Home / Romansa / Pesona Presdir Dingin / Bab 25 Perlawanan

Share

Bab 25 Perlawanan

last update Last Updated: 2025-09-16 17:06:16

Mendengar sang bibi menghina ibu kandungnya, Alisa merasa tidak terima. Perasaan marah membuncah di dalam dadanya sehingga tanpa sadar dia menyentak Utari dengan nada suaranya yang meninggi.

“Jangan pernah mengatakan hal buruk tentang ibuku!”

Mata Utari terbelalak. Dia mendengus tidak percaya mendapati respons Alisa.

“Berani kamu mengeraskan suaramu padaku, hah?!”

Berhasil tersulut emosi, Utari lantas mengangkat tangan, hendak menjambak rambut Alisa.

Lalu HAP!

Belum sempat Utari merealisasikan keinginannya, Alisa lebih dulu menyambar lengan sang bibi. Dia berhasil menghentikkan aksi Utari.

Napas Alisa tercekat. Ini pertama kalinya dia melawan dengan penuh keberanian!

Dia sendiri merasa kaget, tapi tak sedikitpun melonggarkan cengkramannya di lengan Utari.

Pandangan keduanya bertemu. Sorot mata Alisa tampak dingin. Dan seolah mendapatkan kekuatan lebih, Alisa membalas ucapan Utari. “Bibi sama sekali tidak mengenalnya. Jadi, jaga ucapan bibi!”

Napas Alisa terdengar m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sari Ariswati
lanjut lg kak ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 46 Peran Pengganti Ayah dan Kakak

    Alisa tidak langsung menjawab. Dia tiba-tiba saja menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan Erick. “Kakak mau janji satu hal padaku?”Mata besarnya menatap Erick lekat-lekat. Suaranya terdengar berbisik pelan. “Aku akan berkata jujur, tapi jangan beritahu Dirga, ya.”Sudut bibir Erick terangkat ke atas, membentuk senyum simpul yang hangat. Tanpa membiarkan Alisa menunggu lama, dia pun segera mengangkat tangan dan menautkan jari kelingkingnya dengan Alisa.Bagi Erick, Alisa masih terlihat sama. Janji kelingking adalah ritual yang sering dilakukan Alisa saat masih anak-anak dan seiring bertambahnya usia, kebiasaan itu tidak hilang. Tak ada yang berubah dari Alisa, terkecuali status wanita itu yang kini sudah menikah dan menjadi istri orang.“Baiklah.”Usai janji itu dibuat, Alisa kembali menarik jari kelingkingnya. Duduknya menjadi lebih dekat. “Sejujurnya … Dirga baik,” ungkap Alisa dari dasar hatinya. Arus ingatannya terbuka pada momen pria itu mulai masuk ke dalam kehidupannya.“Dir

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 45 Pertanyaan Erick

    Alisa memutuskan turun ke bawah selagi Dirga membersihkan diri. Wanita itu menuruni anak tangga sambil memegangi kalung gioknya dengan senyum yang tak ingin dia sembunyikan.Kini, dia juga bersemangat karena melihat wajah Erick di bawah sana yang masih berbincang ringan bersama Larissa. Samar-samar, suara keduanya terdengar oleh Alisa.Langkahnya sudah semakin dekat.“Tante harap semuanya lekas membaik,” ujar Larissa dengan nada penuh empati.“Ya, semoga saja, Tante,” balas Erick singkat seraya menganggukkan kepalanya.Mendengar itu, Alisa sempat membatin, ‘Apa yang lekas membaik? Apa terjadi sesuatu dengan bibi dan Sabrina?’Alih-alih menghampiri keduanya, Alisa justru malah memperlambat langkah. Kepalanya sibuk menebak-nebak sampai pada akhirnya Erick menolehkan wajahnya ke arah Alisa. Pun, Larissa yang posisinya membelakangi Alisa ikut menolehkan wajah ke arah menantunya.“Alisa,” panggilnya. “Sini, Nak.”Mau tak mau, Alisa menghampiri keduanya. Senyumnya kembali terbit. Kepalanya

