공유

Bab 6

작가: Lionel Lussy
last update 최신 업데이트: 2025-04-23 20:43:46

Roura menghela nafas lelah. "Baiklah, kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?"

"Temukan tubuhku, dan pastikan aku sudah mati atau belum," jawab Sion, kali ini ia bicara serius tanpa sebuah senyuman.

Roura agak bingung dengan permintaan itu. "Bagaimana aku tau soal tubuhmu, tuan Sion?"

Sion berdiri dari sana, menatap jauh ke depan, seolah akan mengatakan sebuah strategi yang sangat penting.

"Kamu harus melakukan penyelidikan, cari tau dimana tubuhku berada. Dan ingat, Kau harus mulai melakukan penyelidikan ini secepatnya,” perintah Sion.

Roura tertawa kecil sambil melipat tangan. “Hari ini aku harus bekerja.”

Sion mendadak meledak dalam tawa, seperti baru mendengar lelucon terlucu sepanjang hidupnya—atau kematiannya.

“Lupakan pekerjaan dengan gaji kecil itu, Rou,” kata Sion.

Roura menatapnya tajam, lalu menggelangkan kepala. “Yang kau bilang kecil itu, Tuan Kaya Raya. Itu cukup untuk menghidupiku, tahu.”

“Oh, ya? Berapa gajimu di sana, kalau boleh tahu? Satu digit? Dua digit? Atau sekadar koin receh?” tanya Sion.

Roura tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu.

“Setidaknya aku tidak mengandalkan trust fund atau manipulasi pasar untuk bertahan hidup. Lagipula, tidak semua orang bisa bayar kopi mahal tanpa berpikir panjang, Tuan CEO.”

Sion tertawa kecil. “Kopi mahal? Jadi kamu pikir, kopi yang kau jual di kedai Pak Wiil itu kopi mahal? Aku bahkan bisa membeli kedai kopi itu sekalian. Yah, untuk berjaga-jaga kalau aku butuh cappuccino di jam tiga pagi.”

Roura menghela nafasnya. “Kau tahu? Di dunia nyata, orang seperti aku bekerja keras, hanya agar bisa membayar tagihan. Sementara kau? Kau bahkan tidak tahu cara mematikan saklar lampu.”

Sion tersenyum meledek “Hei, ayolah. Itu keterampilan tingkat dasar. Aku tahu cara menyuruh seseorang melakukannya untukku.”

“Mungkin ini alasan kenapa orang kaya seperti kau, tidak diizinkan masuk ke akhirat. Bahkan di akhirat pun kau tetap menyebalkan.” Roura balas mengejek.

“Dan ini alasan kenapa orang bergaji kecil sepertimu, adalah target empuk untuk dimanipulasi. Karena kalian butuh pekerjaan, bukan menikmatinya.” Sion membalas.

Tawa kecil hilang dari bibir Roura, ia menatap kesal ke arah hantu sombong ini. Lalu Roura berdiri, sambil melipat tangan.

“Kau tahu, kalau kau terus merendahkan pekerjaanku. Aku tidak akan membantumu. Nikmati saja hidupmu sebagai hantu gentayangan," ucap Roura.

Sion mengangkat tangan seolah menyerah. Menghentikan tawa meledeknya pada Roura, dan sedikit mengangkat bahu.

“Baiklah, baiklah. Aku hanya bercanda, Roura. Tapi serius, gajimu terlalu kecil di sana," sahut Sion.

Roura mendengus. “Kau tahu apa soal gajiku? Karena gaji kecil itu, aku bisa bayar makan siangku hari ini. Dasar menyebalkan, sombong sekali dia mengejek gaji berharga ku.”

Roura pergi meninggalkan Sion di sana, ia memasuki kedai kopi kecil tempatnya bekerja, aroma kopi segar menyambutnya.

Tempat itu sederhana, dengan meja kayu tua dan kursi-kursi yang sudah mulai menunjukkan usianya. Namun bagi Roura, ini adalah tempatnya mengais rezeki dan tempat yang paling Roura sukai dibandingkan dengan rumahnya.

“Rou!” panggil seorang pria dari sudut ruangan. Itu John, teman satu jurusannya, yang juga pelanggan tetap di sini.

Dia sedang duduk di salah satu sofa dengan segelas kopi di tangannya, matanya terpaku pada layar televisi di dinding.

“Akhirnya datang juga. Sudah lihat berita hari ini?” tanya John.

Roura menggeleng, berjalan mendekati meja untuk memulai pekerjaannya. “Berita apa lagi sekarang? Tentang politik? Badai? Atau Alien?”

“Lebih buruk,” gumam John, menunjuk televisi. “Lihat saja sendiri.”

