Jangan berusaha menjadi pribadi yang sempurna. Karena tidak ada manusia yang sempurna. Namun, berusahalah menjadi pribadi yang sebaik mungkin. Dan untuk menjadi pribadi yang baik, kamu harus mampu menangani yang terburuk dalam hidupmu.
(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Hari ini Kasyaf mengajak Thania jalan-jalan, tentu saja Bik Sumi pun juga diajak. Beruntung satu minggu ini ia tidak ada jadwal penerbangan. Sebelum mereka menuju ke tempat tujuan, Kasyaf mampir ke kantor pengacaranya. Ia menyerahkan dokumen yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Bik, tolong tunggu di sini. Aku akan masuk sebentar,” ucapnya.“Baik, Den. Aden tenang saja.”Setelah menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan, dengan cepat Kasyaf keluar dari kantor tersebut.“Sejak kapan Thania tidur, Bik?” tanyanya sambil melihat ke arah sang putri.“Sekitar sepuluh menit, Den. Mungkin capek mengoceh sambil bermain,” ucap Bik Sumi.“Ya sudah, nanti sampai di wahana permainan aja kita bangunkan, Bik.” Kasyaf kembali melajukan mobilnya.Berpasang mata menatapnya takjub saat Kasyaf masuk ke pusat perbelanjaan. Bagaimana tidak? Laki-laki tampan itu menggendong sang putri dengan gendongan kodok.Kasyaf tetap berjalan santai diikuti Bik Sumi yang tidak jauh darinya dengan membawa perlengkapan Thania. Ia sama sekali tidak memedulikan beberapa pasang mata dari pengunjung mall yang kebanyakan wanita menatapnya dengan tatapan memuja.Hal itu sudah biasa baginya selama ini. Karena Tata tidak akan mau pergi bersama Thania.Hampir tiga jam Kasyaf dengan sabar menemani sang putri. Ia tidak sedikit pun mengeluh. Bahkan ia menyuruh Bik Sumi untuk menunggu di tempat tunggu supaya bisa beristirahat.Dari jauh Bik Sumi menatap iba pada sang majikan. Ia tahu sejak menjalani pernikahan dengan Tata, Kasyaf tidak pernah merasakan kebahagiaan yang utuh. Kebahagiaan yang diberikan Tata selama ini, semua itu palsu.***Dua tahun berlalu.Dua tahun sudah Kasyaf menjadi single Dady. Ia selalu ada untuk Thania. Di sela kesibukannya ia selalu menyempatkan diri untuk mengajak sang putri jalan-jalan, menghabiskan waktu hanya berdua.Kini bocah cantik itu sudah berusia tiga tahun lebih. Ia tumbuh menjadi bocah yang ceria, aktif dan keinginan tahuannya tinggi. Kasih sayang yang diberikan sang papa sudah lebih dari cukup, itu menurut Kasyaf. Memang untuk kebutuhan secara Zahir Kasyaf mampu mencukupi semuanya, tapi bagaimana dengan kebutuhan batin Thania? Bocah cantik itu tentunya masih sangat mendamba kasih sayang sang mama. Meskipun sejak bayi ia tidak pernah merasakan sentuhannya.Thania seolah mengerti akan kegundahan hati sang papa. Ia tidak pernah menyinggung tentang sang mama. Namun, di balik semua itu ia sering bertanya pada Bik Sumi di mana sang mama. Wanita sepuh itu tentu saja berusaha menutupi keberadaan Tata. Ia sering mengalihkan pertanyaan Thania dengan kegiatan yang sekiranya bisa melupakan bocah tersebut akan pertanyaannya.Pukul 11.00 sopir mengantarkan Bik Sumi untuk menjemput Thania. Bocah cantik itu tidak mau sang papa mencarikannya baby sister. Ia sudah cocok dengan Bik Sumi tidak mau yang lain.Wanita sepuh itu melihat Thania berlari menghampirinya. Ia tersenyum lembut pada bocah cantik tersebut.“Non Thania mau langsung pulang?”“Aku mau ke minimarket beli cokelat dan es krim dulu, Bik.” Suara kecil itu sedikit merengek.“Kata papanya, Non. Enggak boleh makan cokelat terus. Nanti giginya sakit lagi,” tolak Nik Sumi sembari menasihati.“Cuma sekali saja, Bik. Please!” rengeknya. Kalau seperti ini Bik Sumi tidak bisa menolak lagi.“Baiklah! Besok enggak boleh makan cokelat lagi, ya. Cukup satu minggu sekali.”Thania mengangguk dengan berat sambil mengerucutkan bibir. Bik Sumi hanya bisa tersenyum sambil membelai rambut panjang nan lurus bocah cantik itu.