Langkah pertama untuk mencapai suatu tujuan adalah memutuskan bahwa kamu mampu untuk memulainya dengan hal baru.
(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila menemui pihak administrasi rumah sakit, menanyakan biaya yang diperlukan untuk pengobatan sang ayahSaat ini Syakila hanya bisa membayar biaya pengobatan dan perawatan untuk dua hari saja dengan uang tabungannya. Ia tidak ingin sang ibu sedih memikirkan biaya untuk sang ayah. Beruntung ia selalu menyisihkan uang sakunya untuk ditabung.Besok ia akan mencari pekerjaan setelah pulang dari kampus. Selain biaya pengobatan sang ayah, ia juga harus memikirkan biaya kuliahnya yang sebentar lagi skripsi dan membutuhkan biaya cukup banyak.Alina, sang sahabat pernah menawarinya menjadi guru privat di lembaga bimbingan belajar milik tantenya. Apa salahnya ia mencoba menanyakannya lagi. Apalagi jurusan pendidikan yang ia ambil akan memudahkannya untuk menjadi pengajar.“Apa kata pihak administrasi, Nak?” tanya Dita saat sang putri datang menghampirinya. Ia berada di samping brankar sang suami. Sepuluh menit yang lalu Dimas sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, meskipun belum sadarkan diri.“Ibu tenang saja, aku sudah membayar biaya pengobatan dan perawatan ayah selama dua hari. Setelah itu, baru kita pikirkan lagi biaya selanjutnya.“Dari mana kamu dapat uang untuk membayarnya? Bukankah ibu belum memberimu uang, Nak?”Syakila menyengir sambil garuk kepala yang tidak gatal.“Ditanya kok, malah nyengir,”ucap Dita geleng kepala. Ia tahu Syakila selalu berusaha membuatnya senang dan tidak banyak pikiran. Di saat hatinya gelisah dan khawatir hanya sang putri yang mampu menenangkannya.“Alhamdulillah, Bu. Aku punya sedikit tabungan. Jadi bisa aku gunakan untuk biaya ayah, tapi maaf hanya cukup untuk dua hari,” ucapnya sambil tersenyum tulus.“Ya Allah, Sayang. Maafkan Ibu dan Ayahmu, ya. Kamu menyimpan uang itu pasti kamu menginginkan sesuatu. Malah sekarang harus kamu relakan untuk biaya pengobatan Ayahmu,” ucap Dita sedih.“Ngapain Ibu sedih? Aku sama sekali enggak sedih. Aku malah senang bisa membantu kalian. Ibu jangan sedih, ya,” ucapnya sambil memeluk manja sang ibu.“Terima kasih, Nak.”“Jangan berterima kasih, Bu. Karena itu sudah tugasku sebagai putri kalian.”Dita mengecup dahi sang putri cukup lama. Kebanggaan baginya dan sang suami mempunyai putri seperti Syakila. Syakila memang gadis yang sederhana, tidak pernah meminta dan menuntut sesuatu pada kedua orang tuanya. Ia ceria dan mandiri. Sejak kecil, bila menginginkan sesuatu lebih memilih menabung daripada merengek.Pagi ini Syakila harus berangkat ke kampus dari rumah sakit. Beruntung sang adik yang usianya terpaut lima tahun dengannya, mau mengantar pakaian ganti dan tasnya. Semalam ia tidak tega meninggalkan sang ibu sendirian di rumah sakit.Dita dan Syakila bersyukur, Dimas sudah sadarkan diri saat azan subuh.“Bu, Ayah. Aku pergi kuliah dulu. Nanti sepulang sekolah Fauzi juga akan ke sini,” ucapnya.“Ya, Sayang. Hati-hati.”***Syakila menemui sang sahabat yang saat ini berada di perpustakaan kampus.