Share

Pesona Istri Presdir Posesif
Pesona Istri Presdir Posesif
Author: Diva

001 || Kamu Mandul?

Author: Diva
last update Huling Na-update: 2024-12-19 14:35:32

"Nindy, kamu mandul?"

Suara tegas Arjuna Aditama menghentikan kegiatan makan malam semua orang. Dia adalah ayah mertua Anindya. Suasana di ruang makan langsung berubah canggung.

Bibir Anindya gemetar. "Aku ... aku nggak—"

Anindya gugup. Dia baru selesai memasak dan mengatur semua menu di meja makan. Dia bahkan masih memakai celemek dan belum sempat duduk.

Anindya Prameswari, 25 tahun. Saat usia 22 tahun, dia kabur dari rumahnya karena perjodohan. Sebelum menikah dengan Lingga Aditama, dia adalah seorang nona muda satu-satunya keluarga Darendra.

Keluarga Darendra adalah salah satu dari empat keluarga kaya di Kota Pandora. Tiga keluarga lainnya yaitu keluarga Alessandro, Malik dan Triharjo. Namun setelah menjadi menantu keluarga Aditama, Anindya justru diperlakukan seperti babu.

Ibu mertua Anindya menyela, "Mau alesan apa lagi kamu? Keluarga Aditama butuh penerus secepatnya."

Sebagai ibu mertua, Marisa Ayudewi tidak pernah mengakui Anindya sebagai menantu keluarga Aditama. Alasannya, tentu saja karena asal-usul Anindya yang tidak jelas.

Yang keluarga Aditama ketahui, Anindya hanyalah seorang perempuan yatim piatu yang ditinggal di panti asuhan pinggir kota. Jadi, Anindya tidak pantas menjadi istri Lingga.

Anindya mencengkeram celemek seraya mengumpulkan keberanian. Dia melirik Lingga. "Ma, Pa ... aku udah berusaha. Tapi—"

Lingga melirik Anindya tajam. "Jangan cari pembelaan dari aku, Nindy! Apa yang dibilang Papa bener. Kamu memang mandul."

Anindya dan Lingga sudah menikah selama 3 tahun. Mereka bertemu di universitas Erlangga. Dulunya, Lingga adalah senior Anindya. Meskipun berbeda program study, Lingga mengejar Anindya karena kecantikannya.

Salah siapa Anindya berpura-pura miskin dan menyembunyikan identitasnya di depan Lingga dan keluarga Aditama?

Anindya mendekati Lingga. "Sayang, kok kamu ngomong gitu? Kan kamu sendiri yang nggak—"

Lingga tetap menikmati makan malamnya seolah tidak terjadi apa-apa. Anindya sudah terbiasa dengan sikap dinginnya sejak malam pertama mereka menikah.

Mendengar jawaban Lingga, kedua mertuanya semakin naik pitam. Jelas sekali kebencian yang mereka tunjukan pada Anindya lewat tatapannya.

"Lingga, kamu ini sutradara terkenal di Kota Pandora," kata Marisa. "Pasti banyak wanita yang mau jadi Istri kamu. Jangan bodoh, Lingga! Cepat cari Istri lagi yang bisa kasih kamu anak!"

Saking terkejutnya, Anindya menutup mulut dengan kedua tangan. "Hah?! Cari Istri lagi?! Segampang itukah Mama mengabaikan perasaan aku?!"

Bukannya membela, Lingga justru berkata, "Seharusnya, dulu aku dengerin nasehat Mama sama Papa. Kalo udah begini, aku jadi menyesal seumur hidup."

Anindya terdiam. Dia tak percaya Lingga dengan mudahnya mengatakan itu padanya.

Lingga mendorong piringnya yang masih sisa separuh makanan. Dia berdiri sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana.

"Aku udah selesai makan," kata Lingga, acuh tak acuh.

Ketika Lingga hendak pergi, Anindya menariknya. "Sayang, kamu nggak akan cari Istri lagi, kan? Selama ini, aku setia sama kamu. Aku kerjain semua pekerjaan rumah. Aku memasak, mencuci pakaian, dan menyiram tanaman. Aku juga pergi berbelanja untuk orang serumah."

Hati Lingga tidak tersentuh sedikit pun. Dia justru mendorong Anindya hingga tersungkur di lantai.

Anindya jatuh terduduk. "Aduh!"

Anindya menahan tubuhnya dengan kedua tangan. Dia mendongakkan kepala, menatap wajah suaminya sambil menahan sakit.