Di layar televisi, seorang pembawa acara berita wanita, tampil rapi dengan blazer abu-abu, sedang menyampaikan laporan dengan wajah serius. 

(Berita terbaru dari dunia bisnis yang mengguncang pasar saham global. Tubuh Edward Laurent, tangan kanan CEO Robin Group, ditemukan di bawah reruntuhan lantai 15, Edward laurent kini dalam kondisi kritis dan dirawat intensif di salah satu rumah sakit terbaik di kota Mayro. Tim medis melaporkan bahwa Edward menderita luka bakar tingkat tiga, patah tulang di beberapa bagian tubuh, serta kemungkinan trauma otak.)

Roura berhenti di tempat, menatap ke arah televisi. Ia mendengarkan pembawa acara itu kembali membacakan laporannya.

Kamera beralih ke seorang pakar saham, seorang pria paruh baya dengan dasi yang terlalu mencolok, yang sedang diwawancara di studio. 

(Robin Group adalah salah satu raksasa dalam pasar global. Kehilangan dua figur utama mereka—Laurent, dan Sion Alexander yang masih hilang—akan mengguncang seluruh ekosistem bisnis. Saham mereka sudah turun 15% dalam semalam. Itu krisis besar.)

John menggeram pelan sambil tertawa remeh. “Lihat saja para orang kaya itu. Selalu seperti ini, membuat kekacauan besar lalu menghilang. Dan siapa yang kena dampaknya kalau begini? Pastilah orang-orang kecil seperti kita.”

Roura tidak menjawab. Matanya beralih ke sisi ruangan. Di sana berdiri Sion, memperhatikan berita dengan wajah sedih. Wajahnya yang biasanya penuh senyum menyebalkan kini berubah serius, hampir gelap. Dan ada satu kata yang keluar dari mulutnya.

“Edward?"

Roura terdiam, lalu kembali melihat ke arah televisi. Laporan berita masih berlanjut, kali ini dengan wawancara seorang pengusaha terkenal. 

(Robin Group memegang banyak aset strategis, jika mereka benar-benar runtuh, itu bukan hanya masalah bagi pemegang saham, tapi juga rantai pasokan global. Pasar Asia sudah mulai bereaksi, dan ini bisa menjadi domino efek yang menghantam ekonomi global.)

Roura menggelengkan kepala pelan, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Ia menunggu-nunggu berita yang akan membahas tentang keadaan Sion.

Namun sayang, setelah beberapa menit ia menunggu, berita itu lewat begitu saja. Tanpa mengatakan apa-apa tentang keadaan Sion ataupun keberadaannya.

“Apa mereka tidak membahas tentang CEO Robin Group?” tanya Roura.

Jhon mengangkat bahu sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.

“CEO Robin Group? Oh, dia masih misteri besar. Menghilang seperti pesulap yang gagal kembali dari kotak sulapnya. Entah dia hidup, mati, atau sedang liburan panjang di Kepulauan Karibia?”

Sion menatap tajam, ekspresi kesal melintas di wajahnya. Roura memperhatikannya dari sudut ruangan, lalu berbisik pada Sion.

“Jadi, kau bahkan tidak tahu apa yang terjadi?” tanya Roura.

“Aku tahu Edward, ruangannya bersebelahan denganku. Di lantai 15. Dia juga masih saudaraku.” jawab Sion.

"Jadi tuan Edward masih saudaramu? Dia adikmu? Atau kakak?" tanya Roura lagi.

Sion menoleh pada Roura dengan ekpresi cemas. "Dia sepupu ku. Aku harap dia selamat dan melewati masa krisisnya. Ayolah, Roura! Pergilah dari sini untuk menyelidiki dimana tubuhku berada."

"Aku akan coba setelah pulang bekerja," jawab Roura.

Jhon melirik Roura yang terlihat sedang berbicara pada dirinya sendiri. “Hei, Rou? Kau baik-baik saja? Kau bicara dengan siapa?”

“Oh, aku baik-baik saja, Jhon. Apa ada yang kamu butuhkan lagi?” Roura mencoba untuk tenang.

"Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Aku pergi dulu yah! Ini uangmu."

*

*

*

Malam harinya.

Malam itu, udara dingin menusuk kulit Roura, saat ia melangkah keluar dari kedai kopi setelah mengganti pakaiannya.

Lampu-lampu jalan menerangi trotoar, memberikan suasana remang-remang yang cukup untuk membuat bayangan di belakangnya terlihat jelas.

Tiba-tiba sosok Sion muncul di hadapannya tanpa peringatan, membuat Roura hampir menjatuhkan tasnya.

“Siap untuk misi pertamamu, Nona Miskin?” tanya Sion sambil tersenyum menyebalkan.