“Bik, semua temanku di sekolah panggil guru untuk ngajar mereka di rumah. Aku juga pingin seperti mereka. Apa Papa boleh, ya?” ucapnya pol“Maksud Non Thania semacam les privat gitu, to?”Bocah cantik itu mengangguk sambil tersenyum menunjukkan gigi susunya yang masih rata.“Nanti sepulang dari tugasnya, kita bicarakan sama papanya Non. Papanya Non Thania kan masih di Dubai untuk tiga hari ini.”“Tiga hari, ya, Bik?” ucapnya lirih.“Iya, Non. Sabar, ya. Tiga hari saja.”“Aku maunya besok, Bik,” rengeknya.“Ya sudah nanti kalau sudah bisa dihubungi kita telepon.”***Di tempat lain. Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota.“Syakila!” teriak Dita memanggil sang putri.Syakila yang berada di kamar untuk belajar langsung menghampiri sang ibu.“Ada apa, Bu_?” Ia tercengang tidak melanjutkan pertanyaannya saat mendapati sang ayah jatuh di kamar mandi dalam keadaan tidak sadarkan diri. Syakila langsung memberi pertolongan. Dengan berat kedua wanita cantik beda usia itu membawa tubuh Dimas ke ranjang.Sepuluh menit berlalu, mereka sudah berusaha menyadarkan Dimas, tapi laki-laki berusia empat puluh lima tahun itu belum sadarkan diri. Dita meminta Syakila meminta bantuan tetangga yang mempunyai mobil untuk membawa Dimas ke rumah sakit.Dengan bantuan mobil tetangga Dita dan Syakila membawa Dimas ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dimas segera mendapatkan pertolongan.Beberapa menit menunggu. Dokter yang menangani Dimas keluar.“Bagaimana keadaan suami saya, Dok?” tanya Dita khawatir. Sejak tadi wanita berhijab lebar itu berkumat-kamit berzikir memohon kepada Allah untuk kesembuhan sang suami.“Saat ini pasien belum sadarkan diri. Kalau pun sudah sadar, pasien harus rawat inap untuk beberapa hari.”“Baik, Dok, tapi suami saya baik-baik saja ‘kan? Tadi dia sempat sesak napas sebelum masuk ke kamar mandi,” ungkap Dita khawatir.“Gagal ginjal akut memang dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru, yang menyebabkan pasien mengalami sesak napas. Jika lapisan yang menutupi jantung meradang, pasien akan mengalami nyeri dada. Ketika cairan dan elektrolit tubuhnya tidak seimbang, kelemahan otot dapat terjadi. Ibu tenang saja. Kalau pun harus menjalani cuci darah kami akan memberikan yang terbaik untuk pasien.”“Untuk biaya pengobatannya berapa, Dok? Apa ayah saya akan melakukan cuci darah terus seumur hidupnya?” tanya Syakila ikut menimpali.“Untuk biayanya memang tidak murah, Nak, tapi kamu bisa minta keringanan, coba tanyakan pada pihak administrasi. Untuk Proses cuci darah atau hemodialisis dilakukan oleh pengidap gagal ginjal akut yang memasuki tahap yang cukup parah. Namun, cuci darah yang dilakukan pengidap gagal ginjal akut dilakukan sementara sampai fungsi ginjal dapat kembali, Cuci darah akan dihentikan jika ginjal tidak lagi mengalami kerusakan dan sudah bisa bekerja dengan baik,” ucap dokter itu menjelaskan.“Terima kasih penjelasannya, Dok. Saya akan bertanya pada pihak administrasi.”“Sama-sama.” Dokter yang usianya seumuran dengan sang ayah itu pun meninggalkan Syakila dan Dita.“Uang tabungan ibu tinggal delapan ratus ribu. Itu pun akan ibu jadikan modal jualan mie ayam di depan rumah. Semenjak ayahmu sakit dan enggak bisa jualan, kita tidak ada pemasukan. Ibu juga bingung bagaimana biaya kuliahmu dan juga biaya sekolah adikmu, Fauzi,” ucap Dita sedih.“Ibu jangan khawatir. Aku akan cari pekerjaan paruh waktu untuk biaya pengobatan ayah, biaya sekolah Fauzi, dan kuliahku,” ucap Syakila menenangkan sang ibu.“Kamu kerja apa? Sungguh, Ibu tidak mau membebanimu,” ucap Dita lirih. Ia sebenarnya tidak tega kalau sang putri bekerja.“Ibu tenang saja. Besok aku akan cari pekerjaan yang sekiranya tidak mengganggu kuliahku,” ucapnya tenang sambil tersenyum meremas jemari sang ibu.Langkah pertama untuk mencapai suatu tujuan adalah memutuskan bahwa kamu mampu untuk memulainya dengan hal baru.