Home / Urban / Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia / 4. Bolehkah Aku Menyentuhmu Lebih Banyak?

Share

4. Bolehkah Aku Menyentuhmu Lebih Banyak?

Author: Y Airy
last update Last Updated: 2023-09-02 23:23:50

“Rupanya kamu sudah merasa menjadi Bos ya di rumah ini!” Viera menghentikan langkah Arfeen yang baru saja memasuki rumah kediaman Vano Jayendra. Ia berdiri berkacak pinggang di depan Arfeen.

“Maaf, Nyonya. Aku ada urusan di luar!” jawab Arfeen acuh tak acuh.

“Urusan! Sok sibuk! Padahal kau itu hanya keluyuran tidak jelas kan?” sautnya menyeringai.

Arfeen sungguh sedang tak ingin meladeni ocehan pedas mertuanya. Meski ada amarah yang ia rasakan karena sang mertua langsung berubah pandangan ketika mengetahui pekerjaannya yang sesungguhnya.

“Ma, biar aku yang bicara padanya nanti!” sergah Larena memunculkan diri.

“Mama lebih berhak bersuara di sini karena ini rumah Mama!” jawab Viera menatap sang putri.

Larena yang menyadari ekspresi Arfeen yang tak biasa pun mencoba untuk membujuk sang mama. Padahal sebenarnya ia juga kesal karena pemuda itu tak bisa dihubungi sama sekali. Namun sekarang ia tahu alasan kenapa handphone suami kecilnya tak bisa dihubungi.

“Ma!”

“Mama tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu. Apa yang kau lihat dari pemuda kere ini? Sudah dandanan seperti preman jalanan. Ya Tuhan ... dosa apa aku di masa lalu sehingga memiliki menantu sampah seperti ini? Memalukan!” Viera memegang kepalanya dengan sedikit menarik rambut saking stresnya.

Arfeen sama sekali tak menanggapi, ia hanya mengepalkan tinju. Karena jika ia menanggapi, bisa-bisa ia kelepasan dan melakukan hal yang buruk kepada mertuanya.

“Arfeen kau masuk saja ke dalam!” perintah Larena.

Arfeen pun menurut, ia langsung pergi ke kamar. Namun masih bisa mendengar ocehan Viera yang memprotes sikap putrinya membela dirinya.

Ketika Larena memasuki kamar, ia mendapati Arfeen yang tertidur di kasur lantai memunggunginya. Ia pun mendekat perlahan. Duduk di kasurnya sendiri, menatap punggung Arfeen yang lebar.

Beberapa saat lalu ia menelepon rumah sakit untuk menanyakan kabar adik Arfeen. Bagaimanapun, Amara sudah menjadi adik iparnya, jadi ia juga harus turut memantau perkembangan kesehatan gadis itu.

Sayangnya ia justru mendapatkan kabar buruk, kemarin Amara kritis dan harus meninggal di meja operasi. Ia bisa merasakan betapa sedihnya Arfeen saat ini.

Pemuda itu kehilangan satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Hatinya pasti sangat hancur saat ini.

“Kenapa kau tak memberitahuku soal adikmu? Kalau begitu kan aku bisa ikut membantu pemakamannya!” ungkap Larena.

Arfeen hanya melirik melalui ekor mata oleh pertanyaan sang istri.

“Bagaimana pun statusku sudah jadi istrimu, maka adikmu juga adikku. Harusnya jika ada apa-apa kau bisa katakan padaku!”

“Bukankah hubungan kita hanya di atas kertas?” saut Arfeen dingin.

“Meski begitu pernikahan kita sah, jadi tak ada salahnya jika salah satu dari kita ada masalah kita saling memberitahu!”

Arfeen kembali tak menyahut. Karena yang ia butuhkan saat ini bukanlah kata-kata manis penghiburan.

“Agar kau tidak bersedih lagi, berbaringlah di ranjang, Arfeen. Siapa tahu akan membantu kau menenangkan diri.” ucap Larena hati-hati, ia setengah ragu mengutarakan hal itu. Dalam hati, dia tak ingin melihat suaminya itu murung karena hal buruk yang baru saja menimpanya.

Arfeen tiba-tiba saja membalik tubuhnya, menatap sang istri. Ia lalu bangkit duduk.

