnya untuk mencium Roura."Pergilah!" Roura segera mendorong tubuh Sion hingga terlepas dari dirinya. Membuat pria ini tertawa."Aku pikir kau mau menerima ciumanku, nona." Sion meledek.Roura menghembuskan napas keras, wajahnya masih memerah. Dia menatap Sion dengan kesal."Awas kau berani mencuri ciuman pertamaku!" ancam Roura dengan kesal."Oyah? Jadi kau belum pernah berciuman?" Sion meledek lagi, membuat Roura semakin kesal. "Berhenti meledek ku, Tuan hantu. Pergilah!" Dengan cepat, Roura meraih tasnya dan keluar dari kamar mandi. Tapi bayangan wajah Sion yang begitu dekat tetap terlintas di pikirannya, membuat dadanya berdebar tak menentu.Roura berdiri di depan mesin kopi di sudut universitas, mencoba mengabaikan rambutnya yang masih setengah basah, dan suasana hati yang sudah cuku

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29

Bab terbaru

  • Pesona Hantu CEO   Bab 37

    Bab. 37Roura menghentikan langkah, matanya menatap tajam ke arah Andrew yang berdiri menjulang di hadapannya. Tawaran pria itu terlalu menggiurkan, tetapi juga mencurigakan."Apa yang Anda bilang tadi? Anda akan memberikan berapa pun yang aku minta?" tanya Roura.Andrew mengangguk dengan penuh keyakinan. "Tentu saja. Berapa pun yang kau butuhkan, tinggal kau sebut saja."Roura terkekeh kecil, ada nada geli dalam tawanya. "Oh ya ampun, ada apa ini? Biasanya Anda sangat galak dan tidak menyukaiku, tapi kenapa tiba-tiba berubah jadi baik?"Andrew melangkah lebih dekat, ekspresinya tetap tenang namun matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dibaca. "Karena ini adalah kesempatan yang saling menguntungkan, Nona. Jika kau menerima penawaranku, kita berdua akan mendapatkan apa yang kita inginkan."Roura menyipitkan mata, tatapannya penuh kewaspadaan. "Penawaran apa yang Anda tawarkan kepadaku?""Ikutlah denganku dulu. Aku akan me

  • Pesona Hantu CEO   Bab 36

    Bab. 36Roura mendekatkan telinganya ke mulut ayahnya. "Aku siap mendengarkannya, Ayah. Ada hubungan apa ibu dengan seseorang bernama Elisa itu?" "Ibumu... Dia..."Namun sebelum ayahnya sempat menyelesaikan ucapannya, napasnya kembali tersengal dan monitor jantung mulai berbunyi tak beraturan."Ayah! Ada apa, ayah?" Roura sangat panik.Melihat kondisi ayahnya, Roura langsung berlari ke luar untuk mencari bantuan. "Suster! Tolong ayahku!" teriak Roura.Beberapa petugas medis segera menuju ke arahnya, dan segera mengikuti langkah gadis ini. "Maaf, Nona, Anda harus keluar sekarang!" ucap Suster, ketika melihat kondisi pasiennya.Beberapa petugas medis lain menghampiri, memaksa Roura mundur dari sana. Sementara dokter-dokter itu segera melakukan tindakan darurat. Kini Roura hanya bisa menunggu dengan cemas di luar ruangan itu, ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini, sungguh ia sudah sangat bi

  • Pesona Hantu CEO   Bab 35

    Bab. 35Roura terlihat gemetar mendengar ucapan Louisa, dan Sion bisa melihat bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Saat Roura akhirnya menutup telepon, wajahnya tampak pucat.Sion langsung bertanya dengan cepat, "Ada apa, Roura?"Roura menelan ludah, suaranya bergetar saat menjawab, "Ayahku... Louisa bilang dia sedang di rumah sakit sekarang... dan kondisinya kritis."Sion terkejut, "Apa? Jadi ayahmu sakit?"Roura mengangguk cepat, "Benar. Aku harus segera ke rumah sakit sekarang juga!"Sion menatapnya dengan ekspresi serius. "Baiklah, aku akan menemanimu. Kita harus segera pergi dari sini."Tanpa membuang waktu, Roura langsung berlari menuju halte bus dan pergi meninggalkan tempat itu.*Setelah melakukan perjalanan hampir dua jam, Roura akhirnya tiba di rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Ia segera menuju ruang ICU dengan langkah tergesa-gesa. Di ruang tunggu, ia melihat Louisa dan Martha sedang du

  • Pesona Hantu CEO   Bab 34

    Bab. 34Marco dan Andre saling bertukar pandang, terkejut mendengar ucapan itu.Namun, Andre segera bersuara lebih dulu."Apa lagi ini? Kau masih ingin menanyakan soal keberadaan tubuh Sion? Kenapa kau begitu penasaran? Dasar gadis aneh!" Matanya menatap tajam penuh kecurigaan. "Aku curiga kau adalah mata-mata dari pesaing kami."Roura langsung menggelengkan kepala. "Tidak! Bukan itu! Justru aku ke sini untuk memberitahu kalau tubuh Sion—"Tapi tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi.Mulut Roura terbungkam.Seolah ada sesuatu yang tak terlihat menghentikannya berbicara.Mata gadis itu membulat karena terkejut. Lalu, ia menyadari sesuatu…Sion muncul di belakangnya.Tangannya yang tak kasat mata menutupi mulut Roura, mencegah gadis itu mengatakan apapun."Tolong jangan katakan apapun pada mereka," bisik Sion, suara dinginnya bergema di kepala Roura."Aku akan melepaskan tanganku j

  • Pesona Hantu CEO   Bab 33

    Bab. 33Pak Jansen tersenyum getir mendengar pertanyaan Roura. Ia berkata dengan nada berat, "Mungkin jika memang Sion tidak ingin bertemu dengan arwah putriku, aku tidak perlu menjelaskan apa pun kepadamu atau kepada siapa pun. Karena aku bisa melihat, ikatan batin di antara Sion dan putriku ternyata memang tidak ada."Roura terdiam, mencoba mencerna jawaban pria tua itu. Ada sesuatu dalam kata-kata Pak Jansen yang mengusik pikirannya. "Tapi, Pak... kenapa di antara mereka harus ada ikatan batin? Apakah mereka memiliki hubungan darah?"Pak Jansen langsung terdiam, ia mendongak ke atas, mencoba menahan air matanya. Seluruh tubuhnya gemetar, dan Liana yang duduk di sampingnya bisa merasakan bahwa suaminya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja."Jansen, apa kau baik-baik saja?" tanya Liana yang langsung berdiri dari duduknya.Pak Jansen hanya diam, wajahnya tampak menegang. Liana meraba-raba udara untuk meraih tangan suaminya, kemudian

  • Pesona Hantu CEO   Bab 32

    Bab. 32Sementara di sisi lain, Roura berjalan dengan langkah cepat menuju kantor Robin Group. Rasa kesal masih menggelayuti hatinya, apalagi udara dingin dini hari mulai menusuk kulitnya. Langit masih gelap, hanya diterangi oleh rembulan yang bersinar redup di atas sana. Hari bahkan hampir pagi. Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tubuhnya sudah terlalu lelah, kedua kakinya terasa berat, dan rasa kantuk mulai menyerangnya. Namun, ia tidak bisa berhenti sekarang."Aku benar-benar kehabisan tenaga," gumamnya sembari menghela napas panjang.Roura terus berjalan sambil menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan semakin sunyi, rasa ngeri mulai merayap di pikirannya. Sementara perjalanan menuju kantor Robin Group masih cukup jauh.Angin malam bertiup dingin, menusuk kulitnya hingga membuatnya merapatkan jaket. Setiap bayangan yang bergerak karena hembusan angin terasa mencurigakan, membuatnya semakin waspada.Tiba-tiba, sua

  • Pesona Hantu CEO   Bab 30

    Bab. 30Sion dan Roura terdiam, bersiap mendengarkan apa yang akan Pak Jansen sampaikan. Pria tua itu menarik napas dalam sebelum akhirnya membuka suara.“Ada alasan kenapa Sion bisa terpisah dari tubuhnya,” ucapnya pelan.Roura mengerutkan kening. “Apa alasannya, Pak Jansen?”Pak Jansen tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke arah jendela, menatap rembulan yang menggantung di langit, seolah tengah mengingat sesuatu dari masa lalu. “Ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, orang ini sangat ingin bertemu dengan Sion, tapi dia tidak bisa... karena mereka sudah berbeda alam,” jawab Pak Jansen lagi.Roura semakin bingung. “Apa maksud Anda? Siapa seseorang itu? Kenapa dia ingin bertemu dengan Sion? Apakah dia juga sudah meninggal sehingga mereka berada di alam yang berbeda?”Pak Jansen mengangguk perlahan. “Kurang lebih seperti itu, Roura.”Sion yang sejak tadi diam mulai bertanya, walaupun di sana hanya Roura ya

  • Pesona Hantu CEO   Bab 29

    Bab. 29Roura menghentikan langkahnya, lalu menatap dalam ke arah Pak Jansen. Pria tua itu hanya mengangkat bahu dan bertanya, “Apa yang kau pikirkan, Roura?”Gadis itu menggeleng. “Entahlah, Pak Jansen. Aku tidak bisa memikirkan apa pun. Terlalu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sendiri.”Pak Jansen mengangguk pelan, memahami kebingungan gadis itu. “Aku tahu bagaimana rumitnya pertanyaan di dalam kepalamu. Kalau begitu, ikuti aku saja. Aku akan segera menunjukkan sesuatu. Tidak perlu banyak bertanya sekarang, nanti kau akan mengerti pelan-pelan.”Roura akhirnya mengangguk. Ia mengikuti pria tua itu melangkah melewati lorong rumah sakit yang tenang. Langkah kakinya bergema samar, berpadu dengan suara alat-alat medis yang berbunyi lembut dari berbagai ruangan.Hingga akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah kamar bernomor 307.Pak Jansen membuka pintunya perlahan.Roura masih terdiam begitu melihat siapa yang t

  • Pesona Hantu CEO   Bab 28

    Bab. 28"Tentu saja, aku akan menjawab semua pertanyaanmu," kata Pak Jansen dengan suara beratnya.Roura langsung tersenyum mendengar jawaban itu. "Terima kasih, Pak Jansen. Lalu apa jawaban Anda? Apa Anda tahu sesuatu tentang Sion?" Tetapi pria tua itu tidak menjawab, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekitar. Malam sudah larut, area sekitar Robin Group masih cukup ramai dengan beberapa karyawan lembur yang masih berlalu-lalang.Pak Jansen menatap Roura dan berkata, "Tapi tempat ini bukan lokasi yang tepat untuk berbicara. Bagaimana kalau kau ikut denganku? Aku akan memberimu semua jawaban yang kau cari."Roura sempat terdiam. Ajakan itu tentu saja berisiko. Ini sudah hampir tengah malam, dan ia masih harus pulang ke Kota Mayro. Martha pasti akan marah besar karena ia terlambat. Belum lagi kemungkinan bahaya yang bisa terjadi di jalan. Tapi di sisi lain, ini adalah kesempatan yang tak boleh ia lewatkan.Roura meng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status