Share

Bab 4

Penulis: Lionel Lussy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-16 15:40:27

Roura segera mengambil kain sembarangan, untuk menutup tubuhnya lebih rapat. Ia melirik ke sekeliling kamar, mencoba mencari alasan masuk akal mengapa Sion bisa masuk ke dalam kamarnya.

Sion tertawa terbahak, melihat Roura yang ketakutan sambil menutup seluruh tubuhnya. Seolah Sion adalah penjahat yang akan merenggut kesucinnya.

"Hey, ayolah  ... Aku hanya ingin tidur di sini," jawab Sion tanpa rasa bersalah.

"Kurang ajar, kau tidak bisa sembarangan tidur di kamar ku! Apalagi kau lihat aku dalam keadaan seperti ini!"

Roura marah lagi, sementara Sion hanya mengangkat alis, sambil tertawa lagi. Pria ini berjalan mendekat ke arah Roura, membuat gadis itu agak ketakutan. 

Apalagi tubuh tegap Sion terlihat sangat kuat, pasti ia bisa menarik kain yang melilit tubuh Roura dengan mudah. 

"Tolong jangan tatap aku seperti itu, tuan!" pinta Roura.

"Seperti apa maksudmu, Roura? Aku hanya melihat seorang manusia yang habis mandi dan terlihat marah."

Roura berjalan mundur, sementara Sion terus berjalan mendekat ke arahnya. Sampai akhirnya gadis ini terpojok di dinding. Ia tidak bisa pergi lagi saat Sion mengurungnya dengan dua tangan.

"Keluar dari sini sekarang juga! Atau aku akan memanggil polisi!"

Sion tertawa kecil, mendengar ancaman Roura, ia malah semakin mendekatkan wajahnya, hingga bibir mereka nyaris bersentuhan.

"Oyah? Apa kamu bisa melakukan itu?" 

Suara berat Sion membuat Roura semakin ketakutan. Dalam pikiran gadis ini, ibu dan ayahnya mungkin sudah menjualnya pada Sion. 

Kini ia merasa dipaksa untuk melayani pria ini. Air mata Roura mulai jatuh karena ketakutan, membuat Sion menghentikan sikap jahilnya.

"Kau menangis? Hey, aku hanya bercanda," ucap Sion.

Roura membuka matanya, ia melihat Sion sudah menjauh dari tubuhnya. Dengan segera gadis ini mengusap air mata yang masih tersisa di pipi. Membuat Sion sedikit merasa bersalah.

"Baiklah, baiklah. Aku akan keluar untuk sekarang. Kau jangan menangis lagi, ok!" 

Sion berjalan melewati Roura, melambaikan tangan sejenak, dan menghilang begitu saja, seperti bayangan yang larut dalam malam.

Roura kembali terkejut dengan cara Sion menghilang, sampai ia memukul pipinya sendiri untuk memastikan ini bukan mimpi.

"Apa aku mulai gila? Bagaimana mungkin dia menghilang begitu saja? Oh Ya Tuhan, ada apa denganku?"

Setelah memastikan Sion sudah tidak ada di sana, akhirnya  Roura melemparkan handuk ke atas kasur dan buru-buru mengenakan pakaian.

Roura duduk di atas kasurnya, napasnya terengah-engah setelah kejadian yang mengacaukan pikirannya. 

Tangan yang lelah seolah tak mampu lagi menanggung beban, tapi ia melihat beberapa lembar kertas di atas meja. Kertas-kertas itu, adalah tumpukan surat tagihan listrik, dan apartemen. Membuat gadis ini menghela nafas dengan berat.

“Seperti biasa, ini adalah surat cinta untuk kita malam ini, Roura.” 

Gadis ini memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri, sebelum akhirnya meraih lembaran berikutnya. 