“Sya, gimana tawaranku kemarin? Tante Azizah nanyain ke aku terus. Anaknya itu enggak mau berangkat ke tempat bimbel. Ia maunya manggil guru privat gitu. Pembantunya sempat kebingungan, bocah kecil itu selalu merengek,” ucap Alina saat Syakila baru duduk. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Syakila tidak perlu bertanya, Alina sudah bertanya duluan.“Sebenarnya aku lagi butuh uang untuk biaya pengobatan ayah dan juga biaya kuliahku, aku butuh uang secepatnya, Na. Kalau aku ngajar les privat gajiku pasti turunnya satu bulan lagi,” ucapnya lirih. Ia masih ragu mengiyakan tawaran Alina. Karena ia butuh uang itu cepat.“Itu mah masalah gampang, Sya. Aku akan bicarakan sama Tante Azizah. Tanteku itu orangnya enggak repot, kok.”“Beneran, Na?”“Iya, kamu kan sahabatku. Kapan aku pernah bohong. Kamu juga sudah sangat kenal keluargaku ‘kan?”“Iya, aku kenal semua keluargamu, tapi ini masalahnya aku enggak enak juga sama Tante Azizah harus minta gaji di awal.”“Kami sangat mengerti, kok. Kamu lagi butuh uang itu. Tante Azizah sangat menyukai kinerjamu saat dulu kamu pernah bantu dia. Selain kamu itu pintar, kamu juga sabar dan telaten. Tidak seperti aku yang ceroboh. Lagian aku juga udah bantu di tempat bimbelnya.”“Terima kasih, ya, Na. Kamu dan keluargamu sudah sering bantu aku.”“Itulah gunanya sahabat. Aku tidak bisa bantu apa-apa lagi selain ini,” ucapnya tulus.“Bantuanmu ini sudah lebih dari cukup buatku, ibu dan ayahku.”***Sepulang dari kampus Syakila dan Aina datang ke rumah Azizah. Kedatangan Syakila sangat ditunggu Azizah. Memang Syakila dan Aina sudah sering membantu Azizah saat tenaga pendidik di tempat bimbelnya berhalangan datang.“Nak Syakila, Tante senang sekali kamu mau meluangkan waktumu dengan menerima tawaran Tante mengajar privat di rumah salah satu murid Tante,” ucap Azizah berbinar saat menyambut kedatangan Syakila.“Iya, Tan. Lagi butuh uang, nih,” ucapnya sambil tersenyum. Syakila memang tipe gadis yang humoris yang tidak suka berbasa-basi. Apalagi pada keluarga Alina yang sudah sejak kecil mengenalnya.“Iya, Sayang. Tante ikut sedih atas musibah yang terjadi pada ayahmu. Maaf, Tante belum sempat menjenguk.”“Enggak apa, Tan. Yang penting doanya. Semoga ayah segera sembuh dan tidak bergantung dengan cuci darah,” ujarnya.“Aamiin ... semoga, Nak.”“Maaf, Tan. Mulai kapan saya harus mengajar anak itu?”“Sebenarnya mulai hari ini, itu pun kalau kamu bisa. Bocah cantik itu namanya Thania, ia tinggal bersama papanya. Kedua orang tuanya sudah berpisah sejak ia berusia satu tahun setengah. Saat ini ia diasuh pembantunya yang usianya sekitar enam puluh tahunan,” ungkap Azizah menjelaskan.“What? Syakila akan jadi guru les privat anak pilot tampan itu, Tan?” tanya Alina heboh. Syakila memicingkan mata tidak paham dengan apa yang dikatakan sang sahabat.“Iya betul, Syakila akan jadi guru les privatnya Thania. Putri pilot tampan yang kamu idolakan itu,” ucap Azizah tersenyum geleng kepala karena ulah sang keponakan.“Tante, kok. Jahat banget. Kenapa enggak aku aja yang disuruh ngajar di sana?” ucap Alina pura-pura cemberut.“Maksud kalian berdua apa, sih? Aku enggak paham ini.” Syakila hanya garuk kepala dengan aksi kedua wanita cantik beda usia di depannya.