Akan ada banyak cara untuk menunjukkan rasa sayang, termasuk dengan memahami perasaan. Dengan ketulusan hatinya, ia yakin akan bisa meluluhkan hati gadis kecil itu.
(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Setelah mengobrol panjang lebar bersama Tante Azizah dan Alina, Syakila bersiap untuk pergi ke rumah bocah yang mereka bicarakan tadi.“Nak Syakila, ini gajimu,” ucap Azizah sambil menyerahkan amplop cokelat pada Syakila.Dengan canggung ia menerima amplop itu. “Terima kasih, Tan. Maaf aku merepotkan Tante,” ucapnya lirih.“Sama sekali enggak merepotkan. Malah Tante senang kamu sudah mau bantu Tante. Terus terang Tante kekurangan tenaga pendidik di lembaga bimbel Tante. Beruntung kamu dan Alina selalu mau membantu,” ucapnya tersenyum tulus.“Tan, aku yang antar Syakila, ya. Dia kan enggak tahu rumahnya,” ucap Alina.“Halah, bilang aja mau modus sama Kapten Kasyaf,” goda Azizah pada sang keponakan.“Pertama, aku memang berniat bantu Syakila Ben enggak nyasar, ‘kan kasihan kalau nyasar. Apalagi kalau ada yang godain gadis secantik dia. Kedua, tebakan Tanteku yang cantik ini memang enggak pernah salah, hehehe,” ucapnya nyengir. Membuat Azizah dan Syakila geleng kepala.“Eits, ngomong-ngomong Syakila belum tahu pesonanya si kapten. Awas aja nanti kalau kesemsem. Secara, kamu 'kan sebelas dua belas denganku. Selera kita sama,” goda Alina.“Alina ...,” pekik Syakila geleng kepala.“Apaan, sih?”“Kali ini enggak mau seleranya sama seperti kamu,” ucap Syakila. Ia langsung pamit pada Azizah sebelum meninggalkan rumah itu.“Aku pegang ucapanmu,” ucap Alina sambil mengeluarkan motornya dari garasi.“Udah-udah, Tante doakan salah satu dari kalian berjodoh dengan kapten Kasyaf!” teriak Azizah dari dalam rumah. Hal itu langsung diangguki Alina. Syakila hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan sang sahabat.“Awas aja kalau jatuh cinta!” ancam Alina sambil memutar bola matanya yang bulat menggoda Syakila.“Aku enggak berani bersaing dengan kamu, Na. Udah, ah. Enggak usah bahas papanya si bocah. Bikin aku gerogi aja di hari pertama,” ujar Syakila sambil memakai helm yang diberikan Alina.***Syakila tidak menyangka, Alina mengantarkannya ke perumahan elit yang selama ini tidak pernah ia masuki.“Beneran, Na. Di kompleks ini rumahnya?”“Iya, Sya. Emang kenapa?”“Aku enggak nyangka aja bisa masuk di perumahan elit ini. Aku jadi makin gerogi ini, Na. Takut juga ngasih pembelajaran sama anak orang kaya. Selama ini aku hanya ngajar anak-anak tuna wisma yang putus sekolah. Eh, sekarang harus ngajar anak orang kaya,” ungkapnya tidak percaya diri.“Enggak usah malu, Sya. Percaya dengan kemampuanmu. Kamu pasti bisa,” ucap Alina memberi semangat.“Iya, Bismillah. Semoga aku bisa sabar menghadapi bocah itu,” ucapnya lirih.“Kamu pasti bisa. Anaknya asyik, kok. Belum kenal memang dia tertutup dan jutek, seperti papanya, tapi kalau udah dua kali bertemu omongnya banyak. Kamu pasti kebingungan jawab pertanyaannya,” ucap Alina menjelaskan.“Owalah, gitu, ya.”Aina menghentikan laju motornya di depan rumah besar nan mewah. Membuat Syakila tercengang. Gadis cantik itu masih membeku di atas motor.“Sya, turun! Ini rumahnya,” ucap Alina menyadarkan Syakila.“Beneran ini rumahnya?”“Iya, Sya. Ayo masuk!”“Untuk hari pertama ini, tungguin aku sampai selesai, ya!” pintanya.