Tiba-tiba matanya melebar. Saat melihat sebuah foto lama, terlipat rapi di antara surat-surat itu. Foto dirinya bersama ibunya, keduanya tersenyum ceria. Mata Roura mulai kabur oleh air mata yang tidak bisa lagi ia tahan.

Tangannya gemetar, dan tanpa bisa dibendung lagi, tangisnya pun pecah. Semua rasa lelah, frustasi, dan beban hidup yang selama ini ia pendam seakan mengalir begitu saja. 

Ia menangis seperti tidak ada lagi harapan, seolah dunia ini terlalu keras baginya. "Ibu! Kenapa kau tidak membawaku pergi saja dari sini? Aku lelah, bu. Aku merindukan mu."

Roura memeluk foto itu, membayangkan tubuh hangat ibunya masih berada di sini. Khayalan itu mampu membuat bibir Roura tersenyum kecil, walaupun dekapan ini tidak nyata. Tapi  membayangkan wajah ibunya, itu sudah cukup untuk membuat gadis ini jauh lebih baik.

"Ibumu wanita yang cantik yah?" 

Suara itu datang begitu saja, terdengar lembut, namun penuh dengan penilaian yang aneh.

Roura menoleh dengan cepat, terkejut lagi saat melihat Sion tepat berada di belakangnya. Dengan wajahnya yang penuh ketenangan, pria itu tersenyum kecil.

"Kau!" 

Roura terkejut, matanya melebar penuh kebingungan dan kemarahan. Gadis ini kembali melihat ke arah pintu, tapi pintu kamarnya masih tertutup rapat. Jendela dan celah lainnya juga tidak terdengar terbuka.

"Bagaimana bisa kau masih di kamarku? Tadi kamu sembunyi dimana?" tanya Roura curiga.

Sion hanya mengangkat bahu, tampak tak terpengaruh dengan kemarahan Roura. 

"Aku tidak sembunyi, tadi aku pergi. Seperti ini." 

Tanpa peringatan, Sion menghilang begitu saja dari hadapan Roura. Tak ada suara langkah kaki, hanya keheningan yang menggantung di udara. 

Dan beberapa detik kemudian, suara Sion kembali terdengar, kali ini datang dari arah samping Roura, membuat Roura waspada. 

"Wah, tagihan listriknya murah sekali ya?"

Sion mengangkat kertas-kertas tagihan itu dengan santai, sambil kembali muncul di samping meja Roura.

Roura terperanjat, tubuhnya kaku seketika. Kini ia bisa melihat Sion datang dan pergi bagai angin, ini tidak masuk akal.

"Bagaimana kamu melakukan  itu? Apa kau bukan manusia? Kau ini  ... Hantu?" tebak Roura.

Sion tertawa kecil, tanpa mengindahkan pertanyaan Roura. Kini pria itu berjalan mengelilingi Roura dengan santai, menembus meja dan dinding seperti kabut yang tak tersentuh

"Kau bisa menganggap aku begitu, kalau itu membuatmu merasa lebih baik," kata Sion. 

"Tapi siapa kau?" Roura bertanya.

Sion hanya tersenyum, tanpa memberikan jawaban Ia kemudian menoleh ke arah televisi yang mendadak hidup dengan sendirinya, menampilkan gambar-gambar yang langsung menarik perhatian Roura.

Di layar kaca, sebuah berita muncul dengan latar belakang asap tebal yang mengepul, memperlihatkan gedung tinggi yang terbakar. Pembawa acara yang berpakaian rapi muncul dengan ekspresi serius di layar, suaranya tenang namun penuh penekanan.

(Kebakaran besar melanda gedung pusat Robin Group. Perusahaan yang dikenal sebagai salah satu perusahaan raksasa di dunia investasi, kini terancam goyah.  Pasar saham global kemungkinan akan mengalami gejolak hebat. Tapi yang lebih mengejutkan, CEO Robin Group, Sion Alexander Robin, dilaporkan hilang dalam peristiwa ini.)