“Enak kamu, Sya. Kamu bakal mengajar putri pilot tampan, duda keren yang udah bikin hatiku klepek-klepek,” ucap Alina menjelaskan sambil mengerucutkan bibir pura-pura kesal.“Iya, keren, tapi jutek, cuek, dingin sedingin balok es, dan enggak tersentuh. Kalau pun Tante seusia kalian enggak akan mau sama dia. Daripada makan hati terus,” ucap Azizah menimpali.“Ah, Tante enggak asyik,” ucapnya pura-pura kesal.Azizah hanya geleng kepala. Ia tahu Aina hanya bercanda. Gadis itu memang masih labil untuk urusan percintaan, begitu pula dengan Syakila. Keduanya selama ini masih belum pernah berani berpacaran. Hanya sebatas mengagumi dalam diam.“Kamu beneran suka sama papanya bocah itu, Na?” tanya Syakila memastikan.Aina tersenyum malu sambil mengangguk.“What? Beneran?” Syakila makin heboh.“Tapi bohong,” ucap Alina tertawa lebar.“Ah, kamu mah,” ucap Syakila tepok jidad.“Ya, Seandainya Mas Pilotnya mau jadi pacarku, aku mau,” ungkapnya tersenyum manis.Pletak!Syakila menoyor jidad sang sahabat, sehingga Alina pura-pura kesakitan.“Awas, aja. Kalau kamu ikut jatuh hati padanya,” ucap Alina cemberut.“Enggak akan. Aku enggak mau sama Om duda,” ucap Syakila geleng kepala.“Awas, ya. Aku pegang ucapanmu. Nanti kalau sampai jatuh cinta padanya, aku orang pertama yang akan menertawakanmu,” ancam Alina.“Ya, kalau sampai aku jatuh cinta padanya. Aku akan nraktir makanan yang kamu suka,” ucap Syakila.“Baik, aku tunggu itu.”Akan ada banyak cara untuk menunjukkan rasa sayang, termasuk dengan memahami perasaan. Dengan ketulusan hatinya, ia yakin akan bisa meluluhkan hati gadis kecil itu.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Setelah mengobrol panjang lebar bersama Tante Azizah dan Alina, Syakila bersiap untuk pergi ke rumah bocah yang mereka bicarakan tadi.“Nak Syakila, ini gajimu,” ucap Azizah sambil menyerahkan amplop cokelat pada Syakila. Dengan canggung ia menerima amplop itu. “Terima kasih, Tan. Maaf aku merepotkan Tante,” ucapnya lirih.“Sama sekali enggak merepotkan. Malah Tante senang kamu sudah mau bantu Tante. Terus terang Tante kekurangan tenaga pendidik di lembaga bimbel Tante. Beruntung kamu dan Alina selalu mau membantu,” ucapnya tersenyum tulus.“Tan, aku yang antar Syakila, ya. Dia kan enggak tahu rumahnya,” ucap Alina.“Halah, bilang aja mau modus sama Kapten Kasyaf,” goda Azizah pada sang keponakan.“Pertama, aku memang berniat bantu Syakila Ben enggak nyasar, ‘kan kasihan
Mungkinkah, pertemuan pertama membawaku terhanyut dalam cinta pertama? (Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila dan Bik Sumi melihat ke arah bocah cantik yang turun dari tangga dan berjalan ke arah mereka. Bocah cantik itu membawa tas yang di dalamnya sudah ada beberapa buku.“Aku mau belajar sama Kakak Cantik,” ucap Thania mendekat pada Bik Sumi.Syakila melongo terheran-heran dibuatnya. Ia tidak menyangka bocah cantik itu mau belajar dengannya. Padahal tadi wajahnya menunjukkan tidak bersahabat. “Aku mau belajar sama Kakak Cantik, duduklah, Kak!” ucap Thania memerintahkan sambil melambaikan tangan mungilnya pada Syakila. Bahkan sekarang gadis itu tersenyum manis.Syakila membalas tersenyum. Dengan canggung ia duduk di samping bocah cantik itu.Dua jam Syakila mengajar. Karena keluwesan dan kesabarannya Thania sudah mulai terbuka dan beradaptasi dengannya. Bahkan bocah cantik itu sudah mulai banyak bertanya.“Tadi aja kelihatan jutek amat. Eh, ternyata tidak sulit
