Share

Bab. 4. Penjelasannya Laila.

"Kamu kenapa Nak?" tanya Ibu Susi sekali lagi. Ia nampak iba melihat putrinya pulang sengaja keadaan yang sulit dijelaskan. Sebenarnya orang tua itu sudah sadar jika anaknya sedang tidak baik-baik. Hanya saja, mereka ingin mendengar langsung dari bibir Laila.

"Bawa Laila masuk Bu," pinta pak Anton, ayah Laila sadar putrinya butuh ketenangan.

"Iya Yah," Mereka lalu masuk ke dalam rumah. Masih dengan keadaan awal, Laila nampak tak sanggup berucap. Hanya air mata yang semakin merembes membasahi kedua pipi putihnya.

"Oeek, oeeek." Bayi mungil itu menangis lagi, membuat siapapun terenyuh mendengar tangisannya. Bayi mungil nan tampan itu, lantas berpindah tempat ke pangkuan sang nenek, ia dekap hangat cucu pertamanya itu.

"Cup, cup. Sayang," ujar Susi, menenangkan sang bayi.

Laila sendiri, masih belum bisa menjelaskan apa yang terjadi. Seakan paham dengan kondisi anaknya. Pak Anton dan Bu Susi tetap diam menunggu anaknya berbicara.

Bu Susi lantas memberikan bayi mungil itu pada suaminya, sedangkan ia pergi ke dapur dan membuatkan teh manis untuk putrinya. Setelah selesai membuat teh, ia kembali dan menyodorkan teh itu pada Laila. Perlahan, Laila meneguk teh itu, meski dengan tangan yang gemetar.

Air teh dalam gelas tandas seketika setelah di teguk oleh Laila . Laila sendiri mencoba tenang meski rasanya sulit, tenggorokan seakan masih tercekat untuk memulai pembicaraan.

"Ceritalah. Ada apa Nak?" tanya wanita itu. Wanita yang cukup senja meski usainya tidak sesenja umurnya. Ya, Bu Susi terlalu bekerja keras untuk membantu perekonomian keluarganya hingga melupakan penampilannya yang lebih tua dari umurnya.

Sejak dulu, bahkan saat Laila masih sekolah keluarganya tak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah setempat. Bukan hanya dirinya, tetapi penduduk lain di desanya juga, sulit mendapatkan bantuan. Itulah yang membuat keluarga ini bekerja sekeras mungkin. Sejak Laila sekolah, orang tuanya membanting tulang mencari uang demi kelangsungan sekolah dan hidup anaknya. Meski miskin, mereka tidak mau anak-anak mereka putus sekolah dan bernasib seperti mereka.

Hanya pak Fernando, orang baik yang selalu membantu mereka di kala kesusahan. Itu pula sebab sulitnya pak Anton dan Bu Susi menolak keinginan dirinya untuk menikahkan putrinya dengan anaknya. Pak Fernando memberinya pekerjaan di perkebunan karet miliknya. Seharusnya hanya salah satu dari mereka yang bekerja, namun tidak dengan keluarga Laila. Pak Fernando seakan tahu jika suami istri itu sangat membutuhkan pekerjaan untuk membiayai sekolah kedua anak-anaknya.

Pak Anton dan Bu Susi memiliki dua anak perempuan. Satu lagi masih duduk di bangku SD, dan satu laginya Laila yang kini sudah lulus SMA dan dipersunting oleh Zidan.

"Bu, Laila ... Laila." Kalimatnya terhenti. Lagi-lagi ia kembali menangis.

Kedua orang tua itu bingung dengan sikap Laila yang tidak biasa, bukan hanya itu. Mereka heran sekaligus tak mengerti dengan Laila, pasalnya sang anak baru saja melahirkan. Namun, kenapa kini ia pulang dengan keadaan menangis dan membawa tas besar, padahal niatnya mereka siang ini akan singgah ke rumah pak Fernando untuk menengok putrinya yang baru melahirkan. Mereka begitu bahagia, kala mendengar dari teman-teman di kebun karet bahwa putrinya telah melahirkan.

"Sabar. Ucapkan pelan-pelan. Ada apa Nak?" tanya wanita itu lagi. Itulah ibu, selalu punya sejuta kelembutan untuk memenangkan sang anak.

Laila menarik nafas dalam-dalam. Siap tidak siap ia harus menjelaskan semuanya pada orang tuanya. Jika tidak, Laila hanya akan sesak menanggung semuanya sendiri.

"Bu, Ayah, Laila di usir Bang Zidan, Laila juga di ceraikan olehnya," ucapnya gugup.

"Astagfirullahazim. Apa yang terjadi Nak? Kenapa kamu di usir?"

Bagai petir di siang hari, seakan menyambar hati kedua manusia itu. Anak yang paling mereka cintai diperlakukan sedemikian buruk oleh orang lain. Apa salah putrinya hingga membuat mereka memperlakukannya seperti itu. Rasanya sakit sekali mendengarnya.

Seketika tangan pak Anton mengepal sempurna, buku-buku jarinya terlihat menguat, seakan siap menghajar siapapun yang sudah membuat putrinya terluka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status