Share

2. Keputusan

Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai kapan pun dia tidak akan menjadi orang berani.

 (Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA)

Dalam hidup tidak akan terlepas dari berbagai masalah, kita dituntut untuk berani mengambil keputusan tentang apa yang pantas diperjuangkan dan apa yang tak pantas diperjuangkan.

(Kasyaf Syahrizki Irsyad)

***

Tata berusaha membujuk Kasyaf supaya mengubah keputusan untuk tidak menceraikannya. Ia tidak siap harus kehilangan kemewahan yang diberikan Kasyaf. Namun, hati Kasyaf sudah terlanjur sakit. Laki-laki tampan itu  sejak tadi hanya diam, ia mempertimbangkan keputusan yang ia ambil. Akankah baik untuk masa depan sang putri atau tidak. Sungguh, hati kecilnya meronta. Ia bisa memaafkan semua yang dilakukan Tata selama ini, tapi untuk pengkhianatan, tidak ada kata maaf.

“Bukankah selama ini Tata tidak pernah memikirkan Thania? Boro-boro perhatian, menyentuh Thania saja tidak. Ya Allah, semoga keputusanku berpisah dengan Tata adalah yang terbaik,” gumamnya. Kasyaf gelisah, berulang kali ia mengusap kasar wajah tampannya.

Kasyaf berdiri meninggalkan Tata yang masih bersimpuh dan merengek. Ia sama sekali tidak memedulikan rengekan itu. Kasyaf mengambil koper yang masih ada di ruang makan dan membawanya ke kamar.  Sesampainya di kamar ia membuka koper itu.

“Terimalah ini. Hadiah anniversary pernikahan kita yang ke-dua. Mungkin ini hadiah terakhir yang aku berikan padamu, sebelum kita berpisah,” ucap Kasyaf memberikan kotak perhiasan yang ia beli saat transit di Paris.

Dengan masih pura-pura sedih, Tata membuka kotak perhiasan itu. Matanya kembali bersinar saat melihat apa yang ia terima. Kotak perhiasan itu berisi kalung berlian, gelang dan anting, sangat indah. Tata sangat tahu harga perhiasan itu yang tentunya sangat mahal.

Tata menghampiri Kasyaf dan memeluknya saat  keluar dari kamar mandi. Hal itu membuat Kasyaf merasa jijik. Ia kembali mengingat apa yang dilakukan Tata tadi.  Ia memang tidak melihat penyatuan sang istri dengan laki-laki tersebut. Namun, melihat pakaian yang mereka kenakan sudah lepas dari tubuh keduanya membuatnya jijik.

Mengingat semua itu, refleks Kasyaf mendorong tubuh Tata cukup keras hingga wanita itu terjatuh.

“Aw, sakit ...,” rintihnya.

Tata tidak menyangka Kasyaf yang selalu lembut padanya. Hari ini mendorongnya cukup keras.

Tata pura-pura kesakitan. Namun, Kasyaf sama sekali tidak peduli. Laki-laki itu memilih keluar dari kamar. Ia naik ke lantai dua di mana kamar Thania berada.

Selama ini hanya sang putri yang membuatnya bertahan dengan Tata. Bahkan cintanya yang cukup besar perlahan menghilang  saat mengetahui perlakuan Tata pada Thania. Apalagi sekarang ditambah pengkhianatan wanita itu.

“Maafkan Papa yang tidak bisa merubah mamamu. Maaf ... Papa sudah tidak tahan dengan semua ini. Hanya perceraian yang bisa Papa tempuh,” ucapnya di samping telinga sang putri. Kasyaf membelai lembut kepala Thania yang masih tidur di sampingnya. Setelah itu ia keluar mencari Bik Sumi yang ada di halaman belakang.

“Bik, tolong bantu Tata untuk beresin barang-barangnya!” ucap Kasyaf menghampiri Bik Sumi.

“Barang-barang?” Bik Sumi terkejut dengan apa yang dikatakan Kasyaf.

“Iya, Bik. Bantu Tata mengemasi barang-barangnya. Hari ini dia akan keluar dari rumah ini,” ucap Kasyaf tersenyum miris.

“Ba-baik, Den. Maaf, apa Aden dan Non Tata_” Bik Sumi tidak berani meneruskan pertanyaannya.

“Iya, Bik. Aku sudah menalak Tata. Besok aku akan mendaftarkan perceraian kita ke pengadilan agama,” ucapnya mantap.

“Ma-maaf, bagaimana dengan Non Thania?”

“Thania tetap bersamaku. Tata tidak mengharapkannya, tidak mungkin dia meminta hak asuh Thania,” ucapnya datar, masih dengan  tersenyum miris. Ingin rasanya ia menertawakan kebodohannya selama ini. Cukup, ia menjadi budak cinta Tata selama ini.

“Bibi tau ini berat untuk Aden, tapi saya yakin Aden pasti bisa melewati semua ini dengan Non Thania,” ucap Bik Sumi menguatkan.

“Terima kasih, Bik. Sudah selalu ada untukku dan Thania.”

“Pasti, Den. Non Thania dari baru lahir sampai satu tahun lebih sudah Bibi rawat. seperti cucu Bibi sendiri.”

Kasyaf memutuskan kembali ke kamar Thania. Rasanya malas melihat wajah Tata yang penuh kepalsuan.

“Aku enggak butuh bantuan Bibi. Seharusnya Bik Sumi yang keluar dari rumah ini, bukan aku!” teriaknya marah. Tata mengusir Bik Sumi yang menghampirinya untuk membantu.

Wanita tua itu hanya diam sambil geleng kepala. Ia memilih keluar dari kamar itu, daripada Tata lebih marah padanya.

Tata  membawa dua koper besar keluar kamar. Ia melihat Kasyaf menemani baby cantik berusia satu tahun lebih itu bermain di ruang keluarga.

“Mas, apa enggak ada kesempatan lagi buatku,” ucapnya menghampiri Kasyaf dengan wajah dibuat sesendu mungkin.

Kasyaf tersenyum geleng kepala. “Maaf, kesempatan itu sudah sering aku berikan, tapi kamu tidak pernah menggunakan dengan baik. Kamu pun tidak pernah berubah dan tidak pernah berniat berubah,” ucap Kasyaf tanpa melihat ke arah Tata. Ia lebih memilih fokus pada Thania.

“Aku janji akan berubah demi kamu. Asalkan jangan ceraikan aku!” bujuknya.

“Maaf, aku sudah kenyang mendengar janjimu. Kamu tahu di mana pintu untuk keluar dari rumah ini,” ucap Kasyaf datar.

“Mas, kumohon ...,” rengeknya  sambil mengeluarkan air mata buaya.

Kasyaf menggendong Thania dan mengajak baby cantik itu ke kamar. Ia sama sekali tidak menghiraukan ucapan Tata.

Hati Kasyaf sakit. Tata merengek hanya untuk menarik simpatinya, tapi sama sekali tidak berniat menyentuh Thania. Ia hanya berharap satu kali saja Tata mau menggendong atau menyentuh sang putri. Namun, semua itu tidak akan pernah terjadi.

Entah, terbuat dari apa hati wanita yang ia nikahi itu.  Andai saja, Tata mau membuka hatinya untuk sang putri dan membujuknya lewat Thania, hatinya pasti luluh. Ia akan berusaha mengenyahkan rasa sakit karena dikhianati demi sang putri.

Dengan langkah berat Tata keluar dari rumah besar itu. Beruntung Kasyaf tidak meminta kembali fasilitas yang pernah ia berikan. Mobil dan apartemen masih bisa Tata miliki. Semua itu pun sudah atas nama dirinya.

“Aku pasti bisa kembali lagi ke dalam rumah ini. Aku yakin kamu masih mencintaiku, Mas,” ucap Tata jemawa dengan tersenyum menyeringai. Sangat percaya diri.

Tata melajukan mobil kesayangannya yang dibelikan Kasyaf. Tujuannya saat ini adalah apartemen yang ia dapatkan dari Kasyaf saat anniversary pernikahan mereka yang pertama.

Dari balik jendela kamar sang putri, Kasyaf melihat mobil Tata meninggalkan rumah. Ia menghirup napas panjang lalu ia embuskan.

Kasyaf melihat sang putri tersenyum ke arahnya. Seolah baby cantik itu mengerti kegelisahan sang papa.

“Setelah ini kita hanya akan berdua. Putri cantik papa dan juga Papa,” ucapnya tersenyum lembut sambil membelai rambut Thania yang mengoceh dengan bahasa bayi.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status