Layar televisi menampilkan foto Sion dengan tegas. Roura mundur satu langkah, perasaan bingung semakin menguasai dirinya. Ketika televisi kembali mati begitu saja, udara terasa semakin senyap.

"Ya, itu namaku." Sion menjawab.

Roura jelas terkejut tidak percaya, bagaimana mungkin seorang CEO besar, yang merupakan orang penting di kota Mayro. Kini berdiri di kamarnya seorang diri, tanpa pengawalan sedikitpun.

"Tidak, kau tidak mungkin Tuan Sion? CEO Robin Group itu?" ucap Roura masih tidak percaya.

"Apakah kau buta? Kau tidak lihat foto besar dalam berita tadi? Itu aku." Sion menjawab lagi.

Roura menatap pria itu sejenak, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja ia terima. Memang sangat mirip, atau mungkin sama.

"Jadi  ...  Kau sudah mati? Lalu sekarang kau adalah hantu gentayangan?" tanya Roura.

Sion mengangkat bahu, tampak seolah tak peduli dengan ekspresi Roura yang ketakutan. 

"Entahlah. Tapi kalau aku sudah mati, kenapa aku tidak berada di alam baka? Kenapa aku masih berada di dunia ini, hal itulah yang membuat aku bingung," ucap Sion.

Roura tertawa kecil, meski tertinggal sedikit rasa takut dalam hatinya. Tapi kalau diperhatikan, hantu di depannya ini tidak menyeramkan sama sekali. Ia cukup tampan walaupun sangat menyebalkan.

"Mungkin karena kejahatanmu, alam baka tidak menerima kamu di sana. Membiarkan kamu terlunta-lunta di dunia," kata Roura.

Itu kalimat mengejek, membuat Sion memutar matanya dengan malas. 

"Ya terserah. Kalau kau mau menganggapku arwah penasaran, aku tidak akan menghentikanmu."

Roura menelan ludah, untuk meredam ketakutannya. Lalu gadis ini menunjuk ke arah pintu keluar.

"Kalau begitu, silakan keluar. Jangan ganggu aku lagi! Nikmati petualanganmu sebagai hantu jalanan yang menyebalkan."

Sion menatap pintu, lalu kembali menoleh ke Roura sambil menggeleng kepala, sikapnya seperti anak kecil yang menolak saat disuruh tidur. 

"Tidak! Aku tidak mau pergi dari sini," jawab Sion.

"Apa maksudmu 'tidak'? Kau harus pergi! Ini kamarku, dan aku tidak punya waktu untuk berteman dengan hantu."

Pria ini mendesah pelan, mendekati Roura seperti merengek pada ibunya. Sion meraih tangan Roura, karena hanya satu-satunya tubuh Roura yang bisa ia sentuh.

“Oh ayolah, Roura! Jangan jahat begitu kepada hantu malang ini, tolong bantulah aku,” pinta Sion.

“Pergi! Aku tidak ingin membantu hantu! Kau tau? Hidupku saja sudah sulit, jadi aku tidak ingin menambah masalah dengan mencampuri masalah mu!" Roura bicara dengan tegas.

Sion malah duduk dengan santai, bersandar pada nakas dengan senyuman yang aneh. Seolah tidak ada masalah apapun di sini.

"Kalau begitu aku tidak akan pergi. Aku akan terus mengganggumu, sampai orang-orang mengira kau ini sudah gila. Bagaimana pilihanmu?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Hantu CEO   Bab 5

