Share

BAB 5 - Pesta

Author: Saxpearls
last update Last Updated: 2024-02-03 15:04:09

Aku kembali mematut diriku di cermin. Tak percaya dengan hasil karyaku sendiri. Aku memoleskan make-up tipis pada wajahku agar menampilkan kesan senatural mungkin. Rambut hitamku kugelung ke atas dan menyisakan sedikit bagian anak-anak rambut yang bebas pada tengkukku.

Aku kini memperhatikan tubuhku yang dibalut oleh gaun yang panjang sebatas mata kaki.

‘Ini merupakan gaun yang indah.’ Batinku.

Gaun hitam dengan aksen glitter yang tak berlebihan. Gaun ini memiliki model lengan yang terbelah dan menampakkan belahan dada dan punggungku, namun tak cukup jelas karena tertutupi oleh kain transparan yang menyambung pada tanganku. Ya, aku bagaikan memiliki sepasang sayap untuk terbang. Aku memutar tubuhku sekali lagi dan terlihat jelas heels dengan warna perak di kakiku. Penampilanku sempurna dan terima kasih untuk ayah tiriku. Hal ini mengingatkanku pada percakapan kami siang tadi.

Flashback

“Bagaimana jika aku tak pergi ke pesta?”kataku pada ayah tiriku yang sedang  menikmati waktunya meminum teh di halaman samping rumah.

“Jangan konyol, Anakku. Aku membuat pesta ini jelas untukmu. Jadi, bagaimana mungkin pesta terselenggara tanpa pemeran utama.”

“Kalau begitu maukah Papa mengabulkan satu permintaanku.” kulihat ayah tiriku mendelik menyunggingkan senyum padaku yang duduk di sampingnya. Ia meletakkan korannya di atas meja dan menatapku dengan penuh tanya.

“Tentu saja, jangankan satu, semua permintaanmu akan kulakukan dan apa permintaanmu itu, Anakku?”

“Ini berkaitan dengan partner-ku.” tanpa sadar ayah tiriku menaikkan sebelah alis matanya padaku.

“Baiklah, apa itu?”

“Seperti yang kau katakan, aku akan memberikan kejutan untukmu dengan partner-ku, tapi sebagai gantinya, maukah Papa meminjamkan satu hal?”

“Benarkah? Ok, lalu apa yang ingin kau pinjam dariku?”

“Aku ingin membawa mobil sendiri karena sepertinya aku harus menjemput partner-ku secara langsung. Jadi, maukah Papa meninjamkannya kepadaku?” kudengar suara tawa Aryo memekak di telingaku. Aku mengernyit bingung padanya.

“Apa hanya itu permintaanmu?” ia masih terkekeh geli dan aku mengangguk mantap.

“Oh tentu saja sayang, kau boleh membawanya. Kau boleh memakai semua jenis mobil yang aku miliki di garasi keluarga Dirgantara.” aku menghela napas pelan. Lagi-lagi ia menyombongkan kekayaannya yang sangat berlimpah itu.

“Kalau begitu boleh aku pinjam mobil sedan tuamu, Papa?” kulihat tawanya terhenti. Sekarang ia ganti menatapku bingung.

“Kenapa dari semua mobil mewah yang keluarga Dirgantara miliki, kau justru menginginkan mobil itu?” tanya tak mengerti. Aku mengedik dan tersenyum padanya.

“Karena aku menyukai segala sesuatu yang berbau klasik. Lagipula mobil itu tidak akan terlalu mencolok dan yang paling penting, aku tidak perlu membayar mahal jika sewaktu-waktu aku membuat kerusakan padanya.” tawa ayah tiriku kembali memekak.

“Aku tidak menyangka kau akan memikirkannya sampai situ, Nak. Walaupun pada faktanya aku tidak mempermasalahkan jika kau merusak semua mobil mewah yang kumiliki.” ia mengedip dan aku tersenyum puas menatap padanya.

“Jadi, boleh aku membawanya?” ia menatapku sejenak. Ada segurat tatapan sendu pada wajahnya yang dikemas dengan senyuman menawan khas seorang pria tua.

“Tentu, kau boleh memakainya sesukamu.”

“Oh, terima kasih, Papa.” kataku tanpa sadar dengan cepat mengecup pipinya. Ia nampak terkejut dengan tindakanku walaupun pada akhirnya ia kembali tertawa terbahak.

“Oh ya, satu hal.” ia menghentikan langkahku ketika aku ingin beranjak pergi meninggalkannya.