Roura menatapnya datar, lalu tertawa kecil. “Baiklah itu fakta kalau aku memang miskin. Aku tidak boleh tersinggung. Jadi, aku harus mulai dari mana?”

“Dari gedung Robin Group, tentu saja. Kau tidak berharap menemukan jawaban di sini, kan?” ledek Sion lagi.

Setelah melakukan perjalanan dengan bus, Roura kini berdiri di depan gedung Robin Group yang hancur.

Sebagian besar bangunan masih berdiri, tetapi lantai 15 hingga ke atas telah runtuh, menyisakan reruntuhan beton dan besi yang berserakan di sekitar lokasi.

Lampu-lampu darurat dan garis polisi mengelilingi area tersebut, memberikan kesan bahwa tempat itu masih penuh dengan misteri. Beberapa petugas polisi berjaga, sesekali berbicara satu sama lain dengan suara rendah.

Roura memperhatikan sekitar dengan hati-hati, mencoba mencari petunjuk. Di dekat reruntuhan.

"Jadi inilah bangkai menara Robin?" ucap Roura.

Tapi tiba-tiba, seorang pria berambut cokelat dengan jas kusut tampak gelisah. Ia mondar-mandir, dan sesekali mengusap wajahnya dengan kasar.

Roura memberanikan diri untuk mendekatinya. “Permisi?"

Pria itu berhenti sejenak dan menatap Roura dengan pandangan tajam, seolah ia baru saja mendengar sesuatu yang sangat menyinggung.

“Kau siapa? Reporter lagi? Stasiun TV konyol mana yang mengirimmu kali ini? Ini sudah malam, sudah hampir tengah malam.” pria itu membentak Roura dengan kesal.

“Tidak, aku bukan wartawan.” Roura coba menjelaskan.

“Diam! Aku sudah cukup muak dengan kalian. Semua stasiun TV bodoh itu hanya peduli pada berita terbaru, pertanyaan kalian membuatku pusing. Pergilah!” ucap pria itu dengan marah.

Roura tidak menyerah, ia bertanya dengan sopan. "Tapi, pak. Aku ingin tau, apakah tubuh tuan Sion sudah ditemukan?"

 

 

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pesona Hantu CEO   Bab 49

    Marco terbelalak, tubuhnya sedikit mundur tanpa sadar. "Apa maksudmu, Sion?" Sion tersenyum tipis, ekspresinya tetap tenang. Ia mengangkat sebuah flash disk berwarna hitam metalik dan menunjukkannya pada Marco.“Di sinilah semua jawabannya, Marco. Semua rahasia yang selama ini disembunyikan darimu, dariku, dari seluruh Robin Group.”Andrew langsung menatap flashdisk itu, wajahnya tampak pucat. Tangannya mengepal, seolah Sion sedang memegang sebuah bom waktu yang bisa menghancurkannya kapan saja. "Sion... Jangan gegabah. Apa pun yang ada di dalam flashdisk itu belum tentu bnear, mungkin itu hanya kesalahpahaman," ucap Andrew berusaha mengontrol situasi, tapi getaran dalam suaranya tidak bisa disembunyikan.Sion tertawa kecil. "Kesalahpahaman? Oh, Paman... Kau selalu pandai berbicara. Sayangnya, kali ini giliran aku yang berbicara—dan aku punya bukti."Sion melangkah maju dan menekan tombol di smartwatch-nya, mengaktifkan proyeksi hologram ke arah dinding ruangan. Cahaya biru berkedi

  • Pesona Hantu CEO   Bab 48

    Bab. 48Sion juga berpura-pura senang melihat kedatangan Andrew. Ia langsung memeluk Andrew dengan erat, seolah-olah dua kerabat yang telah lama terpisah dan kini akhirnya bertemu kembali."Oh, Sion! Aku sangat bahagia melihatmu! Aku pikir kita tidak akan pernah bertemu lagi!" seru Andrew dengan suara penuh emosi.Sion tertawa kecil mendengar ucapan itu. Dia menepuk punggung pamannya dengan santai. "Benarkah kau bahagia, Paman? Tapi kenapa tubuhmu begitu dingin? Apakah kau sedang takut akan sesuatu?"Andrew merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Tubuhnya menegang, dan untuk sepersekian detik, matanya membulat penuh kewaspadaan. Di dalam hatinya, dia berbicara pada dirinya sendiri: 'Apakah Sion mengingat sesuatu saat dia menjadi arwah? Apakah benar kata Maxwell kalau arwah Elisa menyelamatkannya waktu itu? Jika dia ingat… habislah aku!'Sion memperhatikan ekspresi Andrew yang mulai berubah. Dia tersenyum lebih lebar dan menepuk pundak pamannya lagi. "Hei, Paman, apa yang sedang ka

