Accueil / Young Adult / Pesona Istri Presdir Posesif / 002 || Perselingkuhan Lingga

Share

002 || Perselingkuhan Lingga

Auteur: Diva
last update Dernière mise à jour: 2024-12-19 14:36:20

Bab 2.

"Nggak! Ini nggak bener!"

Anindya tercengang. Kemarin, dia dan Lingga memang pergi ke rumah sakit Internasional Permata. Namun, pernyataan Dokter kandungan sangat bertentangan dengan surat medis yang diberikan oleh Lingga. Jadi, sudah dapat dipastikan jika surat medis tersebut hanyalah alat untuk memfitnah Anindya.

Brak!

Arjuna menggebrak meja makan. Dia berdiri. Dia merasa tertipu karena selama ini ternyata menantunya cuma cantik saja, tapi tidak bisa menghasilkan keturunan.

"Ternyata kamu bukan perempuan sempurna, Nindy," kata Arjuna, merendahkan. "Punya wajah cantik saja percuma, kalo nggak bisa ngasih keturunan untuk suaminya!"

Anindya sakit hati mendengarnya. Dia segera bangkit dari posisinya yang berada di lantai.  Anindya menatap kedua mertuanya dengan nanar.

'Pa, Ma ... asal kalian tau aja surat medis itu palsu! Aku nggak mandul selama ini, tapi Lingga yang nggak pernah sentuh aku dari malam pertama kita nikah.' Anindya hanya mampu mengatakan itu dalam hati saja. Dia begitu tak menyangka dengan Lingga yang begitu tega padanya.

Rencana pertama Lingga telah berhasil. Sekarang Lingga melempar surat perceraian di atas meja makan. Dia mendorong Anindya dengan kasar samoai perut Anindya terkena ujung meja.

"Cepat tanda tangani surat perceraian ini!"

Lingga yang berdiri di belakang Anindya, menekan kedua bahu Anindya dengan kuat. "Cepat tanda tangan sekarang juga!"

Anindya membaca kalimat paling atas dari selembar kertas yang dilemparkan Lingga. Dia mulai menangis.

Anindya menggeleng cepat. "Nggak! Aku nggak mau cerai, Lingga!"

Anindya menolak keinginan Lingga untuk bercerai. Dia lebih memilih untuk mempertahankan pernikahannya.

"Oke, nggak masalah!"

Benarkah Lingga menyerah menekan Anindya untuk menandatangani surat cerai begitu saja?

"Lingga, kalo Nindy nggak mau cerai. Gimana kalo dimadu aja?"

Itu usulan Mariss membuat Anindya melotot tak percaya. Dia melirik Lingga yang justru menyeringai.

Lingga menoleh ke belakang sambil memanggil nama seorang perempuan. "Mel, masuk sini!"

Anindya dan kedua mertuanya terkejut melihat kedatangan seorang aktris yang sedang naik daun. Dia adalah Melani Adisti. Melani tidak datang seorang diri melainkan bersama 2 anak laki-laki kembar berusia 2 tahun.

Anindya melangkah mendekat pada Lingga. "Kenapa dia ada di sini? Sayang, kamu kenal dia?"

Lingga tidak menggubris pertanyaan Anindya. Dia menatap Melani dengan senyuman. Lalu, menyambutnya.

"Dia adalah istri dan kedua anak kembarku," jawab Lingga tanpa merasa bersalah.

Saking syoknya, Anindya menutup mulutnya mendengar jawaban Lingga. Dia menggeleng berulang kali, berharap apa yang dia dengar itu salah.

"Jangan bercanda, Sayang! Ini nggak lucu! Kamu pasti bohong sama aku, kan?"

Anindya memegangi tepi meja untuk menahan bobot tubuhnya. Dia menepuk dadanya yang terasa sesak.

Marisa segera mendekat di sisi Lingga. "Lingga, Mama sama Papa butuh penjelasan!"

Melani tidak datang sendiri melainkan bersama seorang pengasuh. Dia memerintahkan pengasuhnya pergi menjaga anak-anaknya.

Lingga berkata, "Ma, Pa ... kenalin. Dia istriku dan juga Ibu dari kedua anak kembarku. Aku dan Melani udah nikah sirih selama 3 tahun. Sekarang anak-anakku sudah berumur 2 tahun."

Mendengar penjelasan Lingga, berarti dia sudah berselingkuh di belakang Anindya saat mereka sudah menikah. Mendadak kepala, Anindya terasa sakit.

"Kalo kaya gitu kenapa kamu nikahin perempuan mandul ini?"

Marisa menatap Lingga emosi.

Lingga tersenyum hangat menatap Melani, sambil menggenggam tangan Melani dengan lembut.

"Ma, saat itu karir Melani lagi berada di puncak. Aku nggak mau mengedepankan ego!"

Melani menggangguk membenarkan. Lalu, dia menatap Anindya penuh kebencian.

"Tapi, kalian maksa aku buat nikah. Jadi aku ngelamar Nindy," kata Lingga kemudian.

Marisa menatap Arjuna yang sejak tadi tidak berkomentar. Sedangkan Anindya sibuk menghapus air matanya.

"Jadi, gimana, Pa?" tanya Marisa meminta pendapat pada Arjuna.

Arjuna menatap sejenak pada Anindya. Lalu, berpikir keras. Dia tidak ingin salah melangkah mengambil keputusan untuk keluarganya.

Arjuna berdehem pelan. "Papa menerima kehadiran Melani. Mau gimana pun Papa udah tua, Papa butuh secepatnya penerus untuk bisnis restoran keluarga Aditama!"

Karena sangat menginginkan keturunan. Keluarga Aditama mau tak mau menerima kehadiran Melani. Arjuna akan menjadikan kedua anak laki-laki kembar itu sebagai penerus keluarga Aditama.

"Satu minggu lagi, Melani dan Lingga akan menikah secara negara. Jadi, statua cucuku akan jelas di mata hukum."

"Ah, secepat itu, Pa?" Melani pura-pura terkejut. Lalu, dia menoleh pada Lingga. "Tapi istri sah kamu gimana, Lingga?"

Arjuna langsung berteriak kala Melani mengungkit nama Anindya. "Ceraikan perempuan mandul itu, Lingga!"

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
sabar ya Nindy.. kalau aku jadi kamu langsung aku TTD aja itu
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Pesona Istri Presdir Posesif   124 || Keputusan Lingga

    "Tapi kondisi kalian cukup mengkhawatirkan," petugas polisi menimpali. "Dan lokasi kecelakaan itu perlu kami tinjau, memastikan tidak ada hal yang mencurigakan." Rizhar merasakan detak jantungnya semakin cepat. Jika polisi menelusuri lebih jauh, mereka bisa menemukan jejak penculikan Ivander. Dan jika itu terjadi, Rizhar tahu masalah ini tidak akan berhenti di sini. "Kami sudah melewatinya, Pak." Lingga akhirnya berbicara, suaranya terdengar sedikit serak. "Kami hanya ingin pulang, bertemu keluarga, dan melupakan kejadian itu. Kami tidak ingin memperpanjang masalah." Petugas polisi saling bertukar pandang, tampaknya tidak puas dengan jawaban mereka. "Begini, Tuan Lingga—" "Tolong, Pak," Lingga memotong dengan suara yang lebih tegas. "Kami hanya ingin pulang." Keheningan mengisi ruangan. Marisa tampak semakin cemas. Sedangkan, Melani yang sejak tadi memperhatikan Lingga dari kejauhan melangkah mendekat. Dia terlalu syok melihat kehadiran Lingga dengan jarak satu meter di de

  • Pesona Istri Presdir Posesif   123 || Bertemu Marisa

    "Lingga, akhirnya kamu kembali, Nak!" Marisa yang melihat presensi Lingga yang melangkah memasuki kantor polisi segera berteriak dengan lantang. Dia berlari menerjang putranya dengan pelukan erat. "Astaga, Lingga!" Suaranya bergetar penuh emosi. Pelukannya begitu erat, seolah berusaha memastikan bahwa putranya benar-benar nyata berada di depannya. Seminggu tanpa kabar, seminggu penuh kecemasan yang menggerogoti hatinya setiap detiknya. Lingga meringis pelan saat pelukan sang Ibu menyentuh luka pada punggungnya. Pukulan besi yang dilayangkan oleh anak buah Ivander pada punggungnya menyisakan luka dengan rasa sakit yang luar biasa. Marisa yang mendengar Lingga meringis kesakitan. Buru-buru melepaskan pelukannya. Dia memeriksa tubuh Lingga dengan rasa khawatir dan panik yang begitu kentara. "Maaf, Mama nggak tau, Nak. Bilang sama Mama mana yang luka!" Marisa segera memeriksa seluruh tubuh Lingga. Untuk mengecek semua luka yang memenuhi tubuh putranya. Namun, dengan cepat Li

  • Pesona Istri Presdir Posesif   122 || Siaran Televisi

    "Pandora — Dunia hiburan kota Pandora kembali dihebohkan dengan kabar menghilangnya Lingga Aditama, mantan sutradara ternama yang terseret dalam skandal perselingkuhan dengan aktris papan atas, Melani Adisti." ‎ Ivander mengambil duduk di samping sang istri yang tengah fokus menatap layar televisi. ‎"Setelah skandal mereka terungkap ke publik sebulan lalu, keduanya secara resmi dipecat dari agensi masing-masing akibat pelanggaran kontrak dan pencemaran nama baik institusi. Pemecatan tersebut langsung menjadi sorotan publik dan media hiburan." Ivander yang semula terkejut. Kini terlihat sangat santai, dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Matanya menatap istrinya dari samping, mengabaikan siaran berita pagi ini di televisi. ‎ "‎Namun kini, perhatian publik kembali tertuju pada kasus ini. Lingga Aditama dilaporkan menghilang sejak tujuh hari yang lalu. Keluarga menyatakan bahwa sejak pekan lalu, Lingga tidak dapat dihubungi sama sekali." Anindya menoleh pada Iva

  • Pesona Istri Presdir Posesif   121 || Kopi Buatan Anindya

    "Sayang, urusan semalam bener-bener mendadak. Jadi, mereka terpaksa hubungin aku buat bahas masalah perusahaan." Ivander mengambil duduk di samping sang istri, dia menarik pelan dagu Anindya agar menatapnya. "Udah, ya jangan marah lagi. Aku bener-bener minta maaf." Ivander membujuk Anindya dengan nada lembut, berharap istrinya akan luluh dengan bujukannya. Tidak semudah itu, Anindya masih saja kesal dengan Ivander yang meninggalkan dirinya semalaman. Entahlah, dirinya masih tidak mengerti kenapa harus sekesal ini. Padahal, tidak ada yang dirugikan sama sekali. Hanya karena dirinya menahan rasa penasaran sambil menunggu kembalinya Ivander dan berakhir ketiduran. Itu yang membuat Anindya misah-misuh sejak bangun tidur. Beruntung suaminya itu saat dirinya terbangun pagi tadi sudah berada di sisinya tengah memeluk tubuhnya dengan hangat. Jika, tidak ada Ivander di sisinya. Mungkin Anindya semakin marah besar pada Ivander. "Sayang, kita baru menikah tiga hari. Masa udah r

  • Pesona Istri Presdir Posesif   120 || Rasa Kesal Anindya

    "Kamu semalam pulang jam berapa, Ivan?" Di dalam dapur villa yang luas dan minimalis, suasana hangat dan nyaman memenuhi ruangan. Dinding kaca besar menghadap langsung ke laut, memberikan pemandangan yang sempurna untuk memulai hari. Lantai kayu berwarna terang terasa hangat saat Ivander melangkah, sementara Anindya tengah mempersiapkan sarapan di meja marmer yang mengkilap. Dapur yang dipenuhi dengan peralatan modern dan rak terbuka berisi berbagai macam rempah dan bahan makanan segar, memberikan kesan mewah namun tetap terasa santai. Di atas meja, terdapat satu cangkir kopi hitam pekat yang mengepul, aroma kopi yang khas menyebar memenuhi udara. Di sebelahnya, roti panggang yang masih hangat diletakkan di atas piring, dengan selai buah segar dan mentega yang meleleh perlahan. "Sekitar jam sepuluh. Maaf, ya kamu sampai ketiduran nungguin aku." Ivander mendekat pada sang istri. Dia mengusap surai panjang Anindya yang kini duduk di meja makan bersiap memulai sarapan paginya. Di

  • Pesona Istri Presdir Posesif   119 || Penjelasan Lingga

    "Apakah benar ini kediaman Pak Rizhar?" Salah seorang petugas polisi mendekati salah satu warga yang berkerumun mengelilingi rumah Rizhar. Rumah yang menjadi tujuannya pagi ini untuk mencari keberadaan Lingga, setelah mendapat laporan dari Marisa kemarin atas kehilangan putranya selama hampir satu Minggu. Petugas polisi melacak ponsel Lingga sore itu juga, dan ternyata ponsel Lingga berada di daerah Solora. Tepatnya berada di salah satu kediaman rumah warga di daerah Solora, pagi ini juga polisi segera menuju kediaman Rizhar lokasi ponsel Lingga berada. "Benar, Pak. Tapi, sudah hampir satu Minggu ini saya nggak liat keberadaan Rizhar. Rumahnya juga terkunci, bahkan beberapa hari ini terlihat sepi. Biasanya ada orang nongkrong di depan rumahnya." Salah satu warga bernama Nina itu menjawab apa yang dia ketahui dalam beberapa hari ini. Pasalnya, Nina merupakan tetangga dekat Rizhar. Rumah Nina berada tepat di samping rumah Rizhar. Rumah Rizhar itu tidak pernah sepi setiap

  • Pesona Istri Presdir Posesif   118 || Dendam Lingga

    "Dasar bajingan!" Dengan penuh Geraman, Lingga mengumpati Ivander Meskipun takut pada Ivander, Lingga dan Rizhar tetap menyimpan marah pada Ivander. Belum selesai rasa kesal mereka terhadap kemunculan Ivander, suara mesin lain yang lebih bising mendekat dari arah yang sama. Jaguar XJ, dengan desain yang tajam dan elegan, melesat melewati mereka seperti bayangan hitam. Dalam mobil tersebut, Lingga bisa melihat sekilas Zico di kursi pengemudi dan Bima di sebelahnya, wajah mereka tertutup oleh bayangan lampu kabin. Lingga merasakan darahnya mendidih. Kedua mobil itu melaju dengan angkuh, meninggalkan jejak debu yang naik ke udara malam. Mereka tidak hanya melewati Lingga dan Rizhar—mobil-mobil itu seperti simbol ejekan atas ketidakberdayaan mereka. Tapi Lingga tahu bahwa mereka tidak punya pilihan. Membalas dendam sekarang berarti membuka diri terhadap bahaya yang lebih besar. "Liat aja nanti. Hidup kalian akan hancur sebelum kalian menghancurkanku!" Lingga meantap penuh dendam pa

  • Pesona Istri Presdir Posesif   117 || Tengah Hutan

    "Kapok aku nggak mau berurusan sama Ivander lagi!" Suara Rizhar terdengar penuh penyesalan. Seandainya hari itu dia menolak ajakan Lingga untuk menculik Anindya, bahkan dia secara tidak langsung menjadi penyebab Anindya mengalami keguguran. "Kenapa kamu nggak bilang kalo mantan istri kamu itu udah punya suami kaya iblis itu!" lanjut Rizhar menyalahkan Lingga yang sejak tadi diam berjalan tertatih di sampingnya. Dengan langkah berat keduanya terus menyusuri lahan luas yang terbentang di depan mereka. Pepohonan kering di sekitar danau menciptakan bayangan menakutkan di bawah cahaya bulan yang redup. Angin malam yang dingin menusuk kulit mereka, membawa aroma hutan yang lembap dan asing. "Aku nggak tau kalo Anindya saat itu lagi hamil." Lingga menjawab dengan napas yang memburu. "Aku pikir nggak akan terjadi apapun kalo aku merkosa Anindya saat itu. Karena, mau gimanapun Anindya itu mantan istri aku."

  • Pesona Istri Presdir Posesif   116 || Sabotase Zico

    "Tutup mulut, dengan begitu hidup kalian berdua aman." Ivander menatap mereka berdua yang telah bebas dari rantai besi yang selama ini membelenggu. "Saya bisa menghancurkan hidup kalian kapan saja jika hal ini bocor. Paham?" Lingga dan Rizhar berdiri di depan Ivander, tubuh mereka lemah dan gemetar. Keduanya tampak kehilangan kekuatan setelah seminggu menerima siksaan fisik tanpa henti. Kaki mereka terasa seperti jelly, nyaris tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri setelah terbelenggu dan tak bergerak terlalu lama. Rizhar mengangguk ketakutan. Wajah pria bertato itu terlihat pucat, mencerminkan rasa takut yang mendalam terhadap Ivander. Pria itu, dengan tatapan dingin tanpa emosi, telah menunjukkan bahwa ia tak memiliki rasa iba sedikit pun. Semua siksaan, dari pukulan hingga tendangan, dilakukan tanpa ekspresi—seolah teriakan mereka adalah sesuatu yang tak pernah sampai ke telinganya. "Saya berjanji tidak akan bicara tentang ini. Tolong lepaskan saya," suara Rizhar bergetar,

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status