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila menemui pihak administrasi rumah sakit, menanyakan biaya yang diperlukan untuk pengobatan sang ayah Saat ini Syakila hanya bisa membayar biaya pengobatan dan perawatan untuk dua hari saja dengan uang tabungannya. Ia tidak ingin sang ibu sedih memikirkan biaya untuk sang ayah. Beruntung ia selalu menyisihkan uang sakunya untuk ditabung.Besok ia akan mencari pekerjaan setelah pulang dari kampus. Selain biaya pengobatan sang ayah, ia juga harus memikirkan biaya kuliahnya yang sebentar lagi skripsi dan membutuhkan biaya cukup banyak.Alina, sang sahabat pernah menawarinya menjadi guru privat di lembaga bimbingan belajar milik tantenya. Apa salahnya ia mencoba menanyakannya lagi. Apalagi jurusan pendidikan yang ia ambil akan memudahkannya untuk menjadi pengajar.“Apa kata pihak administrasi, Nak?” tanya Dita saat sang
Akan ada banyak cara untuk menunjukkan rasa sayang, termasuk dengan memahami perasaan. Dengan ketulusan hatinya, ia yakin akan bisa meluluhkan hati gadis kecil itu.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Setelah mengobrol panjang lebar bersama Tante Azizah dan Alina, Syakila bersiap untuk pergi ke rumah bocah yang mereka bicarakan tadi.“Nak Syakila, ini gajimu,” ucap Azizah sambil menyerahkan amplop cokelat pada Syakila. Dengan canggung ia menerima amplop itu. “Terima kasih, Tan. Maaf aku merepotkan Tante,” ucapnya lirih.“Sama sekali enggak merepotkan. Malah Tante senang kamu sudah mau bantu Tante. Terus terang Tante kekurangan tenaga pendidik di lembaga bimbel Tante. Beruntung kamu dan Alina selalu mau membantu,” ucapnya tersenyum tulus.“Tan, aku yang antar Syakila, ya. Dia kan enggak tahu rumahnya,” ucap Alina.“Halah, bilang aja mau modus sama Kapten Kasyaf,” goda Azizah pada sang keponakan.“Pertama, aku memang berniat bantu Syakila Ben enggak nyasar, ‘kan kasihan
Mungkinkah, pertemuan pertama membawaku terhanyut dalam cinta pertama? (Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila dan Bik Sumi melihat ke arah bocah cantik yang turun dari tangga dan berjalan ke arah mereka. Bocah cantik itu membawa tas yang di dalamnya sudah ada beberapa buku.“Aku mau belajar sama Kakak Cantik,” ucap Thania mendekat pada Bik Sumi.Syakila melongo terheran-heran dibuatnya. Ia tidak menyangka bocah cantik itu mau belajar dengannya. Padahal tadi wajahnya menunjukkan tidak bersahabat. “Aku mau belajar sama Kakak Cantik, duduklah, Kak!” ucap Thania memerintahkan sambil melambaikan tangan mungilnya pada Syakila. Bahkan sekarang gadis itu tersenyum manis.Syakila membalas tersenyum. Dengan canggung ia duduk di samping bocah cantik itu.Dua jam Syakila mengajar. Karena keluwesan dan kesabarannya Thania sudah mulai terbuka dan beradaptasi dengannya. Bahkan bocah cantik itu sudah mulai banyak bertanya.“Tadi aja kelihatan jutek amat. Eh, ternyata tidak sulit
Jatuh hati mengajarkan aku bagaimana memberanikan diri, juga bagaimana menjadi sabar saat sikapmu bertentangan dengan hati nuraniku.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila masih bergeming di tempat duduknya. Ia hanya bisa menelan saliva, mengurangi kegugupannya.“Kakak Cantik ... kenalkan ini Papa Thania,” ucap bocah cantik itu mencairkan kebekuan Syakila. “I-iya,” jawab Syakila terbata. Ia masih berusaha menata hati dan tingkah laku supaya tidak menjatuhkan imagenya sebagai wanita. Ia juga seorang pendidik harus bisa jaga tata Krama seorang guru. Tidak mungkin dia berbuat bar-bar dan agresif.Kasyaf melihat ke arahnya dengan tatapan tajam. Memindai penampilan gadis itu dari atas hingga ke bawah. Membuat Syakila semakin canggung dibuatnya. Setelah itu laki-laki tampan tersebut memalingkan wajah, terlihat sekali keangkuhannya.“Pe-perkenalkan saya Syakila, guru les privat Thania,” ucapnya canggung sambil menangkupkan tangan di depan dada“Hmm,” jawabnya tanpa men