Jatuh hati mengajarkan aku bagaimana memberanikan diri, juga bagaimana menjadi sabar saat sikapmu bertentangan dengan hati nuraniku.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila masih bergeming di tempat duduknya. Ia hanya bisa menelan saliva, mengurangi kegugupannya.“Kakak Cantik ... kenalkan ini Papa Thania,” ucap bocah cantik itu mencairkan kebekuan Syakila. “I-iya,” jawab Syakila terbata. Ia masih berusaha menata hati dan tingkah laku supaya tidak menjatuhkan imagenya sebagai wanita. Ia juga seorang pendidik harus bisa jaga tata Krama seorang guru. Tidak mungkin dia berbuat bar-bar dan agresif.Kasyaf melihat ke arahnya dengan tatapan tajam. Memindai penampilan gadis itu dari atas hingga ke bawah. Membuat Syakila semakin canggung dibuatnya. Setelah itu laki-laki tampan tersebut memalingkan wajah, terlihat sekali keangkuhannya.“Pe-perkenalkan saya Syakila, guru les privat Thania,” ucapnya canggung sambil menangkupkan tangan di depan dada“Hmm,” jawabnya tanpa men
Kata orang, jika cinta datang merasuk ke dalam hatimu. Maka bisa membuat hatimu berdebar-debar tak beraturan dan frekuensinya lebih cepat dari biasanya. Apakah aku sedang jatuh cinta?(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila duduk dengan canggung. Rasanya ingin sekali cepat-cepat keluar dari rumah itu. Bagaimana tidak? Sebagai tuan rumah Kasyaf sama sekali tidak menunjukkan keramahannya. Membuat Syakila kecewa, seolah tidak dihargai.“Non Thania mau lauk apa?” tanya Bik Sumi.“Aku mau makan ayam kremes, tapi maunya Kakak Cantik yang ambilin,” ujar Thania, membuat Syakila membulatkan mata sambil tersenyum canggung. Sekilat mata indah itu bertemu pandang dengan mata tajam Kasyaf saat keduanya saling melirik.“Sayang, biar Papa yang ambilin,” ucap Kasyaf terlihat tidak suka. Jujur, ia tidak begitu suka kalau sang putri bergantung pada orang lain. Ia hanya tidak ingin Thania kecewa.“Enggak, Papa. Aku maunya diambilin Kakak Cantik, bukan diambilin Papa,” tolak bocah can
Aku harus bertahan untuk menantimu meski penantian ini begitu berat. Sehingga sebuah kesabaran akan menepis kegalauan hatiku untuk percaya dan kamu genggam erat jemariku.(Syakila Kasyaf – Pilot Pencuri Hati)***Syakila segera mengambil helm yang disodorkan sang adik padanya.“Kok, lama sih, Dek?” tanyanya sedikit kesal. Selama menunggu di bahu jalan sudah ada tiga lali-laki paruh baya yang kecentilan menggodanya. Namun, ia sama sekali tidak menanggapinya. Bahkan sejak tadi ia menunduk tidak menghiraukan kanan kiri.“Maaf, Kak. Tadi aku nyelesein tugas kelompok dulu,” jawab Fauzi.“Ya sudah, kita langsung ke rumah sakit. Setelah antar Kakak jangan main lagi. Langsung pulang, udah malam. Istirahat jangan begadang kagak jelas,” ucap Syakila menasihati sang adik yang usianya terpaut tiga tahun dengannya. “Baik, Bos,” goda Fauzi, membuat Syakila memukul bahu sang adik dari belakang.“Aw ... sakit, Kak,” rintihnya pura-pura kesakitan. Sudah menjadi kebiasaan Fauzi menggoda dan membuat