  • Pesona Hantu CEO   Bab 47

    Bab 47Kini Sion berdiri di depan sebuah pintu baja berwarna hitam dengan panel digital bercahaya biru di sampingnya. Ini adalah ruang arsip digital Robin Group, salah satu tempat paling aman di gedung ini, dirancang untuk menyimpan semua data penting perusahaan dengan keamanan tingkat tinggi.Di samping pintu, sebuah layar pemindai sidik jari dan retina menyala, hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu—termasuk dirinya, sang CEO utama Robin Group. Selain itu, sistem ini juga memiliki penguncian biometrik ganda yang memastikan bahwa hanya individu yang berwenang yang bisa masuk.Beep!Sion menempelkan jarinya pada pemindai, dan layar segera memindai identitasnya."Identitas terverifikasi. Selamat datang kembali, Tuan Sion," suara otomatis terdengar, diiringi bunyi klik yang menandakan kunci terbuka.Pintu geser otomatis terbuka perlahan. Cahaya redup dari dalam ruangan langsung terlihat keluar, mengungkapkan interior futuristik dengan desain modern.Begitu melangkah masuk, Sion d

  • Pesona Hantu CEO   Bab 46

    Bab. 47Sion melangkah menuju lift dengan ekspresi tenang. Begitu pintu lift terbuka di lantai paling atas, langkahnya yang tegap dan penuh percaya diri menarik perhatian banyak orang di sana. Para staf yang melihatnya membelalakkan mata, beberapa bahkan menutup mulut mereka karena terkejut. Bisik-bisik mulai terdengar di sepanjang koridor."Itu… itu Tuan Sion, bukan?""Tapi… bukankah dia sudah mati?""Kau benar, rapat dewan direksi kemarin menyetujui bahwa dia sudah mati... Tapi...""Tidak mungkin! Apa kita sedang bermimpi?" Suasana di lantai eksekutif tiba-tiba menjadi tegang dan dipenuhi bisik-bisik.Namun Sion tetap tenang dan melanjutkan langkah menuju ruangan CEO.Di ujung koridor, seorang pria dengan setelan rapi berdiri membeku. Marco. Dia menyipitkan mata, memastikan bahwa sosok yang berjalan mendekat itu bukan sekadar ilusi. Detik berikutnya, kedua matanya melebar dalam keterkejuta

  • Pesona Hantu CEO   Bab 45

    Bab 45Dalam Perjalanan Menuju Kantor Cabang Robin GroupSion mengendarai mobilnya dengan tenang, namun pikirannya terus melayang. Seharusnya dia langsung menuju kantor cabang Robin Group, tetapi entah kenapa, nalurinya membawanya untuk melewati kota Mayro terlebih dahulu. Ada sesuatu di sana—sesuatu yang membuatnya ingin singgah sejenak.Sesampainya di kota Mayro, ia membelokkan mobilnya ke sebuah kedai kopi kecil di pinggir kota. Kedai itu tampak sederhana, dengan papan kayu tua yang bertuliskan “Mayro Brew” di atas pintunya. Sion turun dari mobil, membuka pintu kaca kedai, dan masuk ke dalam.Begitu melangkah masuk, aroma kopi yang khas langsung menyergap hidungnya. Matanya segera mencari-cari seseorang di balik meja kasir. Namun, yang ia temukan hanyalah seorang pria tua dengan seragam kedai yang lusuh.“Selamat siang, Tuan. Apa Anda ingin memesan segelas kopi?” suara pria itu ramah. Ia menyapa pelanggan dengan baik.

  • Pesona Hantu CEO   Bab 44

    Bab. 44Di sisi lain...Andrew sedang mengadakan rapat penting dengan beberapa pengacara untuk membahas kelangsungan Robin Group. Ruangan itu dipenuhi atmosfer yang tegang. Beberapa dokumen tersusun rapi di meja panjang, dan semua orang yang hadir tampak serius mendengarkan setiap kata dari Andrew.Tiba-tiba, di luar ruangan, suara langkah cepat terdengar mendekat. Marco, dengan ekspresi penuh curiga, melangkah mendekati sekretaris pribadi Andrew."Ron, aku dengar dari petugas keamanan di depan. Apakah benar Ayah sedang mengadakan rapat dengan beberapa pengacara Robin Group?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi.Ron mengangguk pelan, "Benar, Tuan Marco."Marco terdiam, pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan. Kenapa tiba-tiba ada pertemuan ini? Yang lebih aneh, kenapa dia—putra Andrew sendiri—tidak diberitahu apa pun tentang rapat ini?"Tapi kenapa? Kenapa aku tidak dilibatkan dalam rapat ini?" tanya Marco.Ron menunduk sedikit, seolah mencari kata-kata yang tepat. Namun, keheningannya ju

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status