Kata orang, jika cinta datang merasuk ke dalam hatimu. Maka bisa membuat hatimu berdebar-debar tak beraturan dan frekuensinya lebih cepat dari biasanya. Apakah aku sedang jatuh cinta?(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila duduk dengan canggung. Rasanya ingin sekali cepat-cepat keluar dari rumah itu. Bagaimana tidak? Sebagai tuan rumah Kasyaf sama sekali tidak menunjukkan keramahannya. Membuat Syakila kecewa, seolah tidak dihargai.“Non Thania mau lauk apa?” tanya Bik Sumi.“Aku mau makan ayam kremes, tapi maunya Kakak Cantik yang ambilin,” ujar Thania, membuat Syakila membulatkan mata sambil tersenyum canggung. Sekilat mata indah itu bertemu pandang dengan mata tajam Kasyaf saat keduanya saling melirik.“Sayang, biar Papa yang ambilin,” ucap Kasyaf terlihat tidak suka. Jujur, ia tidak begitu suka kalau sang putri bergantung pada orang lain. Ia hanya tidak ingin Thania kecewa.“Enggak, Papa. Aku maunya diambilin Kakak Cantik, bukan diambilin Papa,” tolak bocah can
Aku harus bertahan untuk menantimu meski penantian ini begitu berat. Sehingga sebuah kesabaran akan menepis kegalauan hatiku untuk percaya dan kamu genggam erat jemariku.(Syakila Kasyaf – Pilot Pencuri Hati)***Syakila segera mengambil helm yang disodorkan sang adik padanya.“Kok, lama sih, Dek?” tanyanya sedikit kesal. Selama menunggu di bahu jalan sudah ada tiga lali-laki paruh baya yang kecentilan menggodanya. Namun, ia sama sekali tidak menanggapinya. Bahkan sejak tadi ia menunduk tidak menghiraukan kanan kiri.“Maaf, Kak. Tadi aku nyelesein tugas kelompok dulu,” jawab Fauzi.“Ya sudah, kita langsung ke rumah sakit. Setelah antar Kakak jangan main lagi. Langsung pulang, udah malam. Istirahat jangan begadang kagak jelas,” ucap Syakila menasihati sang adik yang usianya terpaut tiga tahun dengannya. “Baik, Bos,” goda Fauzi, membuat Syakila memukul bahu sang adik dari belakang.“Aw ... sakit, Kak,” rintihnya pura-pura kesakitan. Sudah menjadi kebiasaan Fauzi menggoda dan membuat
Allah tidak pernah keliru membe sajarikan anugerah cinta kepada hambaNya, karena sebuah cinta yang datang itu pasti ada makna dan alasannya.(Kasyaf Syahrizki – Pilot Pencuri Hati)***Galau di hatinya kini sudah sedikit terobati setelah mencurahkan isi hati dan kekesalannya pada sang sahabat.“Nanti aku antar, ya. Aku pingin ketemu Bang Pilot,” ujar Alina menawarkan diri.“Iya, boleh. Kalau enggak merepotkan kamu, tapi setelah dari kampus aku mampir ke rumah sakit dulu. Aku mau istirahat sebentar sambil nemenin ibu,” ujar Syakila“Iya, kebetulan hari ini mata kuliah terakhir kosong. Jadi pulang lebih awal,” ucap Alina.“Makanya aku enggak mau merepotkanmu, Na,” ucap Syakila. Bukannya ia menolak, tapi ia juga kasihan kalau sang sahabat bolak-balik hanya untuk mengantarkannya.“Aku enggak masalah ikut nunggu di rumah sakit, kok. Kamu tenang saja aku enggak merasa direpotkan,” ucap Alina tulus.“Ya sudah kalau itu mau kamu. Ini nanti cuma antar saja atau nunggu aku sampai selesai ngajar
Bagian terburuk dari kenangan bukan sakitnya, tapi rasa kesepian saat kau mengingatnya. Untuk itu genggam erat tanganku supaya aku bisa membangkitkanmu saat kamu terjatuh. Menjadi sayap untuk menguatkanmu.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)Syakila tersenyum sambil geleng kepala mendengar apa yang dikatakan duda tampan beranak satu itu. “Dasar aneh ... bertanya, tapi enggak lihat wajah orang yang ditanya. Malah sibuk dengan ponselnya. Ngapain aku ladenin pertanyaannya? Lebih baik aku fokus sama Thania,” gumamnya.Merasa diacuhkan Kasyaf menghela napasnya dalam, lalu ia hembuskan kasar.Deg! Syakila tercengang, Kasyaf ikut mendekat ke arah Thania yang ada di sampingnya. Bocah cantik itu mengerjakan tugas yang ia berikan dengan telaten.“Anak Papa serius amat,” ucapnya sambil melihat apa yang dikerjakan sang putri.“Aku lagi menggambar pemandangan, Pa,” ucap bocah cantik itu tanpa menoleh, ia masih fokus dengan gambarnya.Sejak Kasyaf duduk di samping kanan sang putri, Sya