“Maaf ... aku enggak bisa. Aku harus kembali ke tempat bimbel. Ada jadwal gantiin ngajar di sana. Bisa marah Tante Azizah,” ucap Alina.“Gitu, ya. Berarti aku harus masuk sendiri di rumah besar ini?” ucap Syakila ragu. Alina mengangguk sambil tersenyum. Ia berusaha menenangkan sang sahabat.“Kamu pasti bisa!”“Maaf, Nona-nona cantik ini mau cari siapa?” tanya satpam di balik pintu gerbang rumah itu.Syakila membuka helm dan menyerahkan pada Alina.“Kami mau bertemu Bik Sumi. Ini teman saya, namanya Syakila. Hari ini akan jadi guru privatnya Thania,” ungkap Alina.“Owalah, mari masuk!” ucap satpam itu membukakan pintu gerbang.“Terima kasih, Pak.”“Lho, Nona cantik yang satu enggak ikut masuk?” tanya satpam yang di name tagnya tertulis nama Wawan itu.“Hehehe ... enggak, Pak. Saya hanya ngantar. Jadi ojek dadakan,” ungkap Alina. Ia mengangkat tangannya tanda memberi semangat pada sang sahabat. Syakila tersenyum mengangguk.“Bismillah, semoga aku kerasan mengajar di sini. Semoga ini awal yang baik untukku.رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْلِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِيYa Allah mudahkanlah urusanku,” gumamnya sambil melangkah masuk ke rumah besar itu.Dengan canggung Syakila mengetuk pintu besar tersebut. Tidak lama pintu terbuka. Di balik pintu berdiri wanita tua dengan senyum ramah padanya.“Assalamualaikum,” sapanya sopan.“Wa’alaikumussalam,” jawab wanita tua itu.“Apa benar ini Bik Sumi?” tanyanya sopan.“Iya, saya sendiri. Apa Nona cantik ini ditugaskan Bu Azizah untuk mengajar Non Thania di rumah ini?”Syakila tersenyum canggung. Ia mengangguk.“Mari masuk, Non!” ajak Nik Sumi.Masih dengan canggung, Syakila menapakkan kaki masuk ke dalam rumah tersebut.“Maaf ... siapa nama Nona?”“Saya Syakila, Bik. Jangan panggil saya Nona. Cukup Syakila saja,” ujarnya sopan.“Syakila. Mashaallah ... cantik seperti orangnya,” puji Bik Sumi.“Terima kasih, Bik."“Silakan duduk, Nak Syakila! Bibi panggilkan Non Thania dulu,” ucapnya. Wanita itu naik ke lantai atas meninggalkan Syakila di ruang keluarga.Mata indah Syakila menjelajahi ruangan di mana ia berdiri. Matanya fokus melihat foto besar yang terpampang jelas di sana. Foto laki-laki tampan bersama gadis kecil yang cantik.Deg!Hatinya berdesir. Tiba-tiba ia merasakan ada getar.“Ternyata benar yang dikatakan Aina. Laki-laki itu tampan,” gumamnya mengagumi.“Astagfirullah ... apaan, sih. Bertemu aja belum udah kayak gini. Fokus mengajar, Sya. Jangan pikir yang lain!” gumamnya tepuk jidad.“Nak Syakila, kenalkan ini Non Thania,” panggil Bik Sumi membuyarkan lamunan Syakila. Gadis itu sedikit terkejut. Ia membalikkan badan dengan tersenyum canggung.“I-iya, Bik,” ucapnya terbata. Ia mendekat ke arah Bik Sumi dan Thania yang memandangnya dengan tatapan tidak biasa.“Hai, kamu Thania, ya. Kenalkan aku Kak Syakila. Hari ini kita akan belajar bareng,” ucapnya lembut pada Thania.Bocah cantik itu hanya diam saja. Bahkan tidak ada senyuman di wajah cantiknya.“Ternyata Alina benar, bocah cantik ini jutek banget. Ya Allah ... semoga aku bisa meluluhkan hatinya,” gumamnya.“Hari ini Kak Syakila akan mengajari Thania. Kita belajar bareng, ya,” ucapnya dengan suara lembut keibuan.Bocah cantik itu mengangguk, lalu membalikkan badan. Ia sedikit berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Entah, Syakila sendiri tidak tahu apa yang diinginkan Thania.“Maaf ... Bibi harap Nak Syakila sabar menghadapi Non Thania, tapi percayalah dia baik dan enggak akan menyusahkan Nak Syakila, kok.” Bik Sumi tersenyum lembut pada Syakila. Ia tahu gadis di depannya itu sedikit kebingungan dengan tingkah Thania.“Iya, Bik. Enggak masalah. Saya bisa memakluminya. Saya tahu Thania butuh adaptasi,” ucapnya lembut.“Alhamdulillah kalau Nak Syakila bisa mengerti,” ucap Bik Sumi lega.***Celahmu akan dianggap sempurna oleh hati yang memang ditakdirkan untukmu yang mau menerimamu apa adanya(Kasyaf – Syakila)***Kasyaf menggandeng Syakila menuju kamar yang sudah disiapkan untuk mereka tadi. Sebelumnya Kasyaf, Hanum, dan Reno membujuk Thania terlebih dulu. Bocah cantik itu merengek untuk ikut tidur di hotel. Syakila pun membujuk Kasyaf untuk mengizinkan Thania ikut mereka, tetapi Kasyaf menolak.Entah, apa yang dikatakan Kasyaf untuk membujuk sang putri. Seketika bocah cantik itu mau diajak pulang. Syakila pun heran, padahal sebelumnya Thania sulit ditaklukkan.Saat ini keduanya sudah berada di dalam kamar. Kasyaf langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Syakila melepas gaunnya, mengganti dengan gamis. Mumpung Kasyaf berada di kamar mandi. Biasanya laki-laki itu lama berada di kamar mandi.Ternyata apa yang dipikirkan Syakila salah. Saat ia sudah melepas hijab dan gaunnya, tiba-tiba Kasyaf keluar dari kamar mandi. Bahkan laki-laki itu hanya memakai h
Hanya orang yang tahu caranya bersyukur yang bisa menikmati keindahan dan arti dari kebahagiaan hidup.(Kasyaf Syahrizki Irsyad ❤️ Syakila Zanitha Firdaus)***Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Sejak tadi Kasyaf gelisah, ia sampai berkeringat dingin. Habib, sang sahabat yang berprofesi sama dengannya sudah berulang kali menenangkannya. Reno hanya bisa tersenyum melihat tingkah sang putra. “Baca salawat, Bro. Siapa ya tenang. Anggap saja kamu sedang menerbangkan pesawat, jangan ragu dan tetap tenang. Baca Basmalah sebanyak-banyaknya,” ucap Kapten Habib menenangkan.“Aku udah berusaha tenang. Aku udah baca semua salawat yang aku bisa. Bahkan ini kedua kalinya aku mengucapkan ijab qobul, tapi tidak seperti saat ini,” ungkapnya lirih Bisai karena rasa cintamu begitu besar pada Syakila. Makanya kamu takut tidak bisa memberi yang terbaik. Kamu pasti bisa, kok.”“Bismillah, semoga aku bisa. Mohon doanya.”“Pasti aku doakan yang terbaik.”“Kalau sudah siap, kita berangkat sekarang!” ajak Ren
Tanamlah benih kebahagiaan, harapan, kesuksesan, dan cinta. Karena semuanya akan kembali padamu dengan berlimpah. Sebaliknya, jika menanam keburukan, kedengkian, dan dendam semua akan kembali padamu berlimpah juga. (Kasyaf Syahrizki Irsyad – Syakila Zanitha)***Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan mata. Syakila dibawa kembali ke ruang rawat inapnya. Kasyaf, Dita, dan Fauzi masih setia menunggu di ruang itu.“Bagaimana hasilnya, Dok?” tanya Kasyaf khawatir.“Hasilnya akan keluar nanti sore, Mas. Tolong ditunggu sembari berdoa supaya hasilnya baik.”“Aamiin ... semoga, Dok,” ucap Dita lirih. Setelah itu dokter keluar dari ruangan tersebut.“Bu, apa aku akan buta selamanya?” tanya Syakila lirih. “Tidak, Sya. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan melakukan apapun demi kesembuhanmu,” ucap Kasyaf tegas.“Maaf, aku hanya bisa merepotkan Mas Kasyaf,” ucapnya.“Sama sekali tidak merepotkanku, Sya. Kamu itu tanggung jawabku.”“Kita belum menikah, Mas. Aku bukan tanggung jawabmu
Bagaimana pun kondisimu, aku akan tetap selalu ada untukmu. menemani, mencintai, dan selau menjagamu.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Kasyaf segera berdiri. Apa yang dikatakan Fauzi memang benar. Yang dibutuhkan Syakila saat ini selain penanganan rumah sakit adalah doa, bukan keluhan dan rintihan. Syakila gadis yang kuat, tidak akan suka bila melihatnya terpuruk.“Sebaiknya kita ke masjid dulu Zi. Kita salat Zuhur sambil berdoa memohon kesembuhan Syakila.”“Baik, Mas.”Setelah pamit pada Dita, Kasyaf dan Fauzi pergi ke masjid yang masih satu lingkungan dengan rumah sakit.“Ya Allah, sembuhkanlah Syakila. Jangan ambil dia dariku. Izinkan aku membahagiakannya,” ucapnya lirih.Selepas salat hati Kasyaf sedikit tenang. Ia mengajak Fauzi Kembali ke depan ruang IGD. Ia melihat di depan ruang IGD sudah ada kedua orang tuanya bersama Dita. Menyadari kedatangan sang putra Hanum dan Reno berdiri, mereka mencoba menguatkan sang putra.“Inshaallah semua akan baik-baik saja, Nak.”“Aamiin … terima k
Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang. Melainkan mereka yang berusaha bangkit ketika terjatuh.(Pilot Pencuri Hati)Kasyaf melajukan mobil cukup kencang, ia ingin segera sampai ke rumah Syakila.“Assalamualaikum,” ucapnya sambil mengetuk pintu.Tidak lama Dita membukakan pintu itu. “Wa’alaikumussalam, Nak Kasyaf ...,” Jawab Dita heran. Ia belum pernah melihat Kasyaf memakai seragam kebesarannya sebagai pilot. Syakila tadi bilang akan pergi bersama Kasyaf, tapi nanti selepas salat Zuhur.“Syakila ada, Bu?” tanya Kasyaf gelisah.“Syakila masih belanja ke pasar. Tadi perginya kesiangan jadi belum pulang. Memangnya ada apa, Nak? Kenapa Nak Kasyaf terlihat gelisah?”“Saya tidak tahu, Bu, tapi hati saya gelisah sejak tadi. Makanya dari maskapai saya langsung ke sini.”“Masuklah! Ibu buatin minum dulu supaya tenang. Sebentar lagi Syakila pasti datang,” ujar Dita. Ia juga merasakan kegelisahan, tapi ia berusaha tenang.“Saya menunggu Syakila di depan saja, Bu.”“Ya sudah terserah
Pemenang dalam kehidupan adalah mereka yang mampu berteduh di tengah panas, mampu bersikap manis di tengah pahit.(Kasyaf -Syakila)***Syakila melihat ada yang beda dengan laki-laki yang ada di sampingnya itu. Ia pun ikut melihat arah pandang Kasyaf. “Ada apa dengan wanita itu? Kenapa Mas Kasyaf menatapnya dengan tatapan penuh kebencian?” gumam Syakila.Tata dan Pak Adit berjalan ke arah Kasyaf dan Syakila untuk memberi selamat atas pertunangannya.“Selamat Mas Kasyaf, semoga lancar sampai hari pernikahan nanti,” ucap Pak Adit tulus. Kasyaf memang sudah lama mengenal laki-laki yang menjadi klien sang papa itu, tidak menyangka saja laki-lali yang seusia papanya itu menjalin hubungan dengan Tata. Kasyaf yakin, Tata hanya simpanan Pak Adit, karena laki-laki itu sudah beristri. Hal itu hanya membuat hati Kasyaf miris juga semakin illfeel melihat kehidupan sang mantan istri. “Aamiin ... terima kasih, Om,” ucap Kasyaf berusaha tenang dengan mengembangkan senyumnya. Sedangkan Syakila hany