    Roura menatap Sion dengan kesal, seperti baru saja mendengar lelucon paling tidak lucu di dunia. "Tunggu, jadi sekarang aku terjebak dengan hantu CEO yang punya ego sebesar menara Eiffel? Dan logika seperti anak usia lima tahun? Fantastis. Hidupku benar-benar luar biasa."Sion mengangkat bahu dengan ekspresi tak berdosa. Ia menertawakan kekesalan Roura dan baru saja mengeluhkan hidupnya."Yah, kau sangat beruntung sebenarnya. Jarang sekali aku datang untuk meminta bantuan pada orang lain."Sungguh sikap Sion terlalu menyebalkan bagi Roura, gadis ini mendengus kesal. Menggelengkan kepala tak percaya dengan nasib aneh yang menimpa dirinya."Maaf, tuan Sion yang terhormat. Tapi aku terlalu sibuk dengan kemiskinanku untuk peduli. Jadi pergilah!"Sion mendekat, mendekatkan wajahnya hingga hanya beberapa inci dari wajah Roura. Tapi kali ini Roura tidak takut lagi, dia menatap Sion dengan berani, membuat Sion tertawa kecil."Keluar dari sini! Atau aku akan ....""—Berteriak? Dan mengundang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Pesona Hantu CEO   Bab 6

    Roura menghela nafas lelah. "Baiklah, kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?" "Temukan tubuhku, dan pastikan aku sudah mati atau belum," jawab Sion, kali ini ia bicara serius tanpa sebuah senyuman.Roura agak bingung dengan permintaan itu. "Bagaimana aku tau soal tubuhmu, tuan Sion?"Sion berdiri dari sana, menatap jauh ke depan, seolah akan mengatakan sebuah strategi yang sangat penting."Kamu harus melakukan penyelidikan, cari tau dimana tubuhku berada. Dan ingat, Kau harus mulai melakukan penyelidikan ini secepatnya,” perintah Sion.Roura tertawa kecil sambil melipat tangan. “Hari ini aku harus bekerja.”Sion mendadak meledak dalam tawa, seperti baru mendengar lelucon terlucu sepanjang hidupnya—atau kematiannya. “Lupakan pekerjaan dengan gaji kecil itu, Rou,” kata Sion.Roura menatapnya tajam, lalu menggelangkan kepala. “Yang kau bilang kecil itu, Tuan Kaya Raya. Itu cukup untuk menghidupiku, tahu.”“Oh, ya? Berapa gajimu di sana, kalau boleh tahu? Satu digit? Dua digit? Atau sek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Pesona Hantu CEO   Bab 7

    Pria itu kembali mengomel pada Roura. "Apa urusannya denganmu, nona? Berani sekali kau menanyakan soal tuan Sion. Memangnya siapa kau? Hanya seorang wartawan kecil."Roura menghela napas dalam-dalam, ia masih belum menyerah. Sekali lagi ia mencoba menenangkan diri, dan bicara lagi pada pria di hadapannya.“Dengar, pak. Aku hanya mencari informasi. Tidak ada hubungannya dengan stasiun TV atau—”“Aku tidak peduli! Terkadang para wartawan menutupi jati diri mereka! Jadi sekali lagi aku mohon pergilah! Tempat ini masih berbahaya. Tidak akan ada yang bertanggung jawab jika reruntuhan mungkin akan menimpamu.” bentak pria itu.Akhirnya Roura menyerah, gadis ini berjalan meninggalkan area gedung Robin Group dengan langkah berat. Mulutnya terus saja mengomel sendiri.“Saat aku dimarahi begini, kemana perginya hantu konyol itu? Enak sekali dia hilang saat aku butuh dukungan.”Setelah naik bus kota lagi, akhirnya Roura tiba di apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Pesona Hantu CEO   Bab 8

    Roura terdiam mendengarkan semua yang pria itu sampaikan, dia sudah menduga, kalau momen ini pasti akan datang cepat atau lambat.“Tapi, pak. Bisakah saya mendapatkan sedikit waktu tambahan? Saya sedang mencoba untuk mengumpulkan uang.” pinta Roura.Pria itu menggeleng dengan tegas, memberikan selembar surat kepada Roura.“Sayangnya kebijakan universitas sangat jelas dalam hal ini. Kami telah memberikan cukup banyak peringatan. Jika pembayaran tidak dilakukan dalam dua minggu, nama Anda akan dikeluarkan dari daftar mahasiswa aktif.”Roura menghela napas, mencoba bernegosiasi. “Tapi saya hampir tidak bisa membayar sewa apartemen, bagaimana saya bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu sangat singkat?”“Saya mengerti kesulitan Anda, tapi kami juga harus menjalankan kebijakan yang berlaku. Mungkin Anda bisa mempertimbangkan mengambil pinjaman pelajar, atau berbicara dengan keluarga Anda untuk minta bantuan.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Pesona Hantu CEO   Bab 9

