Share

Bab 5 - Pinky Boy

Author: Hany Honey
last update Last Updated: 2024-02-18 00:00:40

Cletak!

Aldi menjentikkan jarinya ke kening Riska yang melongo karena mendengar dirinya akan menambahkan uang belanja Riska.

“Awwh ... Bapak!” ringis Riska dengan mengusap keningnya.

“Lagian kamu melongo begitu?” ucap Aldi.

“Ya habisnya uang yang tiga bulan saja masih utuh, ngapain bapak ngasih tambahan uang lagi? Mubazir lho pak?” jawab Riska.

“Aku tidak suka dibantah, Riska! Mau tidak mau kamu harus menerima uang tambahan dari saya, dan mulai sekarang belilah baju yang layak pakai, sepatu, tas, make-up, parfum, dan lainnya! Jangan sampai kosong lagi ini meja rias!” tegas Aldi.

“Memang pakaian saya tidak layak pakai, Pak?” tanya Riska polos dan meneliti pakaian yang ia gunakan. Menurutnya sudah sangat layak pakai, bahkan itu adalah pakaian yang lumayan mahal harganya menurut Riska. “Ini sudah mahal lho, Pak? Saya beli di toko depan sana dekat sama Pasar itu, harganya sudah mahal sekali,” imbuhnya.

“Mahal? Berapa, Riska?” tanya Aldi yang tidak yakin pakaian yang Istri Keduanya pakai itu harganya mahal.

“Du—dua ratus ribu, Pak. Mahal, kan? Saya biasa beli harga lima puluh ribu saja di pasar?” jawabnya polos.

Aldi memijit keningnya, lalu membuang napasnya dengan kasar, berpikir kenapa masih ada perempuan seirit Riska di zaman milenial ini. Jarang sekali Aldi menemukan perempuan yang apa adanya, tidak neko-neko. Bahkan baju dua ratus ribu saja dibilangnya sudah mahal. Padahal bagi seorang Aldi dan Marta untuk membeli satu setel baju saja sudah habis jutaan bahkan puluhan juta.

“Ya sudah biar saya yang belikan pakaian kamu! Kalau nanti dikasih uang pasti belinya di toko pasar lagi!” ujar Aldi gemas. Apalagi melihat wajah Riska yang polos.

“Memangnya harus beli di mana, Pak? Mall atau butik begitu? Haduh ... sayang uangnya, Pak. Dua ratus ribu saja sudah mahal sekali, Pak,” ucapnya.

“Jangan membantah, Riska!” tegasnya. “Saya mau mandi, gerah bicara sama kamu!” tukasnya.

Riska mengangguk, lalu dia meninggalkan kamarnya, dan segera ke dapur menyiapkan sayuran untuk ia masak, untuk makan siang nanti.

^^^

Masih pukul sembilan pagi, pekerjaan Riska sudah selesai semua, menyiapkan sayuran untuk ia masak nanti siang juga sudah selesai. Sebelum memulai masak, ia istirahat sejenak sambil menonton acara Infotaiment di Televisi. Santai sejenak sambil menikmati keripik singkong yang ia beli kemarin di toko sebelah, juga ada kue kering yang ia buat kemarin.

Sementara Aldi masih berdiri di depan cermin setelah mandi. Badannya yang kekar, dada yang bidang, perutnya kotak-kotak bak roti sobek, terpampang jelas di pantulan cermin. Segera Aldi ambil kaos yang Riska siapkan tadi, dan memakainnya. Untung saja Aldi memakai celana pendek.

“Ironis sekali, seorang CEO yang katanya terkenal tegas, angkuh, dingin, sekarang pakai kaos pink, gambarnya Hello Kitty pula? Sudah nikmati saja, Aldi. Hari ini itung-itung kamu kenalan dengan Riska, pendekatan gitu sama istri kedua,” rutuk Aldi sambil melihat dirinya di cermin.

**

Brugh sreet!

Aldi tiba-tiba duduk di sebelah Riska dan mengambil toples yang sedang dipegang oleh Riska.

“Bapak? Ngagetin saja ih!” ucap Riska sedikit terjingkat.

“Lagian serius sekali nonton televisinya? Acara apa sih?” tanya Aldi.

“Biasa, acara gosip, Pak,” jawab Riska.