“Gunakan ini pada pesta nanti!” ia menyodorkan dua buah kardus besar dengan hiasan pita di atasnya kepadaku.

“Apa ini?”

“Bukalah, maka kau akan mengetahuinya.” ia mengedip sekali lagi kepadaku dan aku berlalu di hadapannya dengan pikiran penuh tanya terhadap dua buah kotak kardus besar di tanganku.

End Of Flashback

Ia benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang ayah rupanya. Aku mengedik tidak terlalu peduli.

Tapi siapa sangka mungkin aku akan mengecewakannya hari ini. Ia terlalu berekspektasi lebih terhadap ‘partner-ku’.

Dengan cepat aku menuruni anak tangga dan terkejut dengan pemandangan di bawah. Keluarga Dirgantara tengah berkumpul di sana. Maksudku dengan seluruh keluarga Dirgantara adalah kakak beradik dari ibu ketiga kakak tiriku. Tante Salma, Om Radian, Catherine—anaknya, dan adik bungsu mendiang istri ayah tiriku. Om Rudi dan partner-nya—yang pasti wanita itu bukan istrinya, karena Om Rudi belum menikah hingga saat ini. Aku hampir saja lupa bahwa pesta ini mengharuskan kita membawa partner.

Langkahku terhenti saat pada akhirnya menemukan sosok Bayu di sana. Setelah sekian lama ia menghilang sama seperti halnya Dandy dan juga Anton. Ia terlihat tampan dengan setelan tuxedo hitam yang membalut tubuh rampingnya yang tegap. Tatapan kami bertemu untuk beberapa saat dan jantungku kembali berdegup kencang. Namun, perasaan itu tak berlangsung lama saat menemukan Ara berdiri tepat di samping Bayu dengan sebuah senyumannya yang menawan

“Oh ini dia pemeran utama sudah datang!” ucap ayah tiriku terlihat sangat bahagia menatapku. Kini tatapan semua orang tertuju padaku. Safira yang nampak cantik dengan gaun merah mudanya terlihat enggan untuk menatapku. Ia memalingkan wajah bersamaan dengan bergabungnya aku bersama mereka. Kulihat Catherine merangkul lengan Kevin. Sepertinya mereka ber-partner malam ini dan ini merupakan sebuah kejutan karena Kevin tidak membawa wanita malamnya.

Catherine terlihat acuh padaku. Ia seolah tak tertarik dengan ucapan ayah tiriku sambil mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai ke samping. Sementara Kevin, ia tercengang menatap kehadiranku. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti itu. Tante Salma persis seperti Catherine yang acuh saat melihatku, bedanya Tante Salma mendengus geli walaupun ia terlihat tak peduli. Om Radian terlihat netral, ia tidak menunjukkan jenis ekspresi apapun saat menatapku. Hanya Om Rudi dan ayah tiriku yang menyambutku dengan sebuah senyuman.

“Kau terlihat sangat cantik malam ini, Nona.” Om Rudi mengulurkan tangannya untuk membantuku menuruni anak tangga terakhir setelah melepas rangkulan wanita cantik di sisinya.

“Terima kasih.” ucapku malu-malu.

“Kau memang layak menjadi pemeran utama malam ini.” aku mengernyit bingung mendapati komentar Ara padaku yang tiba-tiba. “Persis seperti yang Om Aryo katakan.” Ungkapnya dan membuat jelas dari mana ia mendapatkan informasi itu.

“Ya dan semoga saja ia tidak bersikap memalukan di pesta nanti.” tanggapan yang sarkastik kudengar dari mulut cantik Tante Salma.

‘Terima kasih!’ gerutuku dalam hati. ‘Dan semoga kau tidak merusak malamku dengan semua hinaanmu.’

“Lalu siapa partner-mu malam ini, Cantik? Aku yakin seseorang tidak ingin melewatkanmu.” kata Om Rudi. Aku menatap kembali Bayu dan tak kuduga Bayu masih menatapku dengan tatapannya yang dingin hingga akhirnya ia yang terlebih dahulu memutus kontak mata kami.

“Tentu saja orang yang special.” sahut ayah tiriku cepat.

“Dan semoga tak memalukan untuk keluarga Dirgantara.” celetuk Safira pelan namun dapat terdengar jelas di telinga kami semua. Ayah tiriku berdehem pelan menanggapi komentar anak bungsunya itu sebelum kembali menatapku.

“Siap menjadi bagian dari keluarga Dirgantara seutuhnya?” ia mengacungkan sebuah kunci kepadaku. Tentu saja, kunci mobil sedan bututnya. Aku tersenyum getir mengambil kunci itu dari tangannya.

“Oh ayolah, Papa. Aku tidak pernah bisa menjadi bagian dari kalian.”

“Baguslah kalau kau tahu itu.” perkataan Tante Salma kembali menggema dan kurasakan situasi sedikit menegang sebelum ayah tiriku kembali melanjutkan.

“Kenapa tidak? Buktinya setelah malam ini kau akan resmi menjadi bagian dari Dirgantara dan semua orang akan tahu mengenai hal itu.”

Aku menggeleng.

“Tapi aku yakin kau tahu bahwa aku tak pernah menginginkannya.” jawabku dengan nada yang hampir seperti berbisik walaupun keheningan mencekam di tengah-tengah ruang keluarga tetap dapat mengantarkan kata-kataku pada seluruh anggota Dirgantara lainnya. Kulihat sekilas tatapan kecewa ayah tiriku sebelum kemudian ia kembali mengulas senyumnya padaku.

“Aku berangkat, Papa.” kataku lagi-lagi mengecup pipinya cepat sebagai refleks. Entah kenapa belakangan aku terus melakukan hal itu padanya. Mungkin karena aku telah benar-benar menganggapnya sebagai ayahku sekarang. Aku melewati Bayu dan tersenyum kecil saat ia kembali menatapku. Aku tidak peduli tentang apa yang dipikirkannya terhadapku, terutama saat ini, tapi yang jelas aku mantap dengan satu hal, bahwa aku mencintainya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
hs020863
teringat masa masa muda jadinya ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 45 - Rencana Bayu

    "BUK!"Satu pukulan telak tepat menghantam muka Bayu. Membuat sudut kiri bibirnya berdarah tapi tidak cukup kuat untuk membuatnya oleng. Rinata tersentak dan dengan cepat genggaman tangan Bayu pada tangannya terlepas. Hanya butuh waktu singkat bagi Bayu mendeteksi serangan itu dan menghantam balik wajah pelaku yang memukulnya. "Rex! Bawa Rinata pergi terlebih dahulu." Pinta Bayu cepat setelah orang yang dipukulnya tersungkur dan sebuah memar meninggalkan bekas gesekan di pipi kiri orang tersebut."Tidak! Kim!"Langkah Rex terhenti. Ia sudah merangkul Rinata tapi ia harus berhadapan dengan Kim saat ini. diiringi oleh para bodyguard Kim yang mengikuti di belakang."Tim satu! Kami membutuhkan kalian saat ini!"Dengan cepat Rex berbicara melalui earpiece-nya. Selang tak berapa lama tim satu yang merupakan tim keamanan khusus yang berada tak jauh dari sana telah hadir. Mereka saling berhadapan tapi belum mulai beradu pukulan kembali."Kau ingin pers melihat semua ini? Kau ingin mereka me

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 44 - Racauan Penuh Cinta

    “Kim..” Dengan cepat Dandy memanggil Kim yang berdiri tidak jauh darinya untuk mendekat. “Urus para pers. Katakan bahwa waktu untuk meliput telah selesai. Rinata tidak sedang dalam kondisi yang baik.” Pinta Dandy dengan suara yang pelan namun tetap penuh wibawa. “Tapi puncak acara malam ini?” Dandy mendelik padanya dengan tajam. Pertanda bahwa keputusannya tidak bisa dibantah. Kim mengangguk dan undur diri. Berikutnya ia menemui kerumuman para pers diikuti juru bicara yang mewakili Dirgantara dan juga Pieterson. Bayu memperhatikan hal itu dan ia tidak berusaha menyela menyadari bahwa keputusan Dandy saat ini adalah yang terbaik untuk melindungi Rinata. “Nak, bukankah lidahmu tergigit?” Aryo dengan cepat menyela percakapan Rinata dan Armenita. Tidak lagi mempersoalkan masalah pers yang telah Dandy usir keluar. Pintu Gedung aula pun tertutup menyisakan hanya hingar bingar tamu undangan di tempat duduknya masing-masing. “Oh ya Papa.. kau benar.. lidahku tergigit.” Tak berapa la

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 43 - Racauan Orang Mabuk

    Para pramusaji mulai mengeluarkan hidangan dan mulai menyuguhkannya ke meja para tamu undangan. Konsep ini sedikit berbeda dengan pesta penyambutan kemarin.Jika pesta penyambutan sebelumnya para tamu undangan dipersilakan mengambil hidangan mereka sendiri, maka untuk konsep pesta kali ini para tamu undangan dipersilakan untuk menempati meja masing-masing dan menunggu pramusaji yang menyajikan hidangan mereka.Beberapa hidangan mulai tersuguh, mulai dari seafood, daging, sup, salad, buah-buahan, dessert hingga menu-menu terbaik yang diantarkan ke meja masing-masing.Namun, sebaik apapun menu yang tersaji di sana Rinata tidak tertarik. Perutnya tidak terasa lapar dan mulutnya bahkan terasa kesulitan untuk menelan makanan-makanan tersebut."Apa yang kau lakukan belakangan, Bayu?" Tanya Aryo di sela-sela kenikmatan santapan makan malam mereka."Menculik seseorang kurasa." Sindir Dandy terkesan sarkastik dan tanpa rasa bersalah sedikitpun memakan potongan daging di piringnya.Bayu terseny

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 42 - Terasa Salah

    "Anakku, kau akhirnya muncul?"Aryo menyambut Dandy dan Rinata bersama. Ia terlihat begitu bahagia seakan-akan dari pelupuk matanya akan keluar air mata."Hallo, Pa."Keduanya saling memberikan pelukan rindu."Kau baik-baik saja, Nak?"Rinata mengangguk tak berani membuka suara saat tatapannya dan Bayu kembali bertemu. Rinata yang memutus terlebih dahulu kontak matanya dan Rinata tahu diam-diam Bayu menggeram marah padanya."Apa yang terjadi sebenarnya ini?" Tanya Salma. Kehadirannya selalu paling mencolok di antara keluarga Dirgantara lainnya."Kau tidak bisa lagi ditemui setelah pertemuan di kantor dan kau menghilang, huh!" Salma mendecak sinis. Menatap pada Rinata tidak suka dan meremehkan."Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi," Sambung Radian terdengar begitu acuh, "Tapi kau menghilang begitu saja. Para dewan direksi akan menganggap kau tidak becus dalam memimpin." Tambah Radian lagi terdengar tidak suka. "Apalagi di masa-masa kepemimpinan awalmu." "Dia ada bersamaku." Se

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   BAB 41 - Dandy yang Berbeda

    "I'm sorry to say.. Rinata menghilang!" Suara di seberang membuyarkan alur berpikir pria itu ketika sedang fokus mengerjakan tugas-tugas kantornya yang menumpuk di atas meja. Kepergiannya dari Dirgantara tak lantas membuat status kepemimpinannya lepas dari dirinya. Tidak sebagai Alexandre."Kau bilang apa El?" Pria itu menggeram marah dan bangkit dari kursi kebesarannya.Pria itu memandang pria kaku yang berdiri di sampingnya. Pria kaku itu mengangguk seolah mengerti."Bukankah aku sudah mengingatkanmu. Tetap berada di sisinya. Apa fungsinya kau dan Dion jika kalian tidak becus dengan semua tugas yang kuberikan!" maki pria itu dengan nada merendahkan yang amat kentara.Sementara suara wanita di seberang terdengar bergetar, panik, mencoba membela diri."Kami juga sedang mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di sini. Petugas keamanan di Peferta melapor, seseorang menabrak mobil kami saat tengah terparkir di halaman Peferta. Aku pikir itu hanya kejadian biasa. Aku dan Dion mencoba me

  • Pewaris yang Tak Diinginkan   Bab 40 - Konfrontasi Ara

    "Silakan Nona, sebelah sini." Thalia wanita tinggi semampai itu mengarahkan Rinata dan Elia menuju ruangan tempat gaun itu disimpan. "Ini adalah pesanan Tuan Bayu Dirgantara dari sekitar sebulan yang lalu.""Sebulan yang lalu?" Rinata dan Elia sama-sama terperanjat."Betul. Biar saya jelaskan sedikit. Bahan utama gaun ini bermodel salur. Tuan Bayu ingin gaun ini menjadi gaun yang sopan tetapi anggun dan juga elegan serta tampak mewah bersamaan. Modelnya akan dibuat membentuk badan pada bagian pinggang ke atas tanpa mengeskpos belahan dada dan hanya terbuka pada bagian bahu saja. Sementara berlian Swarovski kecil akan membentuk pola gaun bagian atasnya."Rinata dan Elia saling mengangguk. Elia masih tampak antusias dan terlihat mengerti keinginan Bayu sementara Rinata masih takjub dengan gaun pengantin pesanan Bayu tersebut."Sementara bagian bawah gaun, dibuat mengembang dengan pola salur yang mengkilat sederhana."Sekali lagi Rinata hanya mengangguk dan mengagumi pemandangan desai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status