    Roura menarik napas dalam, merapikan penampilannya sejenak, lalu mulai melangkah masuk ke area kantor.Sesampainya di dalam gedung, ruangan dalam gedung tersebut memancarkan aura elegansi dan kekuasaan. Lantainya terbuat dari marmer hitam mengkilap dengan pola emas yang seakan dirancang khusus untuk menegaskan status penghuninya. Dindingnya dipenuhi panel kayu mahoni yang dipoles sempurna, dihiasi lukisan-lukisan abstrak bernilai jutaan dolar. Sebuah lampu gantung kristal besar menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya lembut yang menciptakan suasana mewah.“Waw!” Roura seakan tersihir dengan kemewahan gedung ini, padahal ini hanya kantor cabang dari menara utama Robin Group.Roura di bimbing masuk ke dalam sebuah ruangan, yang merupakan ruangan tuan Marco.Di tengah ruangan, terdapat meja besar dari kaca berwarna hitam dengan tepi perak, dihiasi ornamen kecil berupa jam antik dengan pena emas. Di su

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Pesona Hantu CEO   Bab 10

    Namun tidak ada pergerakan apapun di sana, ruangan tetap hening tanpa ada suara dari benda ataupun dari mulut seseorang.Andrew mengurut pelipisnya yang agak pusing, pria tua ini benar-benar menganggap Roura sudah kehilangan akal sehatnya. "Sudah cukup! Marco, tolong usir dia sebelum aku benar-benar kehilangan akal sehatku seperti dia."Marco hanya tertawa, tampaknya ia menikmati tontonan ini, Marco menganggap gadis di hadapannya ini cukup lucu dan menghibur, Marco hanya menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. "Tunggu, ayah. Apa yang salah dengan dia? Memang ada beberapa orang yang suka tepat dalam mengkhayal," ucap Marco."Ayolah, nak. Jangan biarkan ayahmu yang tua ini harus menyelesaikan kekacauan." Andrew memprotes sikap Marco.Roura berdiri di tengah situasi ini, dengan ekspresi tak berdosa, ia mengedipkan mata polos ke arah Marco. "Jadi aku harus keluar?" tanya Roura. Suaranya terdengar seperti

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Pesona Hantu CEO   Bab 11

    Roura menatap Sion dengan bingung, alisnya bertaut rapat. “Apa maksudmu tadi? Apa yang ingin kau coba katakan?”Sion hanya menghela napas dan mengangkat bahu. “Sudahlah, lupakan saja. Yang lebih penting sekarang, informasi apa yang kau dapat di sana tadi?”Roura menepuk kepala Sion dengan keras, membuatnya mengeluh sambil mengusap tempat yang dipukul. “Rasakan itu! Apa kau tuli atau bagaimana? Kau dengar sendiri tadi, tubuhmu belum ditemukan. Itu berita paling besar yang aku dapatkan!”Sion memutar matanya, menghela napas kesal. “Sudah kuduga, sia-sia saja meminta bantuan darimu.”Mendengar itu, Roura berhenti melangkah, matanya berbalik tajam, dan menatap Sion dengan sengit. “Apa? Sia-sia? Hey, tuan hantu! Aku datang ke sini dengan uangku sendiri, tahu?! Bahkan kau tidak memberiku sepeser pun untuk sekedar naik bus, lihat ini!” Roura mengeluarkan uang yang diberikan Marco, dan melambaikannya di depan wajah Sion

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Pesona Hantu CEO   Bab 12

    Hujan deras mengguyur Kota Mayro sejak dini hari, membasahi jalanan dan memburamkan kaca jendela apartemen kecil yang ditempati Roura. Di kamar sempitnya, Roura merapikan tas kuliah dengan cepat. Pagi ini dia harus mengejar jadwal kuliah yang sudah menumpuk karena minggu lalu sibuk, dengan pekerjaan di kedai kecil tempatnya bekerja.Setelah memastikan semuanya lengkap, Roura melangkah keluar kamar, berjalan menuju meja makan. Bau roti panggang samar-samar tercium di udara, meski tidak ada tanda-tanda makanan lain yang lebih menggugah selera.“Pagi ayah? ibu?”“Pagi, nak!” sahut ayahnya.Louisa, kakak tirinya, sudah duduk manis di meja makan dengan piring berisi roti panggang dan sepotong daging sapi yang masih mengepul hangat. Dia menggigit kecil daging itu sambil tersenyum puas, matanya tertuju pada layar ponsel.Ibu tirinya Roura berdiri di sudut dapur dengan celemek kusam terikat di pinggang, membawa sebuah piring yang ia letakkan di depan Roura. Piring itu hanya berisi kulit rot

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28

Bab terbaru

  • Pesona Hantu CEO   Bab 37

    Bab. 37Roura menghentikan langkah, matanya menatap tajam ke arah Andrew yang berdiri menjulang di hadapannya. Tawaran pria itu terlalu menggiurkan, tetapi juga mencurigakan."Apa yang Anda bilang tadi? Anda akan memberikan berapa pun yang aku minta?" tanya Roura.Andrew mengangguk dengan penuh keyakinan. "Tentu saja. Berapa pun yang kau butuhkan, tinggal kau sebut saja."Roura terkekeh kecil, ada nada geli dalam tawanya. "Oh ya ampun, ada apa ini? Biasanya Anda sangat galak dan tidak menyukaiku, tapi kenapa tiba-tiba berubah jadi baik?"Andrew melangkah lebih dekat, ekspresinya tetap tenang namun matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dibaca. "Karena ini adalah kesempatan yang saling menguntungkan, Nona. Jika kau menerima penawaranku, kita berdua akan mendapatkan apa yang kita inginkan."Roura menyipitkan mata, tatapannya penuh kewaspadaan. "Penawaran apa yang Anda tawarkan kepadaku?""Ikutlah denganku dulu. Aku akan me

  • Pesona Hantu CEO   Bab 36

    Bab. 36Roura mendekatkan telinganya ke mulut ayahnya. "Aku siap mendengarkannya, Ayah. Ada hubungan apa ibu dengan seseorang bernama Elisa itu?" "Ibumu... Dia..."Namun sebelum ayahnya sempat menyelesaikan ucapannya, napasnya kembali tersengal dan monitor jantung mulai berbunyi tak beraturan."Ayah! Ada apa, ayah?" Roura sangat panik.Melihat kondisi ayahnya, Roura langsung berlari ke luar untuk mencari bantuan. "Suster! Tolong ayahku!" teriak Roura.Beberapa petugas medis segera menuju ke arahnya, dan segera mengikuti langkah gadis ini. "Maaf, Nona, Anda harus keluar sekarang!" ucap Suster, ketika melihat kondisi pasiennya.Beberapa petugas medis lain menghampiri, memaksa Roura mundur dari sana. Sementara dokter-dokter itu segera melakukan tindakan darurat. Kini Roura hanya bisa menunggu dengan cemas di luar ruangan itu, ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini, sungguh ia sudah sangat bi