Lingga bukan hanya bersikap dingin pada Anindya. Selama 3 tahun menikah, dia jarang pulang dan tidak pernah memberikan nafkah lahir batin. Selain itu, Lingga tidak pernah perhatian sedikit pun pada Anindya.

Namun, Anindya tidak pernah berhenti mencintai Lingga. Dia berharap, suatu saat nanti Lingga akan mencintainya tulus dan memiliki anak darinya.

"Sayang, aku cinta sama kamu! Kamu nggak perlu cari istri lagi, aku bisa ngasih kamu anak asal kam—"

Ucapan Anindya terhenti saat Lingga melempar sebuah amplop putih panjang tepat pada wajahnya.

"Aku nggak mungkin masih pertahanin istri nggak guna kaya kamu, Nindy!"

Lingga menatap Anindya yang terduduk di lantai dengan begitu rendah.

"Apa ini, Sayang?"

Anindya mengambil amplop putih panjang yang berada di lantai. Dia mulai membukanya, tapi selembar kertas tersebut lebih dahulu dirampas oleh Marisa.

Lingga maju selangkah mendekati Anindya. "Itu hasil pemeriksaan medis kemaren, Nindy! Kamu dinyatakan mandul oleh Dokter Internasional Permata!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
duh kok geregetan Ama lingga ya ... baru bab awal dah emosi aja aku.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Istri Presdir Posesif   124 || Keputusan Lingga

    "Tapi kondisi kalian cukup mengkhawatirkan," petugas polisi menimpali. "Dan lokasi kecelakaan itu perlu kami tinjau, memastikan tidak ada hal yang mencurigakan." Rizhar merasakan detak jantungnya semakin cepat. Jika polisi menelusuri lebih jauh, mereka bisa menemukan jejak penculikan Ivander. Dan jika itu terjadi, Rizhar tahu masalah ini tidak akan berhenti di sini. "Kami sudah melewatinya, Pak." Lingga akhirnya berbicara, suaranya terdengar sedikit serak. "Kami hanya ingin pulang, bertemu keluarga, dan melupakan kejadian itu. Kami tidak ingin memperpanjang masalah." Petugas polisi saling bertukar pandang, tampaknya tidak puas dengan jawaban mereka. "Begini, Tuan Lingga—" "Tolong, Pak," Lingga memotong dengan suara yang lebih tegas. "Kami hanya ingin pulang." Keheningan mengisi ruangan. Marisa tampak semakin cemas. Sedangkan, Melani yang sejak tadi memperhatikan Lingga dari kejauhan melangkah mendekat. Dia terlalu syok melihat kehadiran Lingga dengan jarak satu meter di de

  • Pesona Istri Presdir Posesif   123 || Bertemu Marisa

    "Lingga, akhirnya kamu kembali, Nak!" Marisa yang melihat presensi Lingga yang melangkah memasuki kantor polisi segera berteriak dengan lantang. Dia berlari menerjang putranya dengan pelukan erat. "Astaga, Lingga!" Suaranya bergetar penuh emosi. Pelukannya begitu erat, seolah berusaha memastikan bahwa putranya benar-benar nyata berada di depannya. Seminggu tanpa kabar, seminggu penuh kecemasan yang menggerogoti hatinya setiap detiknya. Lingga meringis pelan saat pelukan sang Ibu menyentuh luka pada punggungnya. Pukulan besi yang dilayangkan oleh anak buah Ivander pada punggungnya menyisakan luka dengan rasa sakit yang luar biasa. Marisa yang mendengar Lingga meringis kesakitan. Buru-buru melepaskan pelukannya. Dia memeriksa tubuh Lingga dengan rasa khawatir dan panik yang begitu kentara. "Maaf, Mama nggak tau, Nak. Bilang sama Mama mana yang luka!" Marisa segera memeriksa seluruh tubuh Lingga. Untuk mengecek semua luka yang memenuhi tubuh putranya. Namun, dengan cepat Li

  • Pesona Istri Presdir Posesif   122 || Siaran Televisi

    "Pandora — Dunia hiburan kota Pandora kembali dihebohkan dengan kabar menghilangnya Lingga Aditama, mantan sutradara ternama yang terseret dalam skandal perselingkuhan dengan aktris papan atas, Melani Adisti." ‎ Ivander mengambil duduk di samping sang istri yang tengah fokus menatap layar televisi. ‎"Setelah skandal mereka terungkap ke publik sebulan lalu, keduanya secara resmi dipecat dari agensi masing-masing akibat pelanggaran kontrak dan pencemaran nama baik institusi. Pemecatan tersebut langsung menjadi sorotan publik dan media hiburan." Ivander yang semula terkejut. Kini terlihat sangat santai, dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Matanya menatap istrinya dari samping, mengabaikan siaran berita pagi ini di televisi. ‎ "‎Namun kini, perhatian publik kembali tertuju pada kasus ini. Lingga Aditama dilaporkan menghilang sejak tujuh hari yang lalu. Keluarga menyatakan bahwa sejak pekan lalu, Lingga tidak dapat dihubungi sama sekali." Anindya menoleh pada Iva

  • Pesona Istri Presdir Posesif   121 || Kopi Buatan Anindya

    "Sayang, urusan semalam bener-bener mendadak. Jadi, mereka terpaksa hubungin aku buat bahas masalah perusahaan." Ivander mengambil duduk di samping sang istri, dia menarik pelan dagu Anindya agar menatapnya. "Udah, ya jangan marah lagi. Aku bener-bener minta maaf." Ivander membujuk Anindya dengan nada lembut, berharap istrinya akan luluh dengan bujukannya. Tidak semudah itu, Anindya masih saja kesal dengan Ivander yang meninggalkan dirinya semalaman. Entahlah, dirinya masih tidak mengerti kenapa harus sekesal ini. Padahal, tidak ada yang dirugikan sama sekali. Hanya karena dirinya menahan rasa penasaran sambil menunggu kembalinya Ivander dan berakhir ketiduran. Itu yang membuat Anindya misah-misuh sejak bangun tidur. Beruntung suaminya itu saat dirinya terbangun pagi tadi sudah berada di sisinya tengah memeluk tubuhnya dengan hangat. Jika, tidak ada Ivander di sisinya. Mungkin Anindya semakin marah besar pada Ivander. "Sayang, kita baru menikah tiga hari. Masa udah r

  • Pesona Istri Presdir Posesif   120 || Rasa Kesal Anindya

    "Kamu semalam pulang jam berapa, Ivan?" Di dalam dapur villa yang luas dan minimalis, suasana hangat dan nyaman memenuhi ruangan. Dinding kaca besar menghadap langsung ke laut, memberikan pemandangan yang sempurna untuk memulai hari. Lantai kayu berwarna terang terasa hangat saat Ivander melangkah, sementara Anindya tengah mempersiapkan sarapan di meja marmer yang mengkilap. Dapur yang dipenuhi dengan peralatan modern dan rak terbuka berisi berbagai macam rempah dan bahan makanan segar, memberikan kesan mewah namun tetap terasa santai. Di atas meja, terdapat satu cangkir kopi hitam pekat yang mengepul, aroma kopi yang khas menyebar memenuhi udara. Di sebelahnya, roti panggang yang masih hangat diletakkan di atas piring, dengan selai buah segar dan mentega yang meleleh perlahan. "Sekitar jam sepuluh. Maaf, ya kamu sampai ketiduran nungguin aku." Ivander mendekat pada sang istri. Dia mengusap surai panjang Anindya yang kini duduk di meja makan bersiap memulai sarapan paginya. Di

  • Pesona Istri Presdir Posesif   119 || Penjelasan Lingga

    "Apakah benar ini kediaman Pak Rizhar?" Salah seorang petugas polisi mendekati salah satu warga yang berkerumun mengelilingi rumah Rizhar. Rumah yang menjadi tujuannya pagi ini untuk mencari keberadaan Lingga, setelah mendapat laporan dari Marisa kemarin atas kehilangan putranya selama hampir satu Minggu. Petugas polisi melacak ponsel Lingga sore itu juga, dan ternyata ponsel Lingga berada di daerah Solora. Tepatnya berada di salah satu kediaman rumah warga di daerah Solora, pagi ini juga polisi segera menuju kediaman Rizhar lokasi ponsel Lingga berada. "Benar, Pak. Tapi, sudah hampir satu Minggu ini saya nggak liat keberadaan Rizhar. Rumahnya juga terkunci, bahkan beberapa hari ini terlihat sepi. Biasanya ada orang nongkrong di depan rumahnya." Salah satu warga bernama Nina itu menjawab apa yang dia ketahui dalam beberapa hari ini. Pasalnya, Nina merupakan tetangga dekat Rizhar. Rumah Nina berada tepat di samping rumah Rizhar. Rumah Rizhar itu tidak pernah sepi setiap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status