Share

Masa Kelam

Di tengah laut, kapal berlayar di atas ombang -ambing gelombang laut.

Para gadis pelayan mulai membersihkan lantai kapal seperti biasanya, namun Alice masih tertidur di tiang kapal.

Di pedesaan terpencil kota Arbin dimana masih sangat miskin dan minimnya keadilan bagi rakyat miskin disana.

"Aku mencintaimu , dan Aku juga sangat merindukanmu Alice." Leo mengungkapkan dengan berbisik di belakang Alice sembari menggenggam pergelangan tangan Alice.

"Aku juga merindukanmu," Balas Alice dengan pipi yang merona.

"Kita akan segera menikah, Ayahku akan memintamu kesini, besok pagi acara jemputannya akan dilakasanakan," Tambah Leo,

Ibu Dwi menoleh ke arah mereka, "Leo kapan kamu samapai? Ayo masuk dulu," Sahutnya.

"Ayo kita masuk dulu ke dalam," Alice menggandeng tangan Leo.

"Brakkk... tiba-tiba segerombolan ajudan Bripto masuk dengan kasar kerumah Alice. 

"Dimana Julio!!!" Teriaknya mencari Ayah Alice.

Bripto adalah seorang rentenir yang sangat berkuasa dan sangat di takuti di desa itu, jika ada yang berurusan uang dengannya siap-siap akan menderita seumur hidup.

Julio, Ayah Alice segera keluar dari kamar, berlutut di kaki Bripto. "Mohon beri saya tenggang waktu Tuan, saya akan melunasinya minggu depan," 

"Tidakkk, aku tidak dapat menunggunya lagi! Kalian cepat bawa gadis itu!!!" Bripto menunjuk ke arah Alice.

"Aku mohon jangan bawa anakku!!" Julio terus memohon kepada Bripto.

Para ajudan segera menyeret Alice, Ketika Alice di seret Leo tentu saja tidak akan tinggal diam, dia segera memukuli dan menyerang ajudan itu.

Saat yang bersamaan ajudan lain menyerbu dan mengeroyoki Leo sampai babak belur tak sadarkan diri.

Melihat hal ini Julio terus berusaha mempertahankan putrinya, dengan gesit Julio memukuli kepala Bripto dengan kayu balok.

"Brengs333k kau!!!" Bripto berbalik mengangkat pistol di tangannya tanpa ragu melepas pelatuknya, ke arah Julio.

Dor,,,,Dor...

Saat peluru menembus tepat di jantung Julio, darah segar bersemburan mengalir di bajunya, Julio saat itu juga meregang nyawanya.

"Aaaaaaa," Melihat sang suami bersimbah darah Ibu Dwi sangat terkejut, dia tak hentinya mengis di samping jasad sang suami,

"Kalian biad*p!!!" Ucapnya kesal.

Dor....Dor....

Peluru kembali di lepaskan Bripto tepat di kepala Ibu Dwi, saat mengenai kepalanya Ibu Dwi dengan segera menyusul sang suami merenggut ajal.

"Tidakkkkkkk!!!!!" Alice jatuh pingsang saat menyaksikan semua orang yang dia cinta di bunuh dengan sadis di depan matanya.

Para ajudan segera keluar menyeret Alice ke dalam mobil Jep Bripto.

"Pembunuhhh!!" Alice segera terbangun dari tidurnya, saat ini dia benar-benar sangat terluka atas kejadian itu, dia tidak akan pernah bisa melupakannya. Sampai kejadian itu terus-menerus menghampiri tidurnya.

Alice masih berada dalam posisi terikat pada tiang kapal. Para petugas yang sudah berdiri di depannya, segera menyiramkan air kepadanya. Saat Alice terbangun, para petugas kapal menamparnya dan berkata , "Apakah kita pembunuh? Dasar kau ini, cepat minta maaf!"

"Bukan Tuan, itu hanya mimpi," Fraya dengan cepat menjelaskannya.

"Minta maaflah Alice, Berhentilah memberontak!"

Fraya berusaha membujuk dan mengingatkan Alice, "Alice, minta maaflah, kalau tidak ini akan jadi mala petaka baru," 

"Biarkan aku mati saja, Aku sudah tak ingin hidup lagi! Ibuku, Ayahku, Leo,,,, semua orang yang saya cintai sudah meninggal, Aku di jual sebagai pelayan kepada orang-orang yang kaya dan berkuasa, seakan semua itu belum cukup buruk, sekarang aku dijual ke Istana Malaka, Apa mereka belum puas, lakukan apa saja kepadaku!!! Bunuh saja aku,". Alice berteriak sambil menagis sesegukan meratapi nasib buruknya.

Mendengar kata-kata Alice para petugas kapal sedikit bersimpati, hingga mereka memutuskan untuk tidak memarahinya lagi.

Saat malam tiba, para petugas kapal kembali memantau Alice, "Ini sudah cukup, lepaskan dia. Kita tidak bisa membawanya ke istana dalam keadaan seperti ini." Perintah salah satu petugas.

