Share

5. Bertemu Thania

Akan ada banyak cara untuk menunjukkan rasa sayang, termasuk dengan memahami perasaan. Dengan ketulusan hatinya, ia yakin akan bisa meluluhkan hati gadis kecil itu.

(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)

***

Setelah mengobrol panjang lebar bersama Tante Azizah dan Alina, Syakila bersiap untuk pergi ke rumah bocah yang mereka bicarakan tadi.

“Nak Syakila, ini gajimu,” ucap Azizah sambil menyerahkan amplop cokelat pada Syakila.

Dengan canggung ia menerima amplop itu. “Terima kasih, Tan. Maaf aku merepotkan Tante,” ucapnya lirih.

“Sama sekali enggak merepotkan. Malah Tante senang kamu sudah mau bantu Tante. Terus terang Tante kekurangan tenaga pendidik di lembaga bimbel Tante. Beruntung kamu dan Alina selalu mau membantu,” ucapnya tersenyum tulus.

“Tan, aku yang antar Syakila, ya. Dia kan enggak tahu rumahnya,” ucap Alina.

“Halah, bilang aja mau modus sama Kapten Kasyaf,” goda Azizah pada sang keponakan.

“Pertama, aku memang berniat bantu Syakila Ben enggak nyasar, ‘kan kasihan kalau nyasar. Apalagi kalau ada yang godain gadis secantik dia. Kedua, tebakan Tanteku yang cantik ini memang  enggak pernah salah, hehehe,” ucapnya nyengir. Membuat Azizah dan Syakila geleng kepala.

“Eits, ngomong-ngomong Syakila belum tahu pesonanya si kapten. Awas aja nanti kalau kesemsem. Secara, kamu 'kan sebelas dua belas denganku. Selera kita sama,” goda Alina.

“Alina ...,” pekik Syakila geleng kepala.

“Apaan, sih?”

“Kali ini enggak mau seleranya sama seperti  kamu,” ucap Syakila. Ia langsung pamit pada Azizah sebelum meninggalkan rumah itu.

“Aku pegang ucapanmu,” ucap Alina sambil mengeluarkan motornya dari garasi.

“Udah-udah, Tante doakan salah satu dari kalian berjodoh dengan kapten Kasyaf!” teriak Azizah dari dalam rumah. Hal itu langsung diangguki Alina. Syakila hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan sang sahabat.

“Awas aja kalau jatuh cinta!” ancam Alina sambil memutar bola matanya yang bulat menggoda Syakila.

“Aku enggak berani bersaing dengan kamu, Na. Udah, ah. Enggak usah bahas papanya si bocah. Bikin aku gerogi aja di hari pertama,” ujar Syakila sambil memakai helm yang diberikan Alina.

***

Syakila tidak menyangka, Alina mengantarkannya ke perumahan elit yang selama ini tidak pernah ia masuki.

“Beneran, Na. Di kompleks ini rumahnya?”

“Iya, Sya. Emang kenapa?”

“Aku enggak nyangka aja bisa masuk di perumahan elit ini. Aku jadi makin gerogi ini, Na. Takut juga ngasih pembelajaran sama anak orang kaya. Selama ini aku hanya ngajar anak-anak tuna wisma yang putus sekolah. Eh, sekarang harus ngajar anak orang kaya,” ungkapnya tidak percaya diri.

“Enggak usah malu, Sya. Percaya dengan kemampuanmu. Kamu pasti bisa,” ucap Alina memberi semangat.

“Iya, Bismillah. Semoga aku bisa sabar menghadapi bocah itu,” ucapnya lirih.

“Kamu pasti bisa. Anaknya asyik, kok. Belum kenal memang dia tertutup dan jutek, seperti papanya, tapi kalau udah dua kali bertemu omongnya banyak. Kamu pasti kebingungan jawab pertanyaannya,” ucap Alina menjelaskan.

“Owalah, gitu, ya.”

Aina menghentikan laju motornya di depan rumah besar nan mewah. Membuat Syakila tercengang. Gadis cantik itu masih membeku di atas motor.

“Sya, turun! Ini rumahnya,” ucap Alina menyadarkan Syakila.

“Beneran ini rumahnya?”

“Iya, Sya. Ayo masuk!”

“Untuk hari pertama ini, tungguin aku sampai selesai, ya!” pintanya.

“Maaf ... aku enggak bisa. Aku harus kembali ke tempat bimbel. Ada jadwal gantiin ngajar di sana. Bisa marah Tante Azizah,” ucap Alina.

“Gitu, ya. Berarti aku harus masuk sendiri di rumah besar ini?” ucap Syakila ragu. Alina mengangguk sambil tersenyum. Ia berusaha menenangkan sang sahabat.

“Kamu pasti bisa!”

“Maaf, Nona-nona cantik ini mau cari siapa?” tanya satpam di balik pintu gerbang rumah itu.

Syakila membuka helm dan menyerahkan pada Alina.

“Kami mau bertemu Bik Sumi. Ini teman saya, namanya Syakila. Hari ini akan jadi guru privatnya Thania,” ungkap Alina.

“Owalah, mari masuk!” ucap satpam itu membukakan pintu gerbang.

“Terima kasih, Pak.”

“Lho, Nona cantik yang satu enggak ikut masuk?” tanya satpam yang di name tagnya tertulis nama Wawan itu.

“Hehehe ... enggak, Pak. Saya hanya ngantar. Jadi ojek dadakan,” ungkap Alina. Ia mengangkat tangannya tanda memberi semangat pada sang sahabat. Syakila tersenyum mengangguk.

“Bismillah, semoga aku kerasan mengajar di sini. Semoga ini awal yang baik untukku.

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْلِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Ya Allah mudahkanlah urusanku,” gumamnya sambil melangkah masuk ke rumah besar itu.

Dengan canggung Syakila mengetuk pintu besar tersebut. Tidak lama pintu  terbuka. Di balik pintu  berdiri wanita tua dengan senyum ramah padanya.

“Assalamualaikum,” sapanya sopan.

“Wa’alaikumussalam,” jawab wanita tua itu.

“Apa benar ini Bik Sumi?” tanyanya sopan.

“Iya, saya sendiri. Apa Nona cantik ini ditugaskan Bu Azizah untuk mengajar Non Thania di rumah ini?”

Syakila tersenyum canggung. Ia mengangguk.

“Mari masuk, Non!” ajak Nik Sumi.

Masih dengan canggung, Syakila menapakkan kaki masuk ke dalam rumah tersebut.

“Maaf ... siapa nama Nona?”

“Saya Syakila, Bik. Jangan panggil saya Nona. Cukup Syakila saja,” ujarnya sopan.

“Syakila. Mashaallah ... cantik seperti orangnya,” puji Bik Sumi.

“Terima kasih, Bik."

“Silakan duduk, Nak Syakila! Bibi panggilkan Non Thania dulu,” ucapnya. Wanita itu naik ke lantai atas meninggalkan Syakila di ruang keluarga.

Mata indah Syakila menjelajahi  ruangan di mana ia berdiri. Matanya fokus melihat foto besar yang terpampang jelas di sana. Foto  laki-laki tampan bersama gadis kecil yang cantik.

Deg!

Hatinya berdesir. Tiba-tiba ia merasakan ada getar.

“Ternyata benar yang dikatakan Aina. Laki-laki itu tampan,” gumamnya mengagumi.

“Astagfirullah ...  apaan, sih. Bertemu aja belum udah kayak gini. Fokus mengajar, Sya. Jangan pikir yang lain!” gumamnya tepuk jidad.

“Nak Syakila, kenalkan ini Non Thania,” panggil Bik Sumi membuyarkan lamunan Syakila.  Gadis itu sedikit terkejut. Ia membalikkan badan dengan tersenyum canggung.

“I-iya, Bik,” ucapnya terbata. Ia mendekat ke arah Bik Sumi  dan Thania yang memandangnya dengan tatapan tidak biasa.

“Hai, kamu Thania, ya. Kenalkan aku Kak Syakila. Hari ini kita akan belajar bareng,” ucapnya lembut pada Thania.

Bocah cantik itu hanya diam saja. Bahkan tidak ada senyuman di wajah cantiknya.

“Ternyata Alina benar, bocah cantik ini jutek banget. Ya Allah ... semoga aku bisa meluluhkan hatinya,” gumamnya.

“Hari ini Kak Syakila akan mengajari Thania. Kita belajar bareng, ya,” ucapnya dengan suara lembut keibuan.

Bocah cantik itu mengangguk, lalu  membalikkan badan. Ia sedikit berlari  menaiki tangga menuju lantai dua. Entah, Syakila sendiri tidak tahu apa yang diinginkan Thania.

“Maaf ... Bibi harap Nak Syakila sabar menghadapi Non Thania, tapi percayalah dia baik dan enggak akan menyusahkan Nak Syakila, kok.” Bik Sumi tersenyum lembut pada Syakila. Ia tahu gadis di depannya itu sedikit kebingungan dengan tingkah Thania.

“Iya, Bik. Enggak masalah. Saya bisa memakluminya. Saya tahu Thania butuh adaptasi,” ucapnya lembut.

“Alhamdulillah kalau  Nak Syakila bisa mengerti,” ucap Bik Sumi lega.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status