Share

Pesona Sang Peri
Pesona Sang Peri
Penulis: IyoniAe

Prolog

“Bagaimana? Apa aku sudah mirip budak yang cantik?” tanya Fjola mengelus rambutnya yang pendek.

“Belum,” bisik Arnor sang peri berdiri di belakang gadis itu. “Tapi, tetang saja. Aku akan mengatasinya.” 

Dengan tangannya yang lembut, ia mengelus bahu Fjola, bibirnya mengecup tengkuk sang gadis. Darah Fjola mendesir. Napasnya tertahan. Arnor mendekatkan tubuhnya ke gadis itu hingga hampir tak ada jarak. Dadanya sampai menyentuh punggung Fjola.

“Kau mau apa?” tanya gadis itu.

Namun, Arnor diam saja. Perlahan, tangannya turun ke dada gadis itu dan bermain-main di sana. Bibirnya menelusuri leher Fjola yang terekspos. 

Jantung gadis itu berdegup kencang. Wajahnya panas. “Jangan,” ujarnya lirih. "Tolong hentikan.”

Alih-alih, sang peri berbisik, “Jadilah budakku.” 

Napasnya yang hangat menggelitik leher Fjola hingga membuat otak sang gadis meleleh.

Tangannya yang lembut lantas naik, menyentuh kerah kemeja Fjola. Perlahan, ia menarik turun kerah itu. Pundak sang gadis menjadi terekspos. Tak berhenti sampai di situ, jemari Arnor menyusuri tepi kerah, kemudian mencoba melepas kancing kemeja yang dipakai oleh Fjola. Refleks, tangan gadis itu mencegahnya.

“Hentikan.” Suaranya terdengar parau. Fjola membasahi bibirnya yang kering. Ia menoleh. Tatapannya berserobok dengan mata hijau sang peri. Sejenak, ia melirik bibir menawan Arnor dan seketika, ia terhanyut dalam gairah.

Ia ingin sekali menarik Arnor ke dalam pelukannya, kemudian menciumnya. Namun, ia tak dapat melakukan hal itu. Ia sudah berjanji akan menjadi milik orang lain. Ia terpaksa mengalihkan pandangannya. “Jangan lakukan ini. Kumohon ...."

“Kau harus melakukannya,” jelas sang peri. Ia lalu memutar tubuh Fjola hingga mereka saling berhadapan. Mata mereka kembali bertemu. “Lupakan kekasihmu.”

Fjola menelan ludah. “Aku—“

“Cintai aku,” potong Arnor. Dengan satu tangan, ia memeluk pinggang gadis itu, menariknya kuat-kuat. Tangannya yang lain mengelus rahang Fjola.  Ujung ibu jarinya menyapu bibir gadis itu, menggodanya. Dahi mereka saling bersentuhan, begitu pun dengan perut mereka.

Fjola tersentak. Jantungnya bertalu-talu. Aroma musim semi yang disuarkan Arnor membuat gejolaknya membuncah. Tubuh dan hatinya ingin merespons sang peri, tetapi akal sehat mencegahnya. “Tidak—“

Arnor membenamkan wajahnya ke leher Fjola. Bibirnya menyapu kulit gadis itu. Hal itu membuat Fjola tercekat. Perutnya seolah jungkir balik. Tangannya mencengkeram tepi meja di belakangnya. Ia menggigit bibir untuk mencegah dirinya supaya tidak terhanyut dalam gejolak yang berbahaya. 

Meski menikmati sentuhan itu, ia tak dapat melakukan lebih. Ia harus realistis. Jika ia nekat mencintai Arnor, hanya ada kesia-siaan dalam hidupnya kelak. Betapa tidak? Arnor pernah berkata bahwa dia lebih memilih bangsanya untuk dinikahi. Fjola hanyalah manusia biasa, yang akan berakhir sebagai budak seandainya ia nekat melanjutkan hubungan ini. Ia tak mau jadi budak.

“Jangan,” ujarnya menolak. Ia berusaha mendorong dada sang peri. “Kumohon, hentikan, Arnor.”

Peri itu tak mau berhenti. Tangannya menahan tengkuk Fjola. Dia mengecup lekukan di leher gadis itu, di area sensitifnya. Hal itu membuat tubuh Fjola bergelenyar. Mendadak, akal sehatnya tertekan oleh gairah. Pertahanannya ambrol. Ia tak dapat menolak peri itu lebih lama lagi. Ia mengerang saat sang peri memainkan lidahnya.

Sembari bibirnya bermain-main, tangan Arnor menelusuri kemeja Fjola lagi. Sentuhannya yang lembut membuat Fjola seolah melayang. Tubuhnya tergelitik oleh sensasi yang memabukkan. Arnor membuka kancing kemeja Fjola satu persatu. Kali ini, gadis itu pasrah. Tetapi saat Fjola sangat menginginkan sang peri menyentuhnya lebih banyak, Arnor malah menarik diri.

Gadis itu tersengal. Detak jantungnya berderap. Tangannya mencengkeram bahu sang peri kuat-kuat, seakan ingin menariknya ke dalam pelukan. Ia memandang peri di hadapannya itu dengan tatapan memohon. “Arnor,” sebutnya.

Sang peri mengecup rahang Fjola sekilas kemudian berkata, “Berbaliklah.”

Sang gadis menurut. Arnor mendorong tubuh Fjola sampai membungkuk di atas meja. Ia lantas menarik kemeja gadis itu hingga punggungnya terbuka. “Mungkin kau akan merasa sakit nanti. Tetapi, bertahanlah,” bisiknya membungkuk di atas gadis itu. Jemarinya mengelus punggung Fjola yang telanjang. Bibirnya menyapu kulit sang gadis.

Fjola mendesah pasrah.

“Aku akan melakukannya selembut yang kubisa.” Peri itu mengecup punggung Fjola dan bermain-main di sana.

Mata sang gadis terpejam, menikmati sentuhan Arnor. Ia tak melihat ketika Arnor meraih belati yang tergeletak di sampingnya. Fjola mendesah, tetapi tak lama kemudian ia menjerit.

***

Disclaimer:

Buku ini merupakan buku ke 2 dari judul Jerat Cinta Sang Selir. Jadi, alangkah baiknya sebelum baca ini kalian baca dulu Jerat Cinta Sang Selir yang juga tersedia di GoodNovel. Namun, jika kalian tetep mau baca ini dulu juga tidak apa-apa. Ada ringkasan ringkasan dan penjelasan tentang buku sebelumnya di sini. 

Cerita ini merupakan cerita romansa fantasi yang mengambil setting dunia tengah. Jadi belum ada listrik maupun ponsel. Meski romansa, cerita ini tak melulu tentang anu-anu kok. Tapi, tetep aja ada adegan-adegan yang hanya boleh dinikmati bagi yang sudah cukup umur saja. Tidak ekplisit tentu saja. Tidak ada penyebutan organ intim.

Lagi pula, selain unsur romansa, cerita ini juga berbalut perang, pemberontakan, pengkhianatan, dan perjalanan menantang mara bahaya serta memuat makhluk-mahkluk fantasi. Jadi, selamat menikmati. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rizka Naila jelita
waduhh jdi kepo
goodnovel comment avatar
Puziyuuri
si Arnor keliatan redflag nih he he
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status