  • Pesona Hantu CEO   Bab 35

    Bab. 35Roura terlihat gemetar mendengar ucapan Louisa, dan Sion bisa melihat bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Saat Roura akhirnya menutup telepon, wajahnya tampak pucat.Sion langsung bertanya dengan cepat, "Ada apa, Roura?"Roura menelan ludah, suaranya bergetar saat menjawab, "Ayahku... Louisa bilang dia sedang di rumah sakit sekarang... dan kondisinya kritis."Sion terkejut, "Apa? Jadi ayahmu sakit?"Roura mengangguk cepat, "Benar. Aku harus segera ke rumah sakit sekarang juga!"Sion menatapnya dengan ekspresi serius. "Baiklah, aku akan menemanimu. Kita harus segera pergi dari sini."Tanpa membuang waktu, Roura langsung berlari menuju halte bus dan pergi meninggalkan tempat itu.*Setelah melakukan perjalanan hampir dua jam, Roura akhirnya tiba di rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Ia segera menuju ruang ICU dengan langkah tergesa-gesa. Di ruang tunggu, ia melihat Louisa dan Martha sedang du

  • Pesona Hantu CEO   Bab 34

    Bab. 34Marco dan Andre saling bertukar pandang, terkejut mendengar ucapan itu.Namun, Andre segera bersuara lebih dulu."Apa lagi ini? Kau masih ingin menanyakan soal keberadaan tubuh Sion? Kenapa kau begitu penasaran? Dasar gadis aneh!" Matanya menatap tajam penuh kecurigaan. "Aku curiga kau adalah mata-mata dari pesaing kami."Roura langsung menggelengkan kepala. "Tidak! Bukan itu! Justru aku ke sini untuk memberitahu kalau tubuh Sion—"Tapi tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi.Mulut Roura terbungkam.Seolah ada sesuatu yang tak terlihat menghentikannya berbicara.Mata gadis itu membulat karena terkejut. Lalu, ia menyadari sesuatu…Sion muncul di belakangnya.Tangannya yang tak kasat mata menutupi mulut Roura, mencegah gadis itu mengatakan apapun."Tolong jangan katakan apapun pada mereka," bisik Sion, suara dinginnya bergema di kepala Roura."Aku akan melepaskan tanganku j

  • Pesona Hantu CEO   Bab 33

    Bab. 33Pak Jansen tersenyum getir mendengar pertanyaan Roura. Ia berkata dengan nada berat, "Mungkin jika memang Sion tidak ingin bertemu dengan arwah putriku, aku tidak perlu menjelaskan apa pun kepadamu atau kepada siapa pun. Karena aku bisa melihat, ikatan batin di antara Sion dan putriku ternyata memang tidak ada."Roura terdiam, mencoba mencerna jawaban pria tua itu. Ada sesuatu dalam kata-kata Pak Jansen yang mengusik pikirannya. "Tapi, Pak... kenapa di antara mereka harus ada ikatan batin? Apakah mereka memiliki hubungan darah?"Pak Jansen langsung terdiam, ia mendongak ke atas, mencoba menahan air matanya. Seluruh tubuhnya gemetar, dan Liana yang duduk di sampingnya bisa merasakan bahwa suaminya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja."Jansen, apa kau baik-baik saja?" tanya Liana yang langsung berdiri dari duduknya.Pak Jansen hanya diam, wajahnya tampak menegang. Liana meraba-raba udara untuk meraih tangan suaminya, kemudian

  • Pesona Hantu CEO   Bab 32

    Bab. 32Sementara di sisi lain, Roura berjalan dengan langkah cepat menuju kantor Robin Group. Rasa kesal masih menggelayuti hatinya, apalagi udara dingin dini hari mulai menusuk kulitnya. Langit masih gelap, hanya diterangi oleh rembulan yang bersinar redup di atas sana. Hari bahkan hampir pagi. Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tubuhnya sudah terlalu lelah, kedua kakinya terasa berat, dan rasa kantuk mulai menyerangnya. Namun, ia tidak bisa berhenti sekarang."Aku benar-benar kehabisan tenaga," gumamnya sembari menghela napas panjang.Roura terus berjalan sambil menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan semakin sunyi, rasa ngeri mulai merayap di pikirannya. Sementara perjalanan menuju kantor Robin Group masih cukup jauh.Angin malam bertiup dingin, menusuk kulitnya hingga membuatnya merapatkan jaket. Setiap bayangan yang bergerak karena hembusan angin terasa mencurigakan, membuatnya semakin waspada.Tiba-tiba, sua

