Beranda / Rumah Tangga / Pesona Janda Anak Satu / Bab. 4. Penjelasannya Laila.

Share

Bab. 4. Penjelasannya Laila.

Penulis: Ane Rifkoh
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-27 16:16:27

"Kamu kenapa Nak?" tanya Ibu Susi sekali lagi. Ia nampak iba melihat putrinya pulang sengaja keadaan yang sulit dijelaskan. Sebenarnya orang tua itu sudah sadar jika anaknya sedang tidak baik-baik. Hanya saja, mereka ingin mendengar langsung dari bibir Laila.

"Bawa Laila masuk Bu," pinta pak Anton, ayah Laila sadar putrinya butuh ketenangan.

"Iya Yah," Mereka lalu masuk ke dalam rumah. Masih dengan keadaan awal, Laila nampak tak sanggup berucap. Hanya air mata yang semakin merembes membasahi kedua pipi putihnya.

"Oeek, oeeek." Bayi mungil itu menangis lagi, membuat siapapun terenyuh mendengar tangisannya. Bayi mungil nan tampan itu, lantas berpindah tempat ke pangkuan sang nenek, ia dekap hangat cucu pertamanya itu.

"Cup, cup. Sayang," ujar Susi, menenangkan sang bayi.

Laila sendiri, masih belum bisa menjelaskan apa yang terjadi. Seakan paham dengan kondisi anaknya. Pak Anton dan Bu Susi tetap diam menunggu anaknya berbicara.

Bu Susi lantas memberikan bayi mungil itu pada suaminya, sedangkan ia pergi ke dapur dan membuatkan teh manis untuk putrinya. Setelah selesai membuat teh, ia kembali dan menyodorkan teh itu pada Laila. Perlahan, Laila meneguk teh itu, meski dengan tangan yang gemetar.

Air teh dalam gelas tandas seketika setelah di teguk oleh Laila . Laila sendiri mencoba tenang meski rasanya sulit, tenggorokan seakan masih tercekat untuk memulai pembicaraan.

"Ceritalah. Ada apa Nak?" tanya wanita itu. Wanita yang cukup senja meski usainya tidak sesenja umurnya. Ya, Bu Susi terlalu bekerja keras untuk membantu perekonomian keluarganya hingga melupakan penampilannya yang lebih tua dari umurnya.

Sejak dulu, bahkan saat Laila masih sekolah keluarganya tak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah setempat. Bukan hanya dirinya, tetapi penduduk lain di desanya juga, sulit mendapatkan bantuan. Itulah yang membuat keluarga ini bekerja sekeras mungkin. Sejak Laila sekolah, orang tuanya membanting tulang mencari uang demi kelangsungan sekolah dan hidup anaknya. Meski miskin, mereka tidak mau anak-anak mereka putus sekolah dan bernasib seperti mereka.

Hanya pak Fernando, orang baik yang selalu membantu mereka di kala kesusahan. Itu pula sebab sulitnya pak Anton dan Bu Susi menolak keinginan dirinya untuk menikahkan putrinya dengan anaknya. Pak Fernando memberinya pekerjaan di perkebunan karet miliknya. Seharusnya hanya salah satu dari mereka yang bekerja, namun tidak dengan keluarga Laila. Pak Fernando seakan tahu jika suami istri itu sangat membutuhkan pekerjaan untuk membiayai sekolah kedua anak-anaknya.

Pak Anton dan Bu Susi memiliki dua anak perempuan. Satu lagi masih duduk di bangku SD, dan satu laginya Laila yang kini sudah lulus SMA dan dipersunting oleh Zidan.

"Bu, Laila ... Laila." Kalimatnya terhenti. Lagi-lagi ia kembali menangis.

Kedua orang tua itu bingung dengan sikap Laila yang tidak biasa, bukan hanya itu. Mereka heran sekaligus tak mengerti dengan Laila, pasalnya sang anak baru saja melahirkan. Namun, kenapa kini ia pulang dengan keadaan menangis dan membawa tas besar, padahal niatnya mereka siang ini akan singgah ke rumah pak Fernando untuk menengok putrinya yang baru melahirkan. Mereka begitu bahagia, kala mendengar dari teman-teman di kebun karet bahwa putrinya telah melahirkan.