Allah tidak pernah keliru membe sajarikan anugerah cinta kepada hambaNya, karena sebuah cinta yang datang itu pasti ada makna dan alasannya.(Kasyaf Syahrizki – Pilot Pencuri Hati)***Galau di hatinya kini sudah sedikit terobati setelah mencurahkan isi hati dan kekesalannya pada sang sahabat.“Nanti aku antar, ya. Aku pingin ketemu Bang Pilot,” ujar Alina menawarkan diri.“Iya, boleh. Kalau enggak merepotkan kamu, tapi setelah dari kampus aku mampir ke rumah sakit dulu. Aku mau istirahat sebentar sambil nemenin ibu,” ujar Syakila“Iya, kebetulan hari ini mata kuliah terakhir kosong. Jadi pulang lebih awal,” ucap Alina.“Makanya aku enggak mau merepotkanmu, Na,” ucap Syakila. Bukannya ia menolak, tapi ia juga kasihan kalau sang sahabat bolak-balik hanya untuk mengantarkannya.“Aku enggak masalah ikut nunggu di rumah sakit, kok. Kamu tenang saja aku enggak merasa direpotkan,” ucap Alina tulus.“Ya sudah kalau itu mau kamu. Ini nanti cuma antar saja atau nunggu aku sampai selesai ngajar
Bagian terburuk dari kenangan bukan sakitnya, tapi rasa kesepian saat kau mengingatnya. Untuk itu genggam erat tanganku supaya aku bisa membangkitkanmu saat kamu terjatuh. Menjadi sayap untuk menguatkanmu.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)Syakila tersenyum sambil geleng kepala mendengar apa yang dikatakan duda tampan beranak satu itu. “Dasar aneh ... bertanya, tapi enggak lihat wajah orang yang ditanya. Malah sibuk dengan ponselnya. Ngapain aku ladenin pertanyaannya? Lebih baik aku fokus sama Thania,” gumamnya.Merasa diacuhkan Kasyaf menghela napasnya dalam, lalu ia hembuskan kasar.Deg! Syakila tercengang, Kasyaf ikut mendekat ke arah Thania yang ada di sampingnya. Bocah cantik itu mengerjakan tugas yang ia berikan dengan telaten.“Anak Papa serius amat,” ucapnya sambil melihat apa yang dikerjakan sang putri.“Aku lagi menggambar pemandangan, Pa,” ucap bocah cantik itu tanpa menoleh, ia masih fokus dengan gambarnya.Sejak Kasyaf duduk di samping kanan sang putri, Sya
Cinta itu aneh dan membingungkan, semakin kita berusaha menghapusnya dari hati, maka akan semakin sering muncul dalam pikiran.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Syakila menepati janjinya pada Kasyaf. Ia berusaha menjauh dan menolak apapun yang di minta Thania. Meskipun hatinya tidak tega mendengar rengekan bocah itu. Bahkan selalu ada kebohongan setiap harinya untuk membujuk bocah tersebut supaya tidak lagi merengek.Sudah tiga minggu ia mengajar di rumah tersebut. Satu minggu ini ia bisa bernapas lega, karena Kasyaf tidak ada di rumah. Laki-laki tampan itu ada jadwal penerbangan ke beberapa negara di timur tengah. “Kakak Cantik, hari ini Papa belum pulang. Kakak tidur di sini, ya!” pinta bocah cantik itu. Hampir setiap hari selama Kasyaf bertugas, Thania memintanya untuk menginap. Namun, Syakila selalu menolaknya dengan halus. Tentu saja dengan kebohongan.“Maaf, Sayang. Kakak masih ada pekerjaan. Lain kali saja, ya,” tolak Syakila. “Kapan sih, Kakak libur bekerja? Aku pingin bobok ditema