“Apa kau yakin ingin membiarkanku naik ke atas ranjangmu? Bagaimana dengan mamamu?”

Larena tak menjawab, ia sejujurnya masih risih jika harus satu ranjang dengan pria yang belum lama ia kenal. Bahkan bukan pria yang ia cintai. Akan tetapi ia terlanjur sudah menawari.

“Ini kamarku, aku yang berhak menentukan kau boleh tidur di mana.”

“Sungguh, aku boleh tidur di ranjang?”

Larena menggigit bibir sejenak sebelum mengangguk. Tak dipungkiri, debaran di dalam dada begitu hebat menyerang. Ini adalah pertama kalinya ia satu ranjang dengan seorang pria.

Arfeen pun bangkit dan naik ke ranjangnya. Mereka saling tatap, ada gemuruh yang begitu hebat menyerang dada keduanya.

“Ta-tapi ... hanya boleh tidur saja! Kau ingat tak boleh kurang ajar padaku. Ingat! Kita hanya menikah kontrak, dalam perjanjian tak ada hubungan ranjang di antara kita!” Larena mencoba mengingatkan dengan sedikit gugup. Ia takut Arfeen lupa akan hal itu.

Karena jujur saja, sebenarnya Arfeen memiliki wajah rupawan dan juga postur tubuh yang ideal untuk seorang pria. Wanita mana yang tak akan tergoda jika memiliki suami setampan dan segagah pemuda itu!

“Bisa balik badan?” tanya Arfeen membuat Larena membulatkan mata.

“Ba-balik badan?” beo Larena.

Karena wanita di depannya justru terbengong dengan permintaannya, maka Arfeen pun langsung meraih pundak wanita itu lalu memutar tubuhnya hingga memunggungi dirinya.

Larena sangat terkejut dengan perbuatan pemuda itu, terlebih saat Arfeen merebahkan kepala ke punggungnya.

“Jangan bergerak!” Larena hendak menghindar namun suara Arfeen menghentikannya. “Aku hanya ingin meminjam punggungmu saja sejenak. Boleh kan?”

Larena tak menjawab, namun ia tetap bergeming. Membiarkan pemuda yang baru satu hari menjadi suaminya itu menenangkan diri di punggungnya.

Kepergian Amara memang membuat Arfeen sangat terpukul, kehadiran Amara di dalam hidup Arfeen memberikan arti penting. Sebagai anak yang terlahir dari seorang simpanan dengan status pernikahan siri tidaklah mudah. Meski papanya sangat menyayangi dirinya karena ia terlahir sebagai seorang lelaki, namun ia bisa merasakan seisi rumah kediaman Mahesvara tidak tulus terhadap dirinya.

Termasuk Radika Mahesvara sang kakek. Lelaki tua itu menerima kehadirannya hanya karena ia putra biologis Malik. Dan klan Mahesvara membutuhkan keturunan seorang anak lelaki. Malik adalah putra pertama Radika, sehingga otomatis putranyalah yang akan memimpin klan Mahesvara.

Kecuali jika Malik tak memiliki anak lelaki, baru kekuasaan itu akan jatuh ke tangan putra Marvin yaitu, Tantra. Marvin adalah anak kedua Radika.

Status Arfeen memang dipertanyakan. Sebenarnya pamannya tak setuju jika Arfeen yang ditunjuk sebagai ahli waris Mahesvara kelak. Karena ia hanyalah anak yang terlahir bukan dari pernikahan sah. Namun keputusan Radika tak bisa diganggu gugat. Selama di dalam darah Arfeen mengalir darah klan Mahesvara, ia tetaplah putra Malik.

Kehadiran Amara menjadi penghiburan tersendiri bagi Arfeen, ia selalu berbagi suka dan duka terhadap sepupunya itu. Bahkan ketika dirinya diusir, Amara memilih untuk ikut. Namun kini Amara sudah tiada. Ia merasa seperti tak memiliki semangat untuk hidup. Namun kondisi Amara yang kritis secara tiba-tiba menyisakan tanda tanya.

Liam mengatakan jika hal itu tidaklah wajar dan tengah menyelidikinya. Termasuk kecelakaan 4 tahun yang lalu. Bahkan pelaku sudah tertangkap, hanya saja tetap tak mau buka mulut. Tapi ia tak khawatir karena ia sendiri yang akan membuat mereka bicara besok.

Apalagi sekarang ada sesuatu yang berhasil mengalihkan perhatiannya. Wanita yang saat ini ia sandari.

“Tante, punggungmu hangat …!” pujinya asal.

Yang mengejutkan bagi Larena, adalah nada bicara dari suami kecilnya itu yang seketika berubah seolah pria itu bukanlah pria muda yang biasa dia kenal. Belum lagi, sentuhan halus di punggungnya yang hanya memakai selembar tipis kain piyama itu membuat darah di tubuhnya mengalir deras.

“Bolehkah aku menyentuhmu lebih banyak?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 237 : Tamat

    Arfeen terpaku menatap sosok di depannya itu. "Bella! Apa yang kau lakukan di sini?" "Menyelamatkanmu dari para gadis itu, apalagi?" jawab wanita itu dengan senyum hangat. "Aku masih bisa mengatasi mereka sendiri!" "Oya, lalu kenapa kau lari?" "Aem!" Arfeen kebingungan untuk menjawab. "Ayolah, Arfeen. Kau memang seorang Casanova, tapi kau benci dikerubungi para gadis. Seharusnya kau menempatkan pengawalan ketat untuk mengantisipasi. Di acara seperti ini sudah pasti jati dirimu akan terbongkar!" Arfeen menghela nafas panjang. "Terima kasih, tapi aku harus pergi!" ia hendak melangkah namun Bella kembali menyandarkan tubuhnya menggunakan telunjuk. "Kau mau aku berteriak bahwa kau sedang melecehkan aku?" Arfeen menyimpulkan senyum miring. "Kau mengancamku?" "Aku hanya ... argh!" kalimat Bella belum berlanjut karena Arfeen sudah lebih dulu membalik tubuh wanita itu yang kini justru dirinya yang bersandar tembok dengan tangan Arfeen di lehernya. "Dengar Bella, sudah aku katakan

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 236

    "Rena, apa kau tega pada Kakek?" seru Ferano yang mencoba membujuk cucunya. Dua orang polisi sudah memegangi lengannya kanan dan kiri. "Larena, Papa sudah tua. Tega sekali kalian lalukan itu?" seru Arland tak terima. "Kami masih keluargamu!""Keluarga!" desis Arfeen dengan kecut, "Keluarga tidak menumbalkan anggota keluarganya sendiri."Arland menatap tajam kepada Arfeen. "Ini pasti ulahmu kan?" ia hendak menyerang nalun lekas digentikan oleh anak buah Arfeen. Kedua tangannya dicengkeram dan langsung diborgol ke belakang. "Lepaskan aku!"Buk!Satu tinju mendarat di wajah Arland. Nyaris semua anggota keluarga Jayendra sudah ditahan. "Arfeen!""Lancang kau hanya menyebutkan nama saja, panggil Tuan Zagan!" seru Gray. Mereka semua membeliak, Tuan Zagan?Jadi Arfeen ... Arfeen adalah Tuan Muda Mahesvara? Kenapa Lyra tak pernah memberitahu? "Tuan Muda, kami tidak melakukan kesalahan apa pun padamu. Tolong ampuni kami!" pinta Radika. Arfeen mengeraskan rahang. "Korban kecelakaan Papa

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 235

    "Ahk, jangan terlalu kencang. Itu menyakitiku!"Seketika kedua mata Larena mendelik, ia melepas peluknya dna menatap wajah di bawahnya. Mata pemuda itu sudah membuka, tengah menatapnya. "Kau ... kau sudah siuman?" beonya. Arfeen mengulum senyum. "Jadi ... pesonaku begitu mengagumkan ya, sampai kau jatuh cinta berkali-kali?" celetuknya memainkan satu alis. "Sejak kapan kau sadar?" tanya Larena mencubit perut Arfeen. "Argh ... sakit, Wife. Sakit, aku masih sakit kenapa kau menganiaya aku?" protesnya mengelus bekas cubitan sang istri. Larena menatap wajah di depannya masih dengan tatapan tak percaya. "Sejak kapan kau sadar? Kau sengaja ingin membuatku takut? Hah?" air mata langsung mengalir deras di pipinya. Arfeen menyentuh pipi sang istri, mengusap cairan hangat itu dengan ibu jarinya. "Maaf!" ucapnya lirih. Larena pun langsung merebahkan diri ke pelukannya."Kenapa kau lakukan itu?" isaknya, "Aku pikir ... kau akan benar-benar meninggalkan aku ... jangan seperti itu lagi ...

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 234

    "Keluarga Adipradana?" seru Vano. "Kau dan Arfeen?""Iya, Tuan. Saya dan Presdir sama-sama mimiliki darah kleuarga Adipradana. Presdir ... adalah cucu dari Jenderal Wira Adipradana!"Vano menghela nafas dalam. Pantas saja Arfeen berbeda dari semua keluarga Mahesvara yang lainnya. Anak itu jelas memiliki jiwa seorang pemimpin. Ternyata di dalam darahnya mengalir darah orang hebat. Larena sangat beruntung bisa menikahi dengannya. "Golongan darah Anda sama dengan pasien?" tanya si dokter. "Iya, Dok. Anda bisa mengambil sebanyak yang dibutuhkan!" jawabnya dengan iklas. "Mari ikut saya!"Jordi tetap harus melakukan mengecekan terlebih dahulu, setelah cocok baru transfusi bisa dilakukan. Beruntung Arfeen hanya membutuhkan dua kantung darah, sehingga masih bisa mengambil dari tubuh Jordi. Di luar ruangan, Larena masih menangis. Bahkan tangisnya kian pilu. Arfeen rela mengorbankan nyawa demi dirinya, pemuda itu membuktikan kata-kata yang rela mati demi dirinya. Sementara ia ... apa yang

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 233

    "Arfeen!" suara Larena bergetar. Ia menggengam erat tangan pemuda itu yang terasa sangat dingin. Biasanya tangan Arfeen sangat hangat! Sekarang, ia benar-benar takut jika pemuda itu akan pergi untuk selamanya. Larena meletakan telapak tangan itu ke pipinya yang basah oleh cairan hangat yang tak bisa ia bendung. Berharap tangan dingin itu akan menghangat, nyatanya justru kian dingin. Ia bahkan menggosok telapak tangan Arfeen dengan kedua tangannya lalu kembali menempelkan pada pipinya. Tapi tetap tak berhasil. Dokter sedang mencoba menghentikan pendarahan di luka Arfeen. Peluru yang mengenainya berkaliber cukup besar, itu mengakibatkan darah terus mengalir keluar meski posisi Arfeen terngkurap. Tapi tak mungkin melakukan tindakan untuk mengeluarkan pelurunya di dalam helikopter. Sang dokter tak ingin mengambil resiko. Larena sungguh tak tega melihat kondisi punggung pemuda itu, tangisnya semakin menjadi. Berkali-kali ia mengecupi telapak tangan Arfeen yang ia genggam. Bahkan keti

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 232

    "Larena!"Larena menghentikan langkah dua meter di hadapan Arfeen. Arfeen langsung berhambur memeluk wanita itu, Larena sama sekali tak memberikan respon apa pun. wanita itu hanya mematung, membiarkan sang suami memeluk tubuhnya. Karena mungkin saja itu akan menjadi pelukan terakhir mereka. Jujur saja Larena merasa merindukan pelukan itu. Ketika berada di dalam pelukan Arfeen ia merasa sangat tenang. Tapi ia hanya memikirkan bayi yang ada dalam kandungannya. Lyra bilang jika bayi itu lahir laki-laki maka itu akan menjadi ancaman, maka wanita itu akan datang untuk menghabisi putranya. Untuk itu ia harus menjauh dari Arfeen. Lagipula apa yang dilakukan lelaki itu juga banyak membuatnya kecewa. "Kau baik-baik saja kan? Lyra tidak menyakitimu?"Larena hanya menggeleng. Arfeen tampak sangat bahagia lalu memeluknya sekali lagi namun kali ini Larena menolak pelukannya. Hal itu membuat Arfeen terpaku. "Ada apa?""Aku ingin kita tetap berpisah!" pinta Larena. "Berpisah? Sayang!""Jang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status