"Sabar. Ucapkan pelan-pelan. Ada apa Nak?" tanya wanita itu lagi. Itulah ibu, selalu punya sejuta kelembutan untuk memenangkan sang anak.

Laila menarik nafas dalam-dalam. Siap tidak siap ia harus menjelaskan semuanya pada orang tuanya. Jika tidak, Laila hanya akan sesak menanggung semuanya sendiri.

"Bu, Ayah, Laila di usir Bang Zidan, Laila juga di ceraikan olehnya," ucapnya gugup.

"Astagfirullahazim. Apa yang terjadi Nak? Kenapa kamu di usir?"

Bagai petir di siang hari, seakan menyambar hati kedua manusia itu. Anak yang paling mereka cintai diperlakukan sedemikian buruk oleh orang lain. Apa salah putrinya hingga membuat mereka memperlakukannya seperti itu. Rasanya sakit sekali mendengarnya.

Seketika tangan pak Anton mengepal sempurna, buku-buku jarinya terlihat menguat, seakan siap menghajar siapapun yang sudah membuat putrinya terluka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 66. ending

    "Mbak kenapa ada disini?" tanya Laila bingung."Aku bekerja di sini La," jawab Vallen menunduk."Bekerja? Maksudnya bekerja bagaimana Mbak?" tanya Laila tak paham.Vallen pun menjelaskan semuanya pada Laila, bagaimana ia diusir oleh Anggraini karena tidak suka dengan sikap keluarganya yang masih tunduk dengan sebuah tradisi. Laila syok, begitu juga Malik ia juga tak menyangka jika keluarga mantan suami Laila memiliki tradisi yang mengerikan."La, aku Minta maaf atas semua kesalahanku dulu. Aku menyesal dulu ikut campur rumah tangga kamu dan Zidan! Bahkan, aku ikut-ikutan mengusirmu juga dari rumah," ucap Vallen."Sudahlah Mbak, lupakan saja. Mungkin aku dan Bang Zidan sudah tidak berjodoh. Aku tidak menyalahkan siapapun. Ini semua takdir, aku sudah berdamai dengan takdir itu," ucap Laila legowo.Mendengar kelapangan dan keikhlasan Laila, membuat Malik kembali kagum. Tak salah dirinya masih mencintai Laila. Karena sifat Laila selalu membuatnya takjub. Malik berjanji tidak akan melepas

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 66. bertemu Vallen

    "Saya serius," jawabku mantap."Tapi saya bawa motor Pak," balasnya mencari alasan."Titipkan saja disini, restoran saya aman. Sekalian saya juga mau ajak kamu ngobrol," ucapku lagi.Laila nampak berpikir, entah apa yang dia pikirkan. Aku berharap Laila mau menerima ajakan ini, aku akan mengatakan sejujurnya bahwa aku masih mencintainya, cintaku padanya belum berubah dari dulu."Baik Pak, lagian ada yang mau saya tanya juga."DeghKira-kira apa yang akan ditanyakan Laila? Kenapa dada ini langsung berdebar kencang. Aku harus bisa mengendalikan diri, jangan sampai Laila mendengar suaranya."Kalo gitu ayo kita berangkat," ajakku.Kami lalu berjalan bersama menuju mobil. Setelah sama-sama di dalam mobil, aku langsung melajukan kendaraan memecah keramaian kota. Di perjalanan, Laila diam saja. Aku pun bingung harus memulai percakapan seperti apa. Kenapa kedekatan kami sekarang membuatku canggung, mungkin karena status kami yang sudah berubah."La, bagaimana kabar keluargamu? Aku dengar kamu

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 65. POV Malik

    "Saya serius," jawabku mantap."Tapi saya bawa motor Pak," balasnya mencari alasan."Titipkan saja disini, restoran saya aman. Sekalian saya juga mau ajak kamu ngobrol," ucapku lagi.Laila nampak berpikir, entah apa yang dia pikirkan. Aku berharap Laila mau menerima ajakan ini, aku akan mengatakan sejujurnya bahwa aku masih mencintainya, cintaku padanya belum berubah dari dulu."Baik Pak, lagian ada yang mau saya tanya juga."DeghKira-kira apa yang akan ditanyakan Laila? Kenapa dada ini langsung berdebar kencang. Aku harus bisa mengendalikan diri, jangan sampai Laila mendengar suaranya."Kalo gitu ayo kita berangkat," ajakku.Kami lalu berjalan bersama menuju mobil. Setelah sama-sama di dalam mobil, aku langsung melajukan kendaraan memecah keramaian kota. Di perjalanan, Laila diam saja. Aku pun bingung harus memulai percakapan seperti apa. Kenapa kedekatan kami sekarang membuatku canggung, mungkin karena status kami yang sudah berubah."La, bagaimana kabar keluargamu? Aku dengar kamu