"Dimana kita? Apakah kita telah Sampai di nerak* Malaka?" Alice terus mengupat dengan dirinya sendiri sementara para gadis lain masih terlelap tidur.

Alice memandangi jendela bulat pada dinding kapal, menatap ke luar jendela, terlihat cahaya kembang api yang sangat cantik di atas langit Istana Malaka.

Di Istana Malaka, Shahzhad duduk bersama Aiden menatap perayaan kembang api dari menara istana.

"Liatlah! Aiden, kita telah mencapai impian kita selangkah demi selangkah, Setelah semua pembunuhan berencana, perang saham, dan kemunduran ekonomi. Kita masih disini, kita berhasil bertahan sejauh ini."

Shahzhad memulai percakapan dengan Aiden.

"Di masa depan akan lebih besar. dan lebih megah, Sultan Shahzhad. Kamu akan menjadi Sultan Malaka yang terkuat dan yang paling berkuasa mengalahkan Jag Alaskar seperti yang selalu kamu impikan," Aiden menjawab dengan memuji Shahzhad.

"Itu hanya Kamu dan Aku yang percaya pada mimpi itu," Jawab Shahzhad sembari mencicipi buah anggur Jerman.

"Kita akan melihat, apa yang ditakdirkan untuk kita di masa depan." Shahzhad berkata sembari mengembangkan kedua tangannya dan bersandar pada sofa beludru dengan senyum indah di wajahnya.

Di asrama para pelayan wanita,

"Para pelayan yang baru itu telah samapai, mereka sepertinya banyak yang tidak terawat, ini akan membuat mereka tidak akan lebih dari pelayan biasa" Bisik para pelayan senior sesama mereka.

"Berbaris! Angkat dagu kalian semua!!!" Gauri segera memberi perintah pada mereka.

Kanaya yang mendengar bisikan para pelayan senior dari lantai dua berbisik pada Ben, salah satu Pelayan Pria."Suruh mereka diam, dan masuk kembali ke kamarnya, "

"Hi girls, bisakah kalian tenang dan masuk kedalam kamar kalian, cepat!!" Para gadis pelayan itu tertawa dengan samar sebelum memasuki kamar mereka.

Melihat pelayan senior di istana ini, Fraya langsung berbisik kepada Alice, "Lihat Alice, ini bukan neraka, mereka semua terlihat bahagia disini," 

"Kita belum tau, dan mengenal lebih banyak," Jawab singkat Alice.

"Setiap gadis yang kami pilih akan pergi ke pemandian dan kemudian dokter akan memeriksa kalian, Paham!" Ucap Kanaya menjelaskan kepada mereka.

"Lepaskan Aku sekarang!" Alice kembali memberontak, bebaskan Aku, biarkan Aku pergi sekarang!" Alice terus berteriak memberontak.

"Apa yang sedang terjadi disana, siapa yang berani sekali berteriak di Istana ini!" Tanya Ibu Ratu Ava Alverta yang tak sengaja mendengar teriakan Alice saat berjalan di tangga menuju lantai bawah bersama Shahnaz.

Salah seorang pelayan wanita segera menjawab, "Itu adalah para gadis pelayan baru istana yang di kirim dari kota Z, Ratu."

"Segera bawa gadis kurang ajar itu padaku!" Perintah sang ratu.

Pelayan itu segera berkata,"Baik ratu," 

Di paviliun merara Istana,

"Permisi Sultan, Mentri Penasehat umum kerajaan ,Tuan Pradipta ingin bertemu dengan Sultan." 

"Baiklah, Suruh dia masuk," 

"Selamat malam Sultan Shahzhad," Tuan Pradipta membungkuk sembilan puluh derajat sebelum berkata, "Sesuai dengan kebijakan kerajaan, Saya sudah mengabdi lebih dari lima tahun maka dengan itu Saya datang untuk mengembalikan imperial seal (Tanda Jabatan kerajaan) kepada Anda, Sultan." Tn. Pradipta membungkuk kembali untuk mengembalikan Imperial Seal.

Sultan Shahzhad menggenggam tangan Tuan Pradipta sebelum dia berkata, "Saya ingin Anda tetap menjadi Mentri Penasehat kerajaan, Tuan Pradipta." Tuan Pradipta segera mengangkat kepalanya menatap Sutan Shahzhad.

"Anda telah melayani Sultan Amir dengan kesuksesan dan kesetiaan, sehingga Saya merasa berhutang budi terhadap Anda, Jadi Saya sangat berharap Anda akan terus berada di posisi Anda," 

"Keinginanmu adalah perintah untuk Saya, Terimakasih Sultan Shahzhad," 

"Ada yang juga ingin Saya sampaikan Tuan Pradipta, Bahwa Aiden William mulai sekarang akan menjadi Pengawal Pribadi saya," 

Tuan Pradipta melemparkan pandangan jelek pada Aiden. 

Aiden yang mendengar perkataan Sultan Shahzhad langsung membungkuk sembilan puluh derajat di depan mereka berdua.

"Terimakasih, Sudah mempercayaiku, Sultan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status