  • Pesona Hantu CEO   Bab 30

    Bab. 30Sion dan Roura terdiam, bersiap mendengarkan apa yang akan Pak Jansen sampaikan. Pria tua itu menarik napas dalam sebelum akhirnya membuka suara.“Ada alasan kenapa Sion bisa terpisah dari tubuhnya,” ucapnya pelan.Roura mengerutkan kening. “Apa alasannya, Pak Jansen?”Pak Jansen tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke arah jendela, menatap rembulan yang menggantung di langit, seolah tengah mengingat sesuatu dari masa lalu. “Ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, orang ini sangat ingin bertemu dengan Sion, tapi dia tidak bisa... karena mereka sudah berbeda alam,” jawab Pak Jansen lagi.Roura semakin bingung. “Apa maksud Anda? Siapa seseorang itu? Kenapa dia ingin bertemu dengan Sion? Apakah dia juga sudah meninggal sehingga mereka berada di alam yang berbeda?”Pak Jansen mengangguk perlahan. “Kurang lebih seperti itu, Roura.”Sion yang sejak tadi diam mulai bertanya, walaupun di sana hanya Roura ya

  • Pesona Hantu CEO   Bab 29

    Bab. 29Roura menghentikan langkahnya, lalu menatap dalam ke arah Pak Jansen. Pria tua itu hanya mengangkat bahu dan bertanya, “Apa yang kau pikirkan, Roura?”Gadis itu menggeleng. “Entahlah, Pak Jansen. Aku tidak bisa memikirkan apa pun. Terlalu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sendiri.”Pak Jansen mengangguk pelan, memahami kebingungan gadis itu. “Aku tahu bagaimana rumitnya pertanyaan di dalam kepalamu. Kalau begitu, ikuti aku saja. Aku akan segera menunjukkan sesuatu. Tidak perlu banyak bertanya sekarang, nanti kau akan mengerti pelan-pelan.”Roura akhirnya mengangguk. Ia mengikuti pria tua itu melangkah melewati lorong rumah sakit yang tenang. Langkah kakinya bergema samar, berpadu dengan suara alat-alat medis yang berbunyi lembut dari berbagai ruangan.Hingga akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah kamar bernomor 307.Pak Jansen membuka pintunya perlahan.Roura masih terdiam begitu melihat siapa yang t

  • Pesona Hantu CEO   Bab 28

    Bab. 28"Tentu saja, aku akan menjawab semua pertanyaanmu," kata Pak Jansen dengan suara beratnya.Roura langsung tersenyum mendengar jawaban itu. "Terima kasih, Pak Jansen. Lalu apa jawaban Anda? Apa Anda tahu sesuatu tentang Sion?" Tetapi pria tua itu tidak menjawab, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekitar. Malam sudah larut, area sekitar Robin Group masih cukup ramai dengan beberapa karyawan lembur yang masih berlalu-lalang.Pak Jansen menatap Roura dan berkata, "Tapi tempat ini bukan lokasi yang tepat untuk berbicara. Bagaimana kalau kau ikut denganku? Aku akan memberimu semua jawaban yang kau cari."Roura sempat terdiam. Ajakan itu tentu saja berisiko. Ini sudah hampir tengah malam, dan ia masih harus pulang ke Kota Mayro. Martha pasti akan marah besar karena ia terlambat. Belum lagi kemungkinan bahaya yang bisa terjadi di jalan. Tapi di sisi lain, ini adalah kesempatan yang tak boleh ia lewatkan.Roura meng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status