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 64. POV Malik

    Melihat Laila lagi membuatku merasa ingin segera mengatakan padanya, bahwa aku masih mencintainya. Entah kenapa sulit sekali melupakan Laila, mungkin Laila bisa begitu mudah melupakan aku. Tapi tidak denganku, justru aku ingin memberitahu ia bahwa rasa ini masih sama."Permisi Pak." Senyuman itu masih sama, tatapan dan pesonanya masih berhasil membuat dada ini berdetak lebih cepat. Laila tak bisa membuatku melupakan apapun yang ada padanya. Laila bagiku gadis yang tak pernah bosan dipandang. Aku merasa selalu terhipnotis dengan tatapannya.Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami tidak bertemu. Tapi kenapa aku masih saja gugup melihatnya, Laila selalu berhasil membuatku salah tingkah."Aku mau memperjuangkan Laila lagi, Wan.""Apa? Lo gila?" teriak Ridwan terkejut."Memang kenapa? Kamu kan tahu bagaimana perasaanku pada Laila sejak dulu, kenapa harus kaget?" tanyaku tak paham dengan sikapnya.Setahuku Ridwan selalu memintaku mencari Laila dan memperjuangkan dia lagi, tapi kenapa sek

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 63. Merasa punya kesempatan.

    Sudah beberapa bulan berlalu, Laila dan Malik kembali dekat. Mereka sering bertemu di restoran, Malik bahkan tidak pernah absen mengunjungi restoran miliknya semenjak tahu Laila bekerja disana."Kalian sadar ngga sih kalo Pak Malik sering ke restoran," celetuk Windi. Gadis satu itu memang suka menjadi pemicu untuk mereka membicarakan orang lain."Huss. Kamu tuh Windi, sering banget ngomong asal, dia itu Bos kita," selah Ayu."Seriusan. Kamu ngerasa ngga sih sikap Pak Malik itu beda, apalagi kalo udah ketemu Laila. Aku jadi curiga," balas Windi ."Curiga apa?" tanya Ayu penasaran."Jangan-jangan Pak Malik dan Laila pacaran." Justru Sindi yang menjawab tanpa ragu."Apa?" teriak Windi begitu syok."Ngga mungkin lah Pak Malik pacaran sama Laila," sanggah Ayu tidak percaya."Iya bener, aku juga ngga yakin kalo Pak Malik suka sama Laila. Perbedaan mereka aja bagai langit dan bumi," timpal Windi."Tapi aku bisa lihat perbedaan pandangan Pak Malik saat menatap Laila. Mungkin juga Pak Malik suk

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 62. Zidan marah.

    "Apa yang Mama lakukan pada Oliv! Aku ngga terima Ma!" teriak Zidan marah."Mama tidak melakukan apa-apa. Bukannya Istrimu sendiri yang ingin pergi dari sini?" sanggah Anggraini tidak merasa bersalah."Tapi semua itu karna perkataan Mama! Mama yang buat Istriku pergi!""Cukup Zidan! Jangan kurang ajar sama Mama!""Mama yang ngga pernah mengerti aku!" selah Zidan matanya merah menyala, dadanya bergemuruh karena terlalu kesal dengan sikap Anggraini.Sebelumnya Zidan selalu bersikap hormat pada mamanya, tapi tidak dengan sekarang. Menurut Zidan, sang ibu sudah sangat keterlaluan dalam mencampuri urusan rumah tangganya. Mungkin saat dirinya menjalin hubungan dengan Laila, Zidan masih mampu menurut dan menerima perlakuan mamanya terhadap istirnya. Tapi tidak dengan sekarang, Zidan merasa benar-benar mencintai Oliv. Ia merasakan kebahagiaan atas pernikahannya yang sekarang.Ia tidak mau kehilangan Oliv begitu saja karena bagi Zidan Oliv kebahagiaan yang tak akan bisa digantikan oleh apapun.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status