Share

Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia
Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia
Penulis: Y Airy

1. Pernikahan Terburuk

"Jadilah suamiku, maka setelah itu kau bisa membeli semua wanita yang pernah merendahkanmu!”

Arfeen melongo mendengar ucapan dari wanita di hadapannya. Larena Jayendra, wanita 35 tahun yang masih cantik dan memesona itu mengajaknya minum teh di salah satu kedai ternama lalu memberikan tawaran pernikahan.

Apakah wanita ini gila?

“Bagaimana? Kesempatan seperti ini tidak datang 2 kali loh.” Sekali lagi Larena membujuk.

“Tante, aku tak salah dengar? Tante mengajakku menikah begitu?” tanya Arfeen yang masih menganggap ini hanyalah prank semata.

“Seperti yang kau dengar tadi, aku butuh seseorang untuk menjadi suamiku.”

Arfeen menelan ludah. Kabar yang ia dengar, wanita di depannya itu adalah perawan tua. Mungkin ia tidak laku sehingga harus meminta seseorang yang tak dikenal untuk jadi suami.

“Tante, saya hanya seorang tukang sapu jalan. Gaji saya tidak seberapa, sementara Tante ...,” Arfeen mengamatinya lebih seksama. “Tante kan orang kaya, pasti banyak yang mengantre untuk jadi suami Tante.”

Larena memasang senyum tipis, “Bukankah kau sedang membutuhkan uang untuk adikmu?”

Kedua mata Arfeen membesar, “Dari mana Tante tahu hal itu?”

“Tidak penting aku tahu dari mana. Yang jelas akan ada benefit yang kau dapat dari pernikahan kontrak ini.”

Arfeen kian membatu, “Per-Pernikahan kontrak?”

“Kontrak ini akan berlaku sampai aku menemukan calon suamiku yang sesungguhnya.”

Arfeen mengerutkan kening, calon suami yang sesungguhnya! Artinya dirinya hanyalah sebagai calon suami pengganti? Dan setelah pria yang ditunggu oleh Larena kembali, mereka akan berpisah.

“Kau sedang membutuhkan biaya untuk kelangsungan hidup adikmu kan? Aku bisa membantu biayanya. Setelah kau menandatangani surat perjanjian akan segera kukirim uangnya!”

Arfeen menatap map di atas meja, ia memang membutuhkan uang itu secepatnya atau pihak rumah sakit akan mencabut peralatan yang terpasang di tubuh sang adik.

Gajinya sebagai petugas sapu jalan jauh dari cukup untuk biaya pengobatan Amara, selama ini ia menutupinya dengan pertarungan ilegal. Namun belakangan belum ada pertarungan yang digelar. Bahkan job sparing partner pun tak ada.

Sebenarnya tak ada alasan ia menolak tawaran wanita di depannya.

“Bagaimana?” tanya Larena meminta kepastian.

“Beri alasan kenapa Tante memilih aku?” pinta Arfeen.

“Karena kau memiliki wajah yang tidak mengecewakan, kau sedang butuh uang. Dan aku ... butuh suami!”

Arfeen menghela nafas panjang, wajahnya memang rupawan. Ketika ia sedang bekerja banyak wanita yang meliriknya. Hanya saja karena status pekerjaannya itu kerap kali ia juga direndahkan.

Pernah ia bertemu dengan seorang wanita di rumah sakit, mereka mulai akrab dan sepertinya sang wanita juga menyukainya. Namun ketika wanita itu tahu pekerjaan Arfeen, ia langsung bersikap tak mengenalnya bahkan pernah merendahkannya saat ia bertemu dengan lelaki lain yang lebih kaya dan mapan.

“Ok, aku terima tawaran Tante. Setelah aku tanda tangan, tolong kirim uangnya karena aku membutuhkannya malam ini!” ujar Arfeen menyetujui.

Larena mengulas senyum tipis, “Jangan khawatir, aku selalu menepati janji.”

Arfeen pun memungut surat perjanjian itu dan tanpa membacanya ia langsung membubuhkan tanda tangan.

“Kau tak mau baca dulu?”

“Apa pun isinya aku setuju saja!” jawaban itu membuat Larena mengerutkan kening.

Arfeen memang tak membutuhkan isi surat perjanjian itu, seperti apa isi peraturannya tak pernah ia permasalahkan. Yang terpenting ia tetap bisa membiayai pengobatan Amara. Mungkin sikapnya ini tampak ceroboh, tapi seperti itulah Arfeen Mahesvara. Ia tak pernah mengkhawatirkan apa pun tentang dirinya.

Pernikahan dilaksanakan di sebuah hotel ternama dengan undangan yang tak terlalu banyak. Hanya keluarga besar dari Larena dan rekan kerjanya.

Sesungguhnya pernikahan itu hanya untuk menutup mulut keluarga besar Larena yang mengatainya perawan tua tidak laku. Semua sepupu Larena sudah menikah, hanya Larena yang usianya 35 tahun masih melajang.

Di pernikahan itu semua orang dibuat takjub karena Larena berhasil memiliki suami tampan yang bahkan masih sangat muda. Usia Arfeen masih 22 tahun, usia mereka terpaut 13 tahun.

“Tunggu, Larena. Om seperti pernah bertemu dengan suami kecilmu ini!” ujar Arlan mengamati Arfeen dengan seksama.

Terus terang saja Arfeen tak mengenali Arlan karena begitu banyak orang yang ia temui ketika bekerja ia tak memiliki waktu untuk mengamati mereka satu persatu. Namun tetap saja ia khawatir jika benar Arlan mengenalinya sebagai seorang tukang sapu jalan.

Larena memintanya untuk tak memberitahu pekerjaannya itu pada keluarga Jayendra. Karena setelah menikah Larena memintanya untuk berhenti dari pekerjaan itu.

“Iya, aku ingat! Bukankah kau seorang petugas kebersihan jalanan itu?” seru Arlan dengan nada yang meremehkan.

Semua orang di ruangan itu pun sangat terkejut dengan ucapan Arlan.

“Apa maksudmu, Arlan? Arfeen itu seorang pialang saham!” tukas Vano, yang merupakan ayah Larena.

Pengakuan kakaknya membuat Arlan tertawa bahkan sampai memegangi perutnya. Nyaris semua anggota keluarga dibuat bingung. Mereka mulai menatap curiga pada Arfeen.

“Katakan, Larena. Apakah yang dikatakan ommu itu benar?” tanya Ferano, tuan besar Jayendra yang masih mengatur keluarga Jayendra.

“Papa, mana mungkin!” sela Viera mendekat pria tua yang duduk di singgasananya itu. “Larena tidak mungkin berbohong. Dia tidak mungkin menikahi pria rendahan seperti itu. Lihat saja!” ia menunjuk Arfeen yang malam ini memang tampak tampan dan gagah dengan balutan tuxedonya.

“Arfeen sangat tampan dan tidak terlihat seperti orang susah. Mana mungkin dia seorang petugas kebersihan jalan!”

“Viera, mataku ini masih sehat!” ujar Arlan membenarkan. “Penglihatanku masih tajam, aku pernah melihatnya sedang menyapu jalanan. Dan itu tak hanya satu kali!”

Larena tampak gugup, ia tahu keluarga besarnya pasti akan marah besar dengan kenyataan ini. Ia sama sekali tak menyangka jika salah satu omnya pernah melihat Arfeen saat bekerja.

Vano berjalan menghampiri putrinya, “Larena, katakan dengan jujur. Siapa sebenarnya suamimu ini? Jika memang dia seorang pialang saham yang sukses, dia pasti akan memberimu mahar yang jauh lebih baik dari sekedar sebuah cincin kuno yang kamu kenakan itu!” pintanya dengan sedikit gerutu.

Larena menatap cincin yang diberikan Arfeen sebagai mahar beberapa saat lalu. Sebenarnya ia sudah menyiapkan cincin pernikahan, namun karena orang tuanya meminta mahar dari Arfeen maka Arfeen memberikan cincin itu karena hanya itu yang ia miliki.

“Lihat! Putrimu tak bisa menjawab, karena semua itu benar. Pemuda yang ia nikahi itu hanyalah seorang tukang sapu jalan!” cibir Arlan dengan seringai di wajah.

“Apa? Jadi suami Larena hanya seorang tukang sapu jalan? Ya Tuhan ... sebegitu tidak lakunya ia sampai mau menikah dengan orang rendahan seperti itu?” saut Larisa.

“Aku akan lebih memilih menenggelamkan diri ke laut dari pada memiliki suami seperti itu!” timpal gadis lainnya. “Padahal awalnya aku sempat iri! Tapi rupanya ini adalah pernikahan yang terburuk yang pernah ada.”

“Larena!” hardik Vano.

“Ya, itu memang benar. Tapi apa yang salah dengan itu? Toh Arfeen bukan perampok atau penipu!” jawabnya membela. “Aku juga sudah memintanya untuk berhenti dari pekerjaannya itu.”

Vano mengepalkan tinju dengan geram, ia melirik Arfeen dan tanpa aba-aba meninju wajahnya.

Arfeen terhuyung namun tak sampai jatuh terjerembab, “Dasar tidak tahu diri! Kau pikir siapa dirimu berani mendekati putriku?”

“Pa!”

“Diam kau, Larena!” tuding Vano menghentikan Larena yang hendak membantu Arfeen.

Vano menarik kerah kemeja Arfeen. “Kau pasti memakai guna-guna sampai putriku mau menikahimu, apa yang kau mau? Uang?” sekali lagi Vano meninju wajah Arfeen. Dan kini tubuh Arfeen tersungkur ke lantai.

“Aku tak sudi memiliki menantu sepertimu, dasar gembel!” makinya menunjuk Arfeen yang masih tersungkur.

“Pa, suka tidak suka ... aku sudah menikah dengan Arfeen secara sah. Dan aku tak akan membatalkan pernikahan ini!” tegas Larena.

Vano dan semua orang tercengang mendengar hal itu. Menatap Larena dengan tajam.

“Kalian ingin aku menikah secepatnya dan sudah kukabulkan, jikapun kami harus berpisah ... itu tak mungkin sekarang kan!”

Semua orang terdiam, Ferano berdiri dari kursinya. “Vano, sebagai kepala keluarga di keluargamu ... kau harus bisa bertindak tegas. Papa tak mau hanya karena gembel itu keluarga kita menanggung malu!” ucapnya lalu meninggalkan ruangan diikuti oleh sekretarisnya.

Arlan yang selalu iri terhadap sang kakak pun tersenyum puas, sepertinya kali ini Dewi Fortuna tengah berpihak padanya.

Acara itu tak mungkin lagi bisa diteruskan, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah saja padahal rencana sebelumya mereka akan menginap satu malam di hotel.

Namun Arfeen tak diijinkan ikut pulang dengan mobil, untung saja saat datang ia membawa motornya jadi ia pun pulang mengendarai motor.

Di tengah perjalanan, Arfeen menghentikan laju motornya karena ada sebuah Rolls-Royce yang menghadang. Ia mengenali pria paruh baya yang keluar dari jok belakang mobil itu.

“Liam?” desis Arfeen. Detik itu juga, Arfeen dikejutkan dengan sebuah gestur yang baru kali itu ditemuinya, Pria di hadapannya itu tiba-tiba menunduk untuk memberi hormat kepadanya.

“Apa yang kau lakukan?”

“Saya ingin menjemput Anda pulang ke keluarga Mahesvara, Tuan Muda Arfeen.”

Komen (12)
goodnovel comment avatar
musniqt musni
nunggu lama cuma untuk satu bab langsung tamat ...
goodnovel comment avatar
Megarita
tawaran menggiurkan
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
wah seru nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status