Riska beralih memandangi Aldi yang memakai kaosnya, berwarna pink dan bergambar Hello Kitty, Aldi hanya memakai kaos dan celana pendek saja, karena baju dan celananya baru saja dicuci Riska. Terlihat jelas Riska menyembunyikan tawa di wajahnya. Riska memang ingin tertawa,  tapi ia tahan, takut suaminya malah marah.

“Kenapa lihat saya begitu, Ris?” tanya Aldi.

“Bapak lucu sekali, pakai pink terlihat menggemaskan,” jawab Riska jujur dan tawanya meledak.

“Ketawamu kayak kuntilanak, Ris!” tukasnya geram.

“Habis lucu dan menggemaskan bapak ini? Pinky boy!” ucapnya dengan gelak tawa.

Bisa-bisanya Riska tertawa terbahak melihat suaminya memakai kaos pink bergambar hello kitty. Yang Aldi tahu Riska gadis pendiam, ternyata dia tidak terlalu pendiam, dan bisa tertawa terpingkal seperti itu di depannya.

“Kamu gemas dengan saya? Kalau gemas sini dekat dengan saya,” ucap Aldi dengan menarik tangan Riska.

“Ih enggak, Pak. Bukan begitu. Jangan begini, Pak,” ucap Riska gugup.

“Memang kenapa? Saya kan suami kamu?” ujar Aldi.

“I—iya, tapi kan tidak begitu juga, Pak?” ucap Riska gugup.

Riska sedikit menggeser tubuhnya, menjauh dari Aldi, karena takut Aldi macam-macam. Padahal enam bulan dia menunggu Aldi supaya memberikan hak batinnya, akan tetapi setelah didekati Aldi, dia tidak keruan rasanya, Riska malah canggung dan ketakutan. Apalagi dia belum pernah merasakan sedekat itu dengan laki-laki.

“Ris, kamu kenapa mau disuruh Marta jadi istri kedua? Kamu masih muda lho?” tanya Aldi.

“Kan bapak sudah tahu alasannya? Kenapa bapak tanya lagi?” jawab Riska.

“Karena ekonomi?”

“Iya itu lebih tepatnya, Pak,” jawabnya.

Aldi melirik Riska yang masih fokus dengan acara televisi yang ditontonnya. Entah kenapa selama enam bulan baru ketemu lagi dengan Riska, pagi ini dia merasa sudah begitu akrab dengan Riska, bahkan Aldi semakin penasaran, ingin mengenal Riska lebih jauh lagi.

“Ris?” panggil Aldi.

Riska sontak menoleh ke arah suaminya itu. “Iya, kenapa, Pak?” sahutnya.

“Kamu yakin mau melakukannya dengan saya? Kamu tidak tahu saya, saya juga tidak tahu kamu, bahkan saya tidak ada perasaan sama kamu, apa kamu mau disentuh oleh laki-laki yang tidak memiliki perasaan apa pun pada dirimu?” tanya Aldi.

“Saya tahu konsekuensinya, Pak,” ucap Riska.

“Bukankah kamu sama saja seperti menjual dirimu, Riska?”

“Kalau menjual diri itu kita melakukan tidak ada ikatan, Pak. Saya sudah dinikahi Bapak, meskipun dengan menikah siri,” jawab Riska.

“Iya betul. Tapi, nikah siri juga harus dengan Wali yang sah, Riska? Bukan seperti kemarin, sewaan Marta semua orangnya. Kita tidak sah kalau melakukan seperti itu. Apa kamu mau, anakmu lahir dengan tidak sah menjadi anak saya? Saya memang ingin anak, saya butuh memiliki keturunan, tapi dari istriku yang sah, bukan istri siri,” ucap Aldi.

Riska mengangguk paham apa yang Aldi jelaskan. Riska membenarkan ucapan suaminya itu, memang kalau anak hasil pernikahan siri, tidak bisa tercantum di catatan sipil, jadi untuk mendapatkan hak apa pun dari ayahnya juga akan dipersulit. Riska semakin memperdalam pikirannya, bagaimana kalau suatu hari nanti Marta hamil? Bagaimana nasib anaknya dengan Aldi nantinya? Pasti akan tersisihkan.

Sejenak mereka diam, hanyut dalam pikirannya masing-masing.

“Ucapan Bapak benar. Kalau anak saya lahir, bukan anak yang sah, terus kalau suatu hari Mbak Marta punya anak dari Bapak, kasihan anak saya,” ucap Riska lirih.

“Kamu baru sadar akan hal itu?” ucap Aldi, yang dijawab oleh anggukkan kepala Riska.

“Baiklah, sekarang aku butuh bantuanmu. Apa kamu mau membantuku, Riska?” tanya Aldi, lagi.

“Bantu apa, Pak? Biar punya anak sekarang? Saya siap kok, Pak,” ucap Riska, polos.

Melihat itu, Aldi menggelengkan kepala. Padahal, baru saja gadis itu sadar kalau nanti anaknya lahir bukan anak yang sah di mata hukum.

Sekarang, kok malah nawarin?

“Apa kamu sudah ingin saya sentuh? Disuruh duduk dekatan saya saja malah menjauh?” 

Ucapan Aldi membuat Riska tersipu. “Jadi, bantuan apa yang harus saya lakukan, Pak?” 

"Bantu aku untuk...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 56 - Harta Yang Paling Berharga

    Hari ini adalah hari ulang tahun Aldi. Seperti yang sudah Marta dan Riska rencanakan jauh-jauh hari, sekarang mereka sedang sibuk menyiapkan surprise untuk suami mereka. Riska membuatkan nasi tumpeng beserta lauk pauknya, dan Marta membuat kue tart juga membuat kue lainnya. Sedangkan Aldi, dia malah ditinggal di rumah sendiri, dengan ketiga anaknya. Dari pagi Marta dan Riska sudah pergi meninggalkan rumah, dan pamit pada Aldi, kalau mereka ingin quality time berdua saja.Padahal hari ini Aldi libur. Aldi kesal, di hari spesialnya kedua istrinya malah kabur semua, memilih jalan-jalan berdua tanpa dirinya dan anak-anak. Semalam juga kedua istrinya malah diam-diam saja, biasanya tepat jam dua belas malam mereka memberikan kejutan untuk Aldi, tapi semalam sama sekali tidak ada kejutan. Semalam Aldi tidur di rumah Riska, Riska malah tidur dengan lelap sekali, setelah melakukan pergumulan panas.Sudah hampir sore, kedua istri Aldi belum ada tanda-tanda pulang. Aldi seharian jadi baby sitter

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 55 - Hamil Lagi?

    Tidak terasa rumah tangga Aldi, Marta, dan Riska kini sudah menginjak tiga tahun lamanya. Rumah tangga mereka adem ayem, tidak pernah ada masalah, Aldi pun sebisa mungkin bisa membagi waktu pada kedua istrinya, dan tentu saja dia harus adil seadil-adilnya, pada ketiga anaknya pun begitu. Mereka hidup rukun, dan bahagia.Aldi terpaksa harus memisahkan rumah kedua istrinya itu, karena tidak ingin istrinya saling cemburu, apalagi dia yang suka sembarangan bercinta di mana pun tempatnya, yang kadang membuat salah satu istrinya melihat adegan panas, dan akhirnya menimbulkan iri, juga menimbulkan rasa tidak percaya diri pada kedua istrinya. Karena mereka menganggap, Aldi lebih panas saat bermain dengan salah satu istrinya, Marta atau Riska.Aldi membuatkan rumah kedua istrinya yang saling berdekatan, bahkan bersebelahan. Dua rumah megah dan mewah dengan model rumah yang sama, tatanan ruangan yang sama, namun desain interiornya biar saja sesuai keinginan istrinya masing-masing. Setiap hari Al

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 54 - Hati-Hati Menjaga Hati

    Marta mengira Aldi memberi Riska sesuatu tanpa sepengetahuannya. Ternyata Aldi telah menyelamatkan bisnis keluarga Riska yang sempat bangkrut beberapa tahun. Sempat ada rasa cemburu dan iri saat tadi, namun setelah tahu apa yang Aldi bicarakan dengan Riska, akhirnya Marta sadar, kalau ia salah sudah berpikiran buruk tentang mereka.**Malam menyapa, masih dalam keadaan tenang dan penuh bahagia keluarga kecil Aldi. Tiga bayi mungil itu sudah terlelap tidur. Beruntung malam ini tiga bayi yang baru menginjak lima bulan usianya itu tidak pernah rewel. Sudah lima bulan mereka tinggal bersama dengan damai, tenang, dan penuh kebahagiaan.Selesai menidurkan si kembar, Riska keluar dari kamarnya. Terlihat Marta sedang berbincang dengan Aldi di ruang tengah sambil sedikit bercanda, bercerita tentang dulu saat pertama mereka bertemu. Mereka merajut kembali kenangan yang pernah mereka lupakan.Riska yang tadinya ingin bergabung bersama mereka akhirnya mengurungkan niatnya. Ia kembali ke kamar

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 53 - Penasaran

    Setelah beberapa hari di rumah sakit, Marta dan Riska diperbolehkan untuk pulang. Riska dan Marta berunding sendiri, selagi Aldi keluar mengurus administrasi mereka.“Ris, aku ini ada Mami sama Papi, jadi Mas Aldi yang ikut pulang sama kamu,” ucap Marta.“Mbak, aku ini melahirkan normal, lagian di rumah ada Bibi kok, aku bisa dibantu Bibi dan aku juga ada Rifka, dia bisa bantuin aku, kan dia biasa ngurus anaknya tetangga kalau pulang sekolah?” ucap Riska.“Kau sangat tega pada adikmu! Biar dia sekolah, jangan suruh-suruh jadi baby sitter, Riska! Aku sudah keluarkan uang untuk sekolah dia, masa kau tega adikmu masih kerja untuk ngasuh anak orang?” celetuk Marta.“Dianya yang mau, katanya sudah sayang banget sama anaknya sebelah rumah,” jawab Riska.“Pokoknya, Mas Aldi ikut kamu saja, aku ada Bibi, ada Mami sama Papi, lagian aku kan Cuma satu bayi, kamu ngurus bayi kembar lho, Ris?”Perdebatan mereka yang membicarakan Aldi harus ikut pulang dengan siapa akhirnya didengar olah Aldi sendi

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 52 - Kiandra, Kama, Kalila

    Dokter Zika langsung memeriksa keadaan Riska yang mendadak pingsan. Hanya pingsan dan tidak ada yang dikhawatirkan dengan Riska. Riska hanya kelelahan setelah melahirkan buah hati kembar sepasangnya.“Bagaimana, Dok?” tanya Aldi dengan penuh kekhawatiran.“Bu Riska hanya pingsan biasa, Pak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Nanti kalau sudah siuman, akan segera dipindahkan ke ruang perawtan,” jelas Dokter Zika.“Syukur Alhamdulillah,” ucap Aldi dengan lega.Aldi menggendong dua bayi kembarnya. Di tangan kananya ia menggendong bayi laki-laki yang keluar pertama, dan di tangan kirinya ia menggendong bayi perempuan. Sepasang bayi yang tampan dan cantik itu membuat Aldi bersyukur dan meneteskan air mata saat Mengadzaninya.Aldi meminta pihak rumah sakit ruangan Riska dan Marta disatukan. Ia ingin menjaga kedua istrinya itu, apalagi ia sudah berjanji akan berlaku adil pada mereka.Riska sudah dipindahkan di ruang perawatan, ia bersama dengan Marta. Aldi begitu bahagia mendapatkan tiga an

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 51 - Tidak Ada Perjanjian Lagi

    Marta dan Riska saling bertatapan mendengar keputusan Aldi yang tiba-tiba berubah. Riska tidak mepermasalahkan jika dirinya yang diceraikan Aldi, karena dalam perjanjijannya memang dia yang harus pergi setelah empat puluh hari melahirkan anaknya Aldi. Meskipun nantinya Riska akan merindukan anak-anakanya yang ia tinggalkan bersama Marta dan Aldi, bahkan ia akan merindukan manjanya Aldi saat bersama dengannya, karena Riska sudah jatuh cinta dengan Aldi sejak lama.Namun, ia tidak berani menyatakan cintanya pada Aldi. Ia menyembunyikan perasaannya di hati yang paling dalam. Ia tidak mau merusak perjanjiannya dengan Marta. Apalagi Marta sudah mewujudkan impian Rifka untuk sekolah di SMA favoritnya, begitu juga dengan Rafka yang ingin masuk di SMP favoritnya. Kedua adiknya bisa sekolah karena Marta yang membiayainya, dengan ia menjadi adik madunya Marta.“Tidak ada perempuan yang ingin hidup dalam satu atap ada tiga cinta, Mas. Kalaupun mau, itu ada sebuah kesepakatan. Aku memang sudah me

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 50 - Aku Mencintai Kalian

    Riska sedang berada di dalam taksi menuju ke rumah sakit di mana Marta dirawat. Tidak peduli sudah tengah malam Riska ingin mengetahui kabar kakak madunya, yang kata pembantunya tadi tidak baik-baik saja.Riska mendapat kabar dari Aldi, ia membaca pesan dari Aldi. Aldi mengabarkan Marta sudah melahirkan dengan keadaan bayi prematur, Marta juga sudah di bawa ke ruang perawatan pasien, itu artinya Marta keadaannya sudah baik-baik saja.Sampai di rumah sakit, Riska langsung menanyakan pada bagian informasi di mana ruangan Marta berada. Setelah mendapatkan informasi, dia segara menuju ke ruang perawatan Marta.Aldi sudah berada di ruangan Marta. Dia menemani Marta yang baru saja siuman. Aldi dari tadi tidak melepaskan genggaman tangannya pada Marta.“Aku ingin cepat-cepat lihat anakku, Mas,” ucap Marta.“Sabar ya, Ta? Kamu kan masih begini keadaannya. Besok pagi juga dia akan dibawa ke sini kok,” ucap Aldi menenangkan Marta.“Iya, Sayang, kamu harus fokus pemulihanmu dulu, ya? Kata dokter

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 49 - Kabari Dia

    “Ma, kalau anakku lahir dengan selamat, Marta bagaimana?” ucap Aldi dengan suara serak, ia terlihat begitu takut kalau terjadi sesuatu dengan Marta. Belum sempat ia meminta maaf pada Marta, tapi Marta harus pergi untuk selama-lamanya setelah melahirkan. Itu yang ada di pikiran Aldi sekarang.“Aldi, kamu tenang! Dokter dan tim nya belum keluar memberikan keterangan apa pun tentang kondisi Marta dan bayinya!” tutur Ghandi, ayah dari Aldi.“Iya, Al. Jangan begitu. Kita semua ingin Marta baik-baik saja bersama anaknya,” tutur Danar.Danar tahu Aldi sangat panik saat ini, padahal beberapa bulan yang lalu, setelah Danar tahu Aldi memiliki dua istri, Aldi sudah bicara empat mata dengan ayah mertuanya itu. Aldi sudah menitipkan Marta pada Ayahnya kembali, karena masih berniat untuk menceraikan Marta. Danar menyetujuinya, meskipun sangat kecewa pada Aldi. Namun, kembali lagi, semua itu disebabkan oleh Marta sendiri. Marta seperti itu pun karena Danar yang memulainya.“Aku gak mau Marta pergi,

  • Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku   Bab 48 - Di Antara Dua Pilihan

    Aldi langsung membawa tubuh Marta, ia membopongnya dan masuk ke dalam mobil. Aldi juga meminta pembantu di rumah Marta untuk mempersiapkan perlengkapan Marta. Beruntung Marta sudah mempersiapkannya, padahal masih kisaran lima minggu lagi HPL nya, namun Marta ingin menyiapkannya lebih awal, karena tidak mau merepotkan yang lain.“Sakit, Mas!” pekik Marta.“Ta, bukannya HPL kamu masih lima mingguan lagi waktu kemarin kita periksa sama-sama Riska juga?” tanya Aldi.“Gak tahu, Mas. Ini sungguh sakit sekali,” jawab Marta.Aldi memacu kecepatan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak panik sekali melihat Marta yang kesakitan seperti itu. Rasanya jantungnya mau lepas mendengar jeritan lirih Marta yang menhan sakitnya.Marta juga tidak tahu, kenapa dia merasa mulas dan kontraksi sangat hebat di perutnya, seperti mau melahirkan. Padahal HPL nya masih lama. Marta mulai panik, takut terjadi sesuatu pada Bayi yang ia kandung.“Bu, Bu Marta? Pak, Bu Marta pingsan!” pekik Pembantu yang juga ikut

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status