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 44 Selai Cokelat Sialan

    “Awh!”Sebuah ringisan lolos dari bibir kecil Alisa kala merasakan kulit lehernya digigit pelan oleh Dirga. Belum sempat mendorong pria itu untuk menjauh, Dirga ternyata lebih dulu menarik dirinya.Pria itu kembali menegakkan tubuh. Wajahnya terlihat tenang, malah dengan santainya Dirga membasahi bibir bawahnya seolah menikmati apa yang dia lakukan barusan.Seketika Alisa langsung mengangkat tangan untuk mengusap sisi leher kanannya yang masih terasa panas. Ada sorot tidak terima yang terpancar dari mata besarnya. Segera Alisa melayangkan protesan. “Dirga, apa maksud kamu barusan meng–”“Selai cokelat,” sela Dirga pendek.Bibir kecil Alisa terkatup. Mata besarnya mengerjap pelan. “Apa?” tanyanya tak yakin seraya mengernyitkan dahi.Jari telunjuk Dirga teracung, tepat menunjuk ke arah sisi leher yang disentuhnya tadi. “Ada selai cokelat di lehermu,” beritahunya.Kemudian bahu Dirga mengedik pelan. “Aku hanya bantu membersihkan.” Suaranya menyahut ringan seolah tindakannya bukan sesuatu

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 43 Serangan Mendadak

    Alisa nyaris menumpahkan gelas di tangannya kalau saja Dirga tidak sigap menahan pergelangan tangan wanita itu.“Kak Erick!” seru Alisa. Nada suaranya agak meninggi karena tak bisa menahan rasa senang yang dia rasakan.Dirga segera mengambil alih gelas begitu Alisa memutuskan untuk menghampiri kakak sepupu laki-lakinya itu.Di tempatnya, Larissa kebingungan. Dia menaikkan satu alisnya sambil menatap Dirga seolah meminta penjelasan. “Erick Gunawan?”“Ya, aku bertemu dengannya saat di depan,” beritahu Dirga.Sejujurnya, Dirga juga terkejut mendapati seorang pria turun dari mobil di pekarangan rumahnya. Beruntung Dirga mengenali wajah Erick dari foto keluarga Gunawan saat dia memberikan ultimatum terhadap Utari beberapa waktu lalu.“Dia ingin bertemu Alisa,” lanjutnya. Baru setelah itu, Dirga meneguk air minumnya sampai menyisakan setengah.Larissa menganggukkan kepalanya. Dia berbisik ke arah suaminya, “Itu anak pertamanya Utari, Pa. Kakak sepupunya Alisa, namanya Erick,” jelasnya pada

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 42 Sarapan

    “Ya ampun, kenapa kamu bangun sepagi ini?”“Pengantin baru seharusnya bangun lebih siang.”“Lho, tapi Dirga tidak ikut turun, Alisa?”Serentetan pertanyaan menghujani Alisa begitu ibu mertuanya melihatnya turun sendirian ke bawah.“Satu-satu, Ma.” Suaminya–Anton yang juga duduk di meja makan menegur lembut istrinya.Ketika tak sengaja bertukar pandangan, kedua sudut bibir Alisa menyunggingkan senyum. Yang dibalas Anton dengan anggukkan kepala.“Duduk, Nak,” titah Larissa seraya menunjuk kursi di depannya. Alisa menurut.Meja makan yang muat untuk enam orang itu sudah tersaji beberapa hidangan. Yang paling mencolok adalah nasi goreng dan roti dengan berbagai varian.Usai duduk di kursinya, Alisa baru menjawab pertanyaan Larissa. “Dirga pergi lari, Ma.”Saat terbangun dan tidak mendapati Dirga tidak ada di sebelahnya, Alisa mengira kalau pria itu tengah berada di kamar mandi. Sepuluh menit berlalu, tak ada tanda-tanda menunjukkan bahwa Dirga tengah di sana. Untuk memastikan Alisa pun se

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 41 Lakukan Bersama

    Entah dirasuki setan apa, Alisa memiliki keberanian untuk membalas ucapan Dirga dengan santai, “Aku tidak ingin mengatakan ini. Tapi, kamu ingat isi pesan yang aku tinggalkan malam itu?” Di belakang sana wajah Dirga langsung mengeras. Tentu saja dia ingat. Pesan itu cukup melukai harga dirinya. [Kamu tidak memuaskan, jadi kita tidak cocok. Batalkan perjodohan ini kalau kamu tidak mau kemampuan memalukanmu itu diketahui siapa pun.] Perlahan, Dirga menarik tangannya, melepaskan Alisa. Refleks, wanita itu segera membalikkan tubuhnya. Mendapati Dirga diam saja membuat bibir Alisa gatal ingin menggodanya. “Kalau aku boleh menyarankan … sepertinya kamu perlu meningkatkan kemampuanmu,” ucapnya ringan seolah itu bukan sesuatu yang berat untuk dikatakan. Terakhir, Alisa menambahkan, “S–semangat, Dirga!” Alisa pasti sudah kehilangan kewarasan mengatakan itu. Tapi, sesekali tidak ada salahnya menggoda pria dingin tersebut. Sudut bibir Dirga terangkat, tersenyum menyeringai. Alih-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status