"Kamu ingin bersembunyi dan meminta pertolongan Kak Bayu?! Dasar, jalang! Kamu seharusnya mendengarkan celaan orang-orang di kantor, bukan malah bersembunyi. Kamu pantas mendapatkan hinaan itu.” Rinata Haris Anwar baru berusia 16 tahun ketika ia memasuki kediaman keluarga Dirgantara dengan segudang misteri yang melibatkannya. Celaan dan hinaan sudah biasa ia dapatkan. Tetapi dibalik itu semua ada hubungan yang tak tersirat dengan anak sulung keluarga Dirgantara, Bayu Putra Dirgantara. Sampai suatu pengumuman mengejutkan pada satu acara pesta Dirgantara membuat kekacauan lebih buruk pada hidupnya. Dan siapa sangka seorang Manager Café pengganti, Dandy Nichola Pieterson, akan memiliki banyak andil dalam kehidupan barunya.
View More“Masa? Yang benar?”
“Iya, aku dengar katanya begitu.”
“Anak tiri keluarga Dirgantara, kan?”
“Iya. Katanya dia bisa masuk ke sini karena Ibunya menggoda Pak Aryo.”
“Ah yang benar kamu?”
“Ngga tahu juga deh tapi gossip-nya sih begitu.”
“Ya ampun geli banget deh.”
Seperti dugaan awalku. Bekerja di perusahaan Dirgantara tidak semudah yang aku bayangkan. Bukan karena lembaran-lembaran dokumen yang menumpuk di meja kerjaku tapi karena tatapan tidak bersahabat dari orang-orang di sekitarku.
Tak berapa lama yang lalu, kepala divisiku menatapku dengan tatapan yang penuh dengan penilaian dan saat aku berbalik aku mendengar percakapannya dengan kakak tiriku, Safira, lewat telepon.
“Semua aman, dia dalam pengawasanku. Aku yakin dia ngga akan betah di sini. Semua orang bergunjing tentangnya.” Vivian, kepala divisiku terkekeh geli di telepon, seolah aku tidak mendengarnya saja.
Rupanya Safira sudah menyebarkan gossip tentang aku yang merupakan seorang anak tiri keluarga Dirgantara dan bagaimana mendiang mama menjadi seorang penggoda untuk bisa memasukkanku ke dalam perusahaan.
‘Dasar perempuan-perempuan peng-gossip.’ Rutukku dalam hati. Sementara percakapan lainnya terdengar dari sudut ruangan divisiku dan aku masih tak percaya jika para pria pun juga ikutan bergosip.
“Seriusan? Itu anak tirinya?”
“Cantik gila, man..”
“Kalau memang Ibunya perempuan penggoda, saya juga mau digoda sama anaknya.”
“Tidak usah kamu, saya juga mau. Kamu lihat, kan badannya? Semok..”
“Pantes Pak Aryo tertarik sama Ibunya, anaknya aja aduhai, apalagi Ibunya.” Kudengar cekikikan dari para pria yang berada tak jauh dari balik bilik kerjaku.
Aku dengan sengaja menghentakkan kursiku dengan kasar hingga menimbulkan suara gaduh yang memecah kebisingan ruangan. Aku ingin menunjukkan pada mereka bahwa aku di sini dan aku mendengar mereka. Kini semua mata tertuju kepadaku.
Beberapa karyawan wanita menatapku sengit dan beberapa karyawan pria bersiul pelan. Mereka menyunggingkan senyum menyeringai saat mereka menatapku lamat. Aku menciut, keberanianku tiba-tiba saja lenyap.
“DUK!”
Kaki seorang wanita terulur begitu saja ketika aku berjalan dan mengakibatkan aku terjatuh dengan rok yang sedikit tersingkap. Kudengar para pria kini kembali bersiul, dengan cepat aku membetulkan rokku.
“Ada apa ini ribut-ribut?” aku terhenyak. Suara Bayu Putra Dirgantara tiba-tiba mengudara di ruangan.
Bayu Putra Dirgantara. Anak sulung keluarga Dirgantara. Kakak tiriku. Sekaligus..
Cinta Pertamaku.
Tatapan kami bertemu. Namun Bayu memutus kontak mata kami terlebih dahulu. Entah apa yang ada dalam benaknya melihat posisiku saat ini.
“Rinata, kembali ke kursimu!” titahnya melanjutkan. Aku bergegas berdiri dan kembali ke mejaku. Terbiasa dengan sikap dinginnya padaku. Tak beberapa lama kemudian jejeran dewan direksi memasuki ruangan tim marketing untuk memberikan briefing.
Setelah briefing berakhir, satu per satu karyawan kembali ke bilik kerja mereka masing-masing, tidak terkecuali aku.
“Rinata!” Bayu lagi-lagi memanggilku. Suara baritone-nya terdengar sedikit serak, “Kemasi barang-barangmu dan ikuti aku!” aku terdiam beberapa saat untuk mencerna maksud ucapannya.
Suara percakapan manusia-manusia di ruangan kembali terdengar. Bayu kembali melanjutkan, “Sasa bantu Rinata berkemas.”
“Baik, Pak!”
Selang tak berapa lama, gadis bernama Sasa itu mengarahkanku untuk mengikuti Bayu dan membantuku membawa barang-barangku dalam dus-dus kotak besar.
“Duduk!” perintah Bayu padaku sambil menunjuk pada sebuah sofa hitam di depan meja kerjanya. “Kerjakan di sini dan jika kau sudah selesai, kau bisa memberikannya pada Sasa, sekretarisku. Selebihnya dia yang akan mengurusnya dan jika ada pekerjaan lainnya untukmu, dia yang akan memberikannya langsung kepadamu, kau mengerti?” aku mengangguk walaupun sejujurnya aku masih berusaha membaca situasiku saat ini. Aku masih tak berkutik dalam beberapa menit saat Bayu kembali duduk dan berkutat dengan berkas-berkas yang telah ditinggalkan para dewan direksi di mejanya. Aku di ruangan Bayu. Mengerjakan tugasku sebagai seorang staff marketing biasa. Aku di ruangan Bayu dan ia adalah boss-ku. Aku di ruangan Bayu dan ia menyuruhku untuk tinggal dan mengerjakan seluruh pekerjaanku di ruangannya. Aku di ruangan Bayu dan ia adalah cinta pertamaku!
‘Mimpi apa aku semalam?’ batinku menjerit senang.
***
Aku baru saja hendak menapakkan kakiku ke anak tangga terbawah rumah keluarga Dirgantara ketika kurasakan seseorang menjambak rambutku dengan keras dan menyudutkanku ke penyangga tangga di sampingku. Safira—anak ketiga keluarga Dirgantara. Kakak tiriku yang lainnya. Aku terbelalak kaget karena matanya menyalak marah kepadaku.
‘Ada apa?’ batinku berucap. Seingatku, aku belum melakukan satu hal pun yang dapat menggugah emosinya yang sadis ini.
“Dasar, jalang!” teriaknya menghempaskanku ke lantai sehingga membuatku tersungkur. Aku meringis kesakitan saat sikuku menggores kaki meja ruang keluarga.
“Kak, aku salah apa?” berusaha untuk membela diriku.’
“Kamu masih bertanya kenapa? Dasar, Jalang!” ia menghempaskan kepalaku sekali lagi saat rambutku kembali ditarik olehnya. Ia berbicara tepat di wajahku dan dari mulutnya aku dapat mencium bau alkohol yang menguar. ‘Dia mabuk.’
“Apa yang kamu lakukan di ruangan, Kak Bayu, huh?!” teriaknya lagi. Meributkan masalah kepindahan ruanganku.
“Kamu ingin bersembunyi dan meminta pertolongan Kak Bayu?! Dasar, jalang! Kamu seharusnya mendengarkan celaan orang-orang di kantor, bukan malah bersembunyi. Kamu pantas mendapatkan hinaan itu.” ucapnya cepat hendak menamparku.
“Safira, CUKUP!” aku mendapati ayah tiriku dan Kak Bayu yang datang dari arah pintu depan.
Ayah tiriku berjalan dengan cepat namun dengan langkah yang tertatih berusaha menghampiri Safira, disusul Kak Bayu yang membantuku untuk berdiri.
“Papa..” Safira bergumam pelan dan wajahnya memucat melihat papa yang menatap dengan sorot mata yang tajam. Tatapan Kak Bayu juga terlihat lebih dingin kepada Safira.
“Cukup Safira! Papa sudah cukup jengah dengan sikapmu ini.”
“Tapi pa, wanita ini memanfaatkan kekuasaan yang papa berikan untuk berleha-leha di ruangan Kak Bayu. Tindakan macam apa itu? Kak Bayu bahkan harus mendapatkan celaan karena sikapnya itu.”
“Safira! Aku yang memintanya untuk bekerja di ruanganku. Jadi, ini bukan salahnya.” Bela Bayu padaku.
“Kakak! Atas dasar apa kakak membelanya? Aku tahu ini semua pasti salah satu bagian dari rencananya untuk mendekati Kakak dan mendapatkan harta Dirgantara, iya kan?” aku terperanjat kaget bersamaan dengan suara tamparan keras ayah tiriku pada pipi Safira.
PLAAKKK!!
“Papa!!” jerit Safira meringis sakit sambil memegangi pipinya yang memerah karena tamparan ayah tiriku padanya.
“Sekarang masuk ke kamarmu dan jangan keluar sampai papa menemuimu!” titah ayah tiriku diikuti dengan hentakan kaki Safira yang kesal dan mulai menangis.
“Bayu, papa rasa kita harus mempercepat pestanya. Sudah cukup pembicaraan kita untuk persiapan pesta ini. Papa ingin pestanya terselenggara di akhir pekan minggu ini.” ucap ayah tiriku dengan nada bicara yang serius kepada Bayu.
‘Pesta? Pesta apa?’ batinku berharap bisa bergabung dalam pembicaraan mereka dan mengerti akan maksud pesta yang mereka bicarakan.
“Baik, Pa. Semuanya akan beres dalam sepekan.” ucap Bayu patuh seperti biasanya.
“Sekarang beristirahatlah, Nak. Kamu pasti lelah hari ini.” kini ayah tiriku itu berbicara padaku dengan tatapan yang lembut dan penuh kasih. Aku mengangguk dan kembali berjalan menaiki anak tangga sambil memegangi sikuku yang tergores tadi, meninggalkan ayah tiriku dan Bayu yang masih berbicara serius di lantai bawah.
***
"BUK!"Satu pukulan telak tepat menghantam muka Bayu. Membuat sudut kiri bibirnya berdarah tapi tidak cukup kuat untuk membuatnya oleng. Rinata tersentak dan dengan cepat genggaman tangan Bayu pada tangannya terlepas. Hanya butuh waktu singkat bagi Bayu mendeteksi serangan itu dan menghantam balik wajah pelaku yang memukulnya. "Rex! Bawa Rinata pergi terlebih dahulu." Pinta Bayu cepat setelah orang yang dipukulnya tersungkur dan sebuah memar meninggalkan bekas gesekan di pipi kiri orang tersebut."Tidak! Kim!"Langkah Rex terhenti. Ia sudah merangkul Rinata tapi ia harus berhadapan dengan Kim saat ini. diiringi oleh para bodyguard Kim yang mengikuti di belakang."Tim satu! Kami membutuhkan kalian saat ini!"Dengan cepat Rex berbicara melalui earpiece-nya. Selang tak berapa lama tim satu yang merupakan tim keamanan khusus yang berada tak jauh dari sana telah hadir. Mereka saling berhadapan tapi belum mulai beradu pukulan kembali."Kau ingin pers melihat semua ini? Kau ingin mereka me
“Kim..” Dengan cepat Dandy memanggil Kim yang berdiri tidak jauh darinya untuk mendekat. “Urus para pers. Katakan bahwa waktu untuk meliput telah selesai. Rinata tidak sedang dalam kondisi yang baik.” Pinta Dandy dengan suara yang pelan namun tetap penuh wibawa. “Tapi puncak acara malam ini?” Dandy mendelik padanya dengan tajam. Pertanda bahwa keputusannya tidak bisa dibantah. Kim mengangguk dan undur diri. Berikutnya ia menemui kerumuman para pers diikuti juru bicara yang mewakili Dirgantara dan juga Pieterson. Bayu memperhatikan hal itu dan ia tidak berusaha menyela menyadari bahwa keputusan Dandy saat ini adalah yang terbaik untuk melindungi Rinata. “Nak, bukankah lidahmu tergigit?” Aryo dengan cepat menyela percakapan Rinata dan Armenita. Tidak lagi mempersoalkan masalah pers yang telah Dandy usir keluar. Pintu Gedung aula pun tertutup menyisakan hanya hingar bingar tamu undangan di tempat duduknya masing-masing. “Oh ya Papa.. kau benar.. lidahku tergigit.” Tak berapa la
Para pramusaji mulai mengeluarkan hidangan dan mulai menyuguhkannya ke meja para tamu undangan. Konsep ini sedikit berbeda dengan pesta penyambutan kemarin.Jika pesta penyambutan sebelumnya para tamu undangan dipersilakan mengambil hidangan mereka sendiri, maka untuk konsep pesta kali ini para tamu undangan dipersilakan untuk menempati meja masing-masing dan menunggu pramusaji yang menyajikan hidangan mereka.Beberapa hidangan mulai tersuguh, mulai dari seafood, daging, sup, salad, buah-buahan, dessert hingga menu-menu terbaik yang diantarkan ke meja masing-masing.Namun, sebaik apapun menu yang tersaji di sana Rinata tidak tertarik. Perutnya tidak terasa lapar dan mulutnya bahkan terasa kesulitan untuk menelan makanan-makanan tersebut."Apa yang kau lakukan belakangan, Bayu?" Tanya Aryo di sela-sela kenikmatan santapan makan malam mereka."Menculik seseorang kurasa." Sindir Dandy terkesan sarkastik dan tanpa rasa bersalah sedikitpun memakan potongan daging di piringnya.Bayu terseny
"Anakku, kau akhirnya muncul?"Aryo menyambut Dandy dan Rinata bersama. Ia terlihat begitu bahagia seakan-akan dari pelupuk matanya akan keluar air mata."Hallo, Pa."Keduanya saling memberikan pelukan rindu."Kau baik-baik saja, Nak?"Rinata mengangguk tak berani membuka suara saat tatapannya dan Bayu kembali bertemu. Rinata yang memutus terlebih dahulu kontak matanya dan Rinata tahu diam-diam Bayu menggeram marah padanya."Apa yang terjadi sebenarnya ini?" Tanya Salma. Kehadirannya selalu paling mencolok di antara keluarga Dirgantara lainnya."Kau tidak bisa lagi ditemui setelah pertemuan di kantor dan kau menghilang, huh!" Salma mendecak sinis. Menatap pada Rinata tidak suka dan meremehkan."Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi," Sambung Radian terdengar begitu acuh, "Tapi kau menghilang begitu saja. Para dewan direksi akan menganggap kau tidak becus dalam memimpin." Tambah Radian lagi terdengar tidak suka. "Apalagi di masa-masa kepemimpinan awalmu." "Dia ada bersamaku." Se
"I'm sorry to say.. Rinata menghilang!" Suara di seberang membuyarkan alur berpikir pria itu ketika sedang fokus mengerjakan tugas-tugas kantornya yang menumpuk di atas meja. Kepergiannya dari Dirgantara tak lantas membuat status kepemimpinannya lepas dari dirinya. Tidak sebagai Alexandre."Kau bilang apa El?" Pria itu menggeram marah dan bangkit dari kursi kebesarannya.Pria itu memandang pria kaku yang berdiri di sampingnya. Pria kaku itu mengangguk seolah mengerti."Bukankah aku sudah mengingatkanmu. Tetap berada di sisinya. Apa fungsinya kau dan Dion jika kalian tidak becus dengan semua tugas yang kuberikan!" maki pria itu dengan nada merendahkan yang amat kentara.Sementara suara wanita di seberang terdengar bergetar, panik, mencoba membela diri."Kami juga sedang mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di sini. Petugas keamanan di Peferta melapor, seseorang menabrak mobil kami saat tengah terparkir di halaman Peferta. Aku pikir itu hanya kejadian biasa. Aku dan Dion mencoba me
"Silakan Nona, sebelah sini." Thalia wanita tinggi semampai itu mengarahkan Rinata dan Elia menuju ruangan tempat gaun itu disimpan. "Ini adalah pesanan Tuan Bayu Dirgantara dari sekitar sebulan yang lalu.""Sebulan yang lalu?" Rinata dan Elia sama-sama terperanjat."Betul. Biar saya jelaskan sedikit. Bahan utama gaun ini bermodel salur. Tuan Bayu ingin gaun ini menjadi gaun yang sopan tetapi anggun dan juga elegan serta tampak mewah bersamaan. Modelnya akan dibuat membentuk badan pada bagian pinggang ke atas tanpa mengeskpos belahan dada dan hanya terbuka pada bagian bahu saja. Sementara berlian Swarovski kecil akan membentuk pola gaun bagian atasnya."Rinata dan Elia saling mengangguk. Elia masih tampak antusias dan terlihat mengerti keinginan Bayu sementara Rinata masih takjub dengan gaun pengantin pesanan Bayu tersebut."Sementara bagian bawah gaun, dibuat mengembang dengan pola salur yang mengkilat sederhana."Sekali lagi Rinata hanya mengangguk dan